Dampak Kabut Asap, Kualitas Udara di Kubu Raya dan Pontianak Tak Kunjung Membaik
Kabut asap akibat kebakaran lahan gambut membuat kualitas udara Kubu Raya dan Pontianak, Kalbar, tak kunjung membaik. Selama beberapa hari terakhir, kualitas udara di dua wilayah itu tergolong tidak sehat.
Oleh
EMANUEL EDI SAPUTRA
·3 menit baca
PONTIANAK, KOMPAS — Kualitas udara di Kabupaten Kubu Raya dan Kota Pontianak, Kalimantan Barat, tak kunjung membaik akibat kabut asap yang menyelimuti kedua wilayah tersebut. Kabut asap terjadi karena adanya kebakaran lahan gambut di Kalbar.
Berdasarkan pantauan Kompas, kabut asap tampak menyelimuti Kabupaten Kubu Raya pada Kamis (28/9/2023) pagi. Kabut asap juga terpantau hingga ke Kota Pontianak, ibu kota Kalbar. Abu dari lahan terbakar juga ada yang sampai ke sejumlah lokasi di tengah kota.
Di tengah kabut asap itu, beberapa warga yang beraktivitas di tempat umum terlihat menggunakan masker. Meski begitu, sejumlah orang masih tampak berolahraga di luar ruangan.
Kabut asap itu membuat kualitas udara di Kubu Raya dan Pontianak masuk kategori tidak sehat sejak Selasa (26/9/2023). Hingga Kamis pagi, kualitas udara di dua kota tersebut belum membaik.
Berdasarkan aplikasi Info Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), pada Kamis pukul 05.00, kualitas udara di Kubu Raya masih masuk kategori tidak sehat.
Sementara itu, mengacu data aplikasi ISPU Net, kualitas udara di Pontianak pada Kamis pukul 07.00 juga tergolong tidak sehat. Bahkan, menurut data aplikasi IQAir, kualitas udara di Pontianak pada jam yang sama berada pada kategori sangat tidak sehat.
Rudiyanto (36), salah seorang warga Kubu Raya, berharap kabut asap yang terjadi di Kalbar segera tertangani. Dia khawatir, keberadaan kabut asap itu bakal berdampak pada kesehatan keluarganya. Sebagai bentuk antisipasi, Rudiyanto memilih menggunakan masker saat bepergian.
”Saat kabut asap datang lagi, saya juga tidak membawa anak keluar rumah. Bahkan, ke teras rumah pun tidak,” kata Rudiyanto.
Kepala Divisi Kajian dan Kampanye Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) Kalbar Hendrikus Adam menuturkan, harus ada upaya mitigasi agar warga terhindar dari dampak kabut asap, baik jangka pendek maupun jangka panjang.
Pemerintah juga harus melakukan sosialisasi tentang langkah-langkah yang harus dilakukan masyarakat saat terjadi kabut asap. Hal ini penting untuk meminimalkan risiko kesehatan akibat kabut asap.
”Pemangku kebijakan juga harus memastikan papan informasi terkait kualitas udara di tepi jalan utama itu aktif. Sebab, tidak semua warga bisa mengakses aplikasi pendeteksi kualitas udara di ponsel,” ujar Adam.
Saat kabut asap datang lagi, saya juga tidak membawa anak keluar rumah.
Berdasarkan data Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kalbar, pada Rabu (27/9/2023) pukul 00.00-23.00, terpantau 611 titik panas di Kalbar. Titik panas terbanyak terdapat di Kabupaten Ketapang, yakni 455 titik.
Sementara itu, di Kabupaten Kayong Utara terdapat 60 titik panas, Kabupaten Kubu Raya ada 35 titik panas, dan Kabupaten Melawi terdapat 29 titik panas.
Ketua Satgas Informasi Bencana BPBD Kalbar Daniel menyatakan, satgas darat BPBD Kalbar dan BPBD Kabupaten Kubu Raya bersama aparat TNI dan Polri terus melakukan upaya pemadaman kebakaran lahan di Kubu Raya. Upaya pembahasan lahan dan patroli darat juga terus dilakukan.
Selain itu, patroli dari jalur udara juga terus dilakukan. Jika dari pantauan patroli udara itu ditemukan titik api yang sulit dijangkau dengan operasi darat, upaya pemadaman akan dilakukan dari udara.