Ratusan siswa mengikuti Kemah Nusantara dan belajar mengenal orangutan, salah satu satwa penting dalam keanekaragaman hayati di Kalimantan.
Oleh
SUCIPTO
·5 menit baca
Dian Triyantini memegang dan mencicipi buah ara atau ficus yang ditunjukkan oleh fasilitator dalam Kemah Nusantara. Setelah merasakan campuran rasa manis, sepat, dan pahit yang unik itu, siswi 16 tahun tersebut mencatat ciri-ciri fisik, warna, rasa, dan bentuk daun buah ara. Dari keterangan para fasilitator, ia jadi tahu bahwa buah ara merupakan salah satu makanan kesukaan orangutan Kalimantan (Pongo pygmaeus).
Buah itu, kata salah satu fasilitator, tersebar di dataran rendah hutan tropis Kalimantan. Beberapa jenis ara kerap ditemui di dekat sumber air, seperti sungai atau danau. Dari penjelasan para fasilitator, Dian jadi mengetahui bahwa orangutan ternyata salah satu satwa endemik Kalimantan dan punya peran penting.
”Orangutan ternyata membantu menjaga hutan tetap alami. Dia menyebarkan benih dari biji-biji sisa buah yang mereka makan,” ujar siswi SMK Utama AL Jabarnur Samboja, Kutai Kartanegara, itu.
Sabtu (19/8/2023) pagi, Dian bersama ratusan siswa SMP dan SMA di Kalimantan Timur mengikuti Kemah Nusantara yang diselenggarakan oleh Otorita Ibu Kota Nusantara (IKN). Mereka berkemah di sebuah lapangan terbuka di kawasan wisata alam Bukit Bangkirai, Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur, pada 18-20 Agustus 2023. Kegiatan itu sekaligus memperingati Hari Konservasi Nasional dan Hari Orangutan Sedunia.
Dian yang tinggal di Kecamatan Samboja semakin sadar dan mengerti bahwa oksigen yang ia hirup salah satunya berkat satwa penting seperti orangutan. Logikanya, katanya, dengan membiarkan orangutan hidup liar di hutan, alam akan beregenerasi dengan baik. Sebab, kotoran orangutan bisa menjadi pupuk alami bagi tumbuhan di hutan.
Selain itu, dengan wilayah jelajah yang luas, katanya, orangutan bisa membawa makanan dan membuang bijinya di wilayah lain. Biji-biji itu akan tersebar ke sejumlah titik hutan dan lambat laun akan tumbuh menjadi pohon. Pohon-pohon itulah yang turut menyerap air, mencegah longsor, dan yang terpenting pohon-pohon itu menghasilkan oksigen yang dihirup manusia di sekitarnya.
Siti Nur Badriyah (28), salah satu fasilitator dalam Kemah Nusantara, mengatakan, pemahaman mendasar itu menjadi pintu masuk agar para siswa memahami bahwa membiarkan satwa liar di hutan adalah juga tindakan baik bagi kelestarian lingkungan. Dengan hutan yang baik, dengan berbagai satwa liar di dalamnya, turut menopang kehidupan manusia di sekitarnya.
Siti yang merupakan pegiat konservasi mengatakan, orangutan termasuk spesies payung (umbrella species). Spesies payung ialah spesies yang memiliki daerah jelajah luas sekaligus menjadi pendukung kehidupan spesies lain di hutan. Secara sederhana, melindungi spesies payung tinggal di hutan bisa melindungi spesies lain di dalam ekosistem yang sama.
Misalnya, tumbuhan yang terjaga lantaran kebiasaan alami orangutan bisa turut menyokong burung dan hewan lain untuk hidup. Hewan-hewan itu akan memanfaatkan tumbuhan sebagai tempat tinggal dan sumber makanan. Beberapa tumbuhan itu tentunya dibantu pertumbuhan dan persebarannya oleh sifat alami orangutan yang memiliki jelajah luas.
”Pengetahuan ini diharapkan memberi pemahaman awal betapa pentingnya menjaga keberlangsungan hutan di sekitar kita kepada siswa,” kata Siti.
Dalam kemah tersebut, para siswa juga mendapat materi singkat mengenai etika dalam bermedia sosial. M Idrus (17), siswa SMK Samboja Pesisir, mendapat pemahaman baru bahwa komunikasi bisa disampaikan tanpa kata-kata.
Pengetahuan ini diharapkan memberi pemahaman awal betapa pentingnya menjaga keberlangsungan hutan di sekitar kita kepada siswa.
Hal itu, kata Idrus, bisa membantunya untuk berkreasi di media sosial tanpa melulu berbicara di depan kamera. Salah satunya, katanya, dengan membuat konten mengenai tempat tinggal atau pengetahuan baru yang ia dapat melalui tulisan, video, atau foto.
Ia juga diberi pemahaman untuk bijak dalam menyebarkan informasi di media sosial. Idrus paling sering menggunakan Instagram dan Tiktok. Berbagai informasi dan berita ia dapat dari potongan-potongan video pendek. Untuk itu, ia jadi memahami bahwa segala informasi di media sosial perlu didalami terlebih dahulu agar tahu duduk perkaranya, tidak asal sebar.
”Maka dari itu, saya akan lebih hati-hati untuk menyebar konten di media sosial. Saya jadi ingin mencari tahu konten-konten soal lingkungan dan orangutan. Soalnya itu kekhasan tempat tinggal saya di Kaltim,” kata Idrus.
Program Development and Planning Borneo Orangutan Survival (BOS) Foundation Eko Prasetyo mengemukakan, populasi orangutan Kalimantan saat ini berkisar 57.350 individu yang tersebar di 16 juta hektar areal hutan. Luas wilayah habitat orangutan tersebut tidak hanya di dalam kawasan konservasi, tetapi juga masuk area konsesi perusahaan (Kompas, 17/1/2023).
Berdasarkan sejumlah literatur, 70 persen habitat orangutan saat ini berada di luar kawasan konservasi yang dilindungi pemerintah. Wilayah tersebut statusnya bermacam-macam, seperti wilayah pertambangan, hutan tanaman industri, dan perkebunan sawit. Di Kalimantan Timur pun demikian.
Bahkan, tempat pelepasliaran orangutan di Kota Balikpapan, yakni Hutan Lindung Sungai Wain seluas 11.000 hektar, tidak tersambung sepenuhnya dengan hutan di sekitarnya. Hutan Lindung Sungai Wain terputus dengan hutan mangrove di sekitar Teluk Balikpapan oleh proyek jalan tol. Hutan lindung ini hanya tersambung ke hutan di Bukit Bangkirai, Kutai Kartanegara.
Hutan itu terpisah oleh sejumlah tambang batubara dan jalan dengan Taman Hutan Raya Bukit Soeharto. Melihat kondisi tersebut, Otorita IKN berencana menyambungkan Hutan Lindung Sungai Wain, hutan di Bukit Bangkirai, dan Taman Hutan Raya Bukit Soeharto dengan hutan yang ada di IKN.
Direktur Pengembangan Pemanfaatan Kehutanan dan Sumber Daya Air Otorita IKN Pungky Widiaryanto mengatakan, sejak 2022, pemerintah sudah menanami bibit pohon di 1.700 hektar lahan IKN. Lahan itu sebelumnya ditanami tanaman industri, yakni pohon eukaliptus. Penanaman akan diperluas setiap tahunnya.
Pungky mengatakan, dalam waktu dekat, pihaknya akan menyusun rencana koridor satwa liar untuk menghubungkan hutan-hutan di sekitar IKN tersebut. Mula-mula, pihaknya akan bekerja sama dengan akademisi, pegiat lingkungan, dan pemerintah daerah untuk mengetahui kondisi keanekaragaman hayati di sekitar IKN.
”Dari sana, kami nanti akan menyusun biodiversity masterplan di IKN yang bisa menjadi acuan untuk program keanekaragaman hayati di IKN,” kata Pungky.
Melihat Kemah Nusantara dalam memberi pemahaman untuk menjaga lingkungan dan satwa kepada siswa adalah tindakan progresif. Di sisi lain, kegiatan itu tak bermakna ketika pemangku kepentingan tidak menjalankannya dalam pengambilan kebijakan. Langkah nyata upaya memulihkan lingkungan dalam pembangunan IKN tentu saja ditunggu warga.