Mahasiswa Universitas Syiah Kuala, Aceh, Rancang Jembatan Tahan Banjir
Mahasiswa Fakultas Teknik Sipil Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh, merancang jembatan yang bisa meminimalkan kerusakan akibat banjir. Banjir kerap terjadi di Aceh.
Oleh
ZULKARNAINI
·2 menit baca
BANDA ACEH, KOMPAS — Kerusakan jembatan kerap terjadi akibat banjir di Aceh. Merespons hal itu, mahasiswa Fakultas Teknik Sipil Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh, merancang jembatan yang bisa meminimalkan kerusakan akibat banjir.
Rancangan itu buah karya tim Ursa Major. Beranggotakan Aras Fadel Isran, Muhammad Fathin Kurnia, dan Anggiska Salsabila Ginting, rancangan itu menjadi pemenang II dalam National Paper Competition 2023.
National Paper Competition adalah bagian dari Civil Engineering Festival (CivFest) 2023. CivFest adalah ajang melahirkan profesional muda bidang teknik sipil yang tangkas dalam melaksanakan proyek pembangunan. Acara ini digelar Politeknik Negeri Jakarta.
Fathin menuturkan, timnya menulis tentang inovasi jembatan pelengkung tanpa pilar yang tahan terhadap banjir. Judulnya, ”Solid Ribbed Arch dengan Metode CFST Geopolimer sebagai Jembatan Tangguh Banjir”. Mereka mengambil studi kasus di Desa Lamsie, Kecamatan Kuta Cot Glie, Kabupaten Aceh Besar.
”Kami mencoba mencari alternatif desain jembatan yang bisa bertahan saat arus deras, terutama ketika curah hujan tinggi,” kata Fathin, Senin (4/9/2023).
Menurut dia, jembatan pelengkung bisa dibangun tanpa tiang vertikal sehingga mengurangi beban lateral dari arus. Material jembatan pelengkung dibuat dari concrete filled steel tube (CFST) dengan tambahan serat geopolimer. CFST merupakan penggunaan kolom tabung baja dengan isian beton.
Ia menuturkan, inovasi ini bakal bermanfaat mengatasi dampak kerusakan jembatan akibat luapan air banjir yang kerap melanda Aceh. ”Banjir merupakan bencana paling banyak memberikan kerugian bagi masyarakat Aceh,” katanya.
Data Badan Penanggulangan Bencana Aceh menyebutkan, banjir, banjir bandang, dan longsor mendominasi kejadian bencana. Pada 2018, terjadi 127 bencana dengan kerugian Rp 655,8 miliar.
Selanjutnya, pada tahun 2019 terjadi 126 kali bencana dengan kerugian Rp 69,4 miliar. Adapun pada tahun 2020 ada 170 kali bencana dengan kerugian Rp 157,9 miliar.
Jembatan termasuk infrastruktur yang sering rusak karena banjir. Selain jembatan, badan jalan juga kerap tergerus. Salah satu jembatan yang hancur karena banjir terletak di Desa Siron Blang, Kecamatan Kuta Cot Glie, Aceh Besar.
Wakil Rektor Bidang Akademik Universitas Syiah Kuala Agussabti menuturkan, prestasi mahasiswanya menunjukkan kualitas pendidikan di Aceh dapat bersaing di tingkat nasional. Namun, yang lebih penting, ujar Agussabti, karya mahasiswa Universitas Syiah Kuala menjadi kontribusi bagi pembangunan Aceh.
”Yang terpenting kebermanfaatannya bagi masyarakat, terutama untuk warga yang berada di daerah rawan banjir,” katanya.