Budidaya Lebah Madu Klanceng Mulai Diandalkan Perempuan di Banyumas
Budidaya lebah madu klanceng oleh Fakultas Biologi Unsoed serta PNM diharapkan bisa meningkatkan kesejahteraan warga desa di Banyumas, Jateng.
Oleh
WILIBRORDUS MEGANDIKA WICAKSONO
·2 menit baca
PURWOKERTO, KOMPAS — Budidaya lebah madu klanceng mulai diandalkan para perempuan di Desa Langgongsari, Kecamatan Cilongok, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, meningkatkan kesejahteraan sekaligus menjaga lingkungan. Produksi madu diharapkan bisa mencegah munculnya kasus tengkes.
Dua bulan terakhir, mereka didampingi dan mendapat pelatihan dari tim Fakultas Biologi Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed), Purwokerto, untuk membudidayakan lebah madu. Perempuan di sana juga diminta menjaga bibit bunga sebagai salah satu penunjang produksi madu.
Ketua Paguyuban Lebah Klanceng II Desa Langgongsari Siti Yuliana di Banyumas, Selasa (29/8/2023), mengatakan, ada 100 ibu rumah tangga yang mendapatkan pelatihan. Sebagian besar adalah pembuat gula kelapa. Ia berharap, madu bisa menambah penghasilan keluarga.
”Saya bersama sembilan anggota kelompok membudidayakan 10 koloni lebah. Hari ini sudah bisa dipanen,” katanya.
Ketua Tim Pemberdayaan Perempuan melalui Budidaya Lebah Klanceng Fakultas Biologi Unsoed Profesor Imam Widhiono menyampaikan, lebah yang dipilih tidak bersengat (stingless bee honey), yaitu Tetragonula laeviceps dan Tetragonula biroi. Selain tanpa sengat, bentuk tubuh lebah itu kecil sehingga lebih mudah ditangani. Madu dari lebah ini juga bermanfaat untuk kesehatan.
Imam yakin, dalam program yang dilakukan bersama Permodalan Nasional Madani (PNM) ini bisa ikut menopang rumah tangga warga. Dalam satu koloni, biasanya bisa panen hingga 150 militer per bulan yang harganya mencapai Rp 150.000.
”Jika setiap kelompok beranggotakan 10 orang memiliki 10 koloni, mereka bisa mendapatkan Rp 1,5 juta per bulan,” katanya.
Menurut Imam, selain menghasilkan nilai ekonomi, budidaya lebah ini juga dapat ikut menjaga kelestarian ekologi. Keberadaan lebah itu dibutuhkan untuk proses penyerbukan. Saat itu terjadi, dia yakin, banyak tanaman mangga hingga rambutan di sekitarnya bisa berbuah optimal.
Ke depan, Iman mengatakan, pendampingan warga akan berkelanjutan. Setelah panen, warga akan didampingi memperbanyak koloni, melakukan proses produksi, pengemasan, hingga pemasaran.
”Salah satu produk turunan yang tengah dikembangkan adalah masker untuk wajah,” katanya.
Pemimpin Cabang PNM Purwokerto Rohmat Agus Pranoto mengatakan, pihaknya akan membantu proses pengemasan produk dan mencari jaringan pemasaran. Menurut dia, selain menambah pendapatan rumah tangga, madu ideal dikonsumsi anak-anak guna mencegah kasus tengkes.
Kepala Desa Langgongsari Muhammad Zaenuroham mengapresiasi program budidaya lebah tersebut. Di desa itu terdapat 2.285 rumah tangga atau lebih kurang 8.000 orang. Sebagian besar atau 60 persen warga desa bekerja sebagai buruh tani. Pekerjaan lainnya seperti penderes, pedagang, pegawai, dan petani. Dia berharap, warga memiliki alternatif penghasilan lain dari budidaya lebah ini.