Pemadaman Kebakaran Gunung Arjuno Bakal Dilakukan dari Udara
Kebakaran lahan di lereng Arjuno belum juga bisa padam sepenuhnya. Helikopter BNPB akan dikerahkan untuk membantu pemadaman, sedangkan Polres Malang menyelidiki penyebab kebakaran.
Oleh
DEFRI WERDIONO
·2 menit baca
MALANG, KOMPAS — Pemadaman kebakaran di lereng Gunung Arjuno di Jawa Timur bakal menggunakan helikopter. Lewat metode bom air, harapannya api di lereng terjal bisa segera dipadamkan.
Hingga Kamis (31/8/2023) siang atau hari kelima kebakaran, lereng Gunung Arjuno di perbatasan Malang dan Pasuruan masih membara. Kebakaran bahkan terlihat di Kecamatan Purwodadi dan Kecamatan Prigen di Kabupaten Pasuruan.
Tiupan angin kencang, medan terjal, serta minim sumber air menjadi kendala pemadaman dari darat. Oleh karena itu, pemadaman dari udara sangat diandalkan untuk segera memadamkan api.
Pemadaman menggunakan helikopter pernah dilakukan di Gunung Arjuna (3.339 meter di atas permukaan laut) pada 2019. Saat itu, luas lahan yang terbakar lebih dari 300 hektar.
Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik Badan Penanggulangan Bencana Daerah Jatim Satrio Nurseno mengatakan, helikopter milik BNPB sudah berada di Bandara Abdulrachman Saleh, Malang.
”Insya Allah besok sudah bisa dipakai untuk pemadaman,” ujar Satrio saat dihubungi dari Malang, Kamis.
Menurut Satrio, sejauh ini pemadaman dengan helikopter hanya akan dilakukan di Gunung Arjuna. Luas lahan terbakar dan sulitnya medan menjadi pertimbangan utama. Sedikitnya 200 hektar dilalap api. Lokasinya ada di daerah terjal.
Sementara itu, aparat Polres Malang tengah menyelidiki penyebab kebakaran di Arjuno. Diduga kebakaran dipicu ulah pemburu liar yang sengaja menyalakan api.
Kepala Seksi Humas Polres Malang Inspektur Satu Ahmad Taufik mengatakan, pihaknya telah memeriksa lokasi dan mengumpulkan bukti. Oleh TKP juga sudah dilakukan setelah polisi, TNI, dan Perhutani memadamkan api di Pos 4 Pendakian Gunung Arjuno di petak 113 Lali Jiwo.
Pemburu liar
Kepala Seksi Perlindungan dan Pemberdayaan Masyarakat Taman Hutan Raya (Tahura) Raden Soerjo Ajat Sudrajat mengatakan, dugaan ulah pemburu sejauh ini baru indikasi awal. Belum ada bukti kuat terkait itu.
Akan tetapi, ia mengakui, pemburu satwa kerap menyalakan api. Hal itu tidak dilakukan pencinta alam karena mereka lebih paham risikonya.
”Kalau pemburu tidak terkendali, seenaknnya saja. Kalau alang-alangnya habis terbakar, kan, mereka mudah membidik satwa buruan,” ucap Ajat.