Kebakaran Gambut di Kalsel Semakin Kerap Ganggu Penerbangan
Pemilik lahan gambut di Kalimantan Selatan diminta bertanggung jawab menjaga lahannya karena kebakaran lahan gambut tersebut berpotensi menimbulkan kabut asap. Hal itu sangat mengganggu aktivitas penerbangan.
Oleh
JUMARTO YULIANUS
·3 menit baca
BANJARBARU, KOMPAS — Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan bersama kantor Pertanahan Kota Banjarbaru mulai mendata lahan rentan terbakar di sekitar Bandara Internasional Syamsudin Noor. Pemilik lahan diminta bertanggung jawab menjaga lahannya karena kebakaran lahan gambut berpotensi mengganggu aktivitas penerbangan.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kalsel Raden Suria Fadliansyah di Banjarbaru, Senin (18/9/2023), mengatakan, kabut asap yang mengganggu penerbangan di Bandara Internasional Syamsudin Noor pada pagi hari kerap muncul dari kebakaran lahan gambut.
”Meskipun satuan tugas darat dan satgas udara sudah bekerja sepanjang hari untuk memadamkan titik api, asap dari lahan yang terbakar biasanya muncul lagi tengah malam. Asap lalu menyelimuti kawasan bandara pada pagi hari,” katanya.
Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik BPBD Kalsel M Pormadi Dharma menyebutkan, sudah empat kali terjadi gangguan penerbangan di Bandara Internasional Syamsudin Noor pada pagi hari selama September ini.
Gangguan pertama terjadi pada 5 September. Akibatnya, enam penerbangan tertunda. Kemudian, pada 8 September, tujuh penerbangan tertunda.
Selanjutnya pada 10 September ada satu penerbangan yang tertunda. Kejadian itu berulang pada 18 September saat empat jadwal penerbangan tertunda.
”Kabut asap berasal dari kebakaran lahan pada malam hari yang tidak bisa ditangani lagi oleh satgas darat dan udara,” ujarnya.
Menurut Pormadi, kebakaran lahan pada malam hari hanya bisa ditangani satgas darat. Namun, pemadaman sering kali tidak optimal karena titik api sulit dijangkau.
”Sebagian lahan gambut itu sudah terbakar berhari-hari. Ada yang sudah terbakar lima hari dan belum bisa padam total,” katanya.
Karena itu, BPBD bekerja sama dengan kantor Pertanahan Kota Banjarbaru tengah mendata lahan-lahan terbakar dan mencari pemiliknya. Menurut Suria, pemilik lahan yang tidak menjaga lahannya dengan baik dan membiarkan lahannya terbakar harus ikut bertanggung jawab.
”Kami menuntut partisipasi pemilik lahan. Mereka harus menjaga lahannya agar tidak terbakar sehingga bisa mengurangi risiko terjadinya kabut asap,” ujarnya.
Kepala Seksi Survei Pemetaan Kantor Pertanahan Kota Banjarbaru A Muis Gozali menuturkan, pihaknya sudah turun ke lapangan untuk memetakan lahan-lahan yang terbakar di sekitar bandara. Sejauh ini, lahan terbakar seluas 46 hektar sudah terpetakan dan ditentukan titik koordinatnya.
”Pada lahan itu ada lebih dari 100 bidang tanah. Semuanya berstatus lahan tidur. Sebagian bidang sudah bersertifikat, sebagian lagi belum bersertifikat,” katanya.
Menurut Muis, pihaknya memiliki data pemilik lahan yang sudah bersertifikat, sedangkan yang belum bersertifikat tidak diketahui data pemiliknya.
”Kami mendukung apa yang diamanatkan kepada kami dan siap menginformasikan kepemilikan lahan yang bersertifikat,” katanya.
Dikenakan sanksi
Kepala Bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan BPBD Kalsel Bambang Dedi Mulyadi meminta pemerintah kabupaten/kota ikut mengawasi lahan rentan terbakar di wilayahnya masing-masing. Mereka juga diharapkan berkoordinasi dengan para pemilik lahan tersebut.
”Jika pemilik lahan itu tidak merawat lahannya dengan baik dan membiarkan lahannya terbakar, pemilik lahan bisa dikenakan sanksi. Ini harus dijalankan dalam upaya menekan atau mengurangi potensi kebakaran hutan dan lahan,” katanya.
Sampai saat ini, kata Bambang, penanganan karhutla di Kalsel masih dilakukan. Jumlah hutan dan lahan terbakar yang telah ditangani sebanyak 1.206 kejadian dengan luas mencapai 3.313,34 hektar.
”Karhutla masih berpotensi terjadi hingga pertengahan November,” ujarnya.
Menurut Koordinator Bidang Data dan Informasi Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Stasiun Klimatologi Kalsel, Wiji Cahyadi, pihaknya masih mewaspadai karhutla karena saat ini memasuki periode puncak musim kemarau. Hal itu tetap dilakukan meski turun hujan dalam dua hari terakhir di seluruh Kalsel.
”Saat ini, Kalsel masih dalam fase El Nino moderat, potensinya sampai akhir tahun. Untuk angin muson juga masih dominan dari Australia dan masih kering sehingga curah hujan di Kalsel masih berpotensi kurang,” katanya.