Saham Investor Asing hingga 49 Persen di Bandara Kertajati
Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi menyebut investor asing bakal mengelola Bandara Internasional Jawa Barat Kertajati di Majalengka. Bahkan, komposisi sahamnya bisa 49 persen.
Oleh
ABDULLAH FIKRI ASHRI
·3 menit baca
MAJALENGKA, KOMPAS — Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi menyebut investor asing bakal mengelola Bandara Internasional Jawa Barat Kertajati di Kabupaten Majalengka. Bahkan, komposisi sahamnya bisa 49 persen. Investasi itu dibutuhkan untuk mengembangkan bandara.
Budi mengatakan, investor dari India, Arab Saudi, dan Singapura berminat investasi sekaligus menjadi operator di Bandara Kertajati. ”Ini tandanya Bandara Kertajati eksis secara internasional, visible untuk dikembangkan,” ujarnya saat meninjau Bandara Kertajati, Rabu (18/10/2023).
Menhub belum menyebutkan nilai investasi tersebut. Hal itu masih dalam tahap pembicaraan. Namun, ia memastikan investor tertarik masuk ke Kertajati. Ia pun telah melaporkannya kepada Penjabat Gubernur Jabar Bey Machmudin dan Presiden Joko Widodo.
”Dan, (mereka) setuju. Ini tinggal finalisasi. Insya Allah, Desember (2023) sudah terjadi (investasi). Porsi saham juga kita belum sampaikan. Tetapi, yang penting interest mereka mau masuk (kelola Kertajati) itu mulai ada dan dalam syarat kepemilikan (bandara) bisa sampai 49 persen,” ujarnya.
Adapun porsi saham 51 persen bisa dimiliki oeh PT Bandara Internasional Jabar (BIJB), Badan Usaha Milik Daerah Pemprov Jabar, dan PT Angkasa Pura II. Saat ini, sekitar 74 persen saham bandara itu merupakan milik Pemprov Jabar dan selebihnya punya PT AP II. Kedua instansi tersebut turut mengelola bandara.
Dengan adanya operator internasional, secara tidak langsung turis mancanegara akan datang.
Kehadiran investor asing akan mengubah kepemilikan saham di bandara. Budi memastikan, kepemilikan saham mayoritas bandara itu masih dari pemda dan PT AP II. Kehadiran pengelola asing dibutuhkan untuk mengembangkan bandara yang beroperasi sejak 2018 itu.
”Dengan adanya operator internasional, secara tidak langsung turis mancanegara akan datang. Ini dari Timur Tengah, Jepang, India, dan sebagainya. Jadi, yang tertarik banyak. Jumlah traffic akan meningkat. Investor itu berpengalaman mengoperasikan bandara dan juga efisien,” ujarnya.
Saat ini, Bandara Kertajati baru melayani penerbangan reguler ke Kuala Lumpur, Malaysia, dengan maskapai AirAsia setiap Rabu dan Minggu. Garuda Indonesia juga sempat membuka rute umrah ke Jeddah, Arab Saudi, sepekan sekali. Namun, penerbangan ini tergantung permintaan.
Bahkan, saat pandemi Covid-19 pada 2020 dan 2021, tidak ada penerbangan reguler di Kertajati. Padahal, dengan luas 1.800 hektar, Kertajati merupakan bandara terluas kedua di Indonesia setelah Bandara Internasional Soekarno-Hatta di Tangerang, Banten. Kertajati juga bisa menampung pesawat besar.
Terhitung mulai 29 Oktober, pemerintah memindahkan tujuh rute penerbangan dari Bandara Internasional Husein Sastranegara di Bandung ke Kertajati. Rute itu adalah penerbangan dari dan menuju Balikpapan, Banjarmasin, Batam, Denpasar, Makassar, Medan, dan Palembang.
Penjabat Gubernur Jabar Bey Machmudin menilai, kehadiran investor asing bakal menambah penerbangan di Kertajati. Sebab, salah satu persyaratan yang harus dipenuhi calon investor adalah mendatangkan pesawat dari luar negeri ke Kertajati meski hanya transit beberapa waktu.
Melalui kolaborasi dengan investor asing, pihaknya memproyeksikan Kertajati menjadi bandara hub atau penghubung penerbangan internasional, termasuk untuk umrah dan haji. ”Jadi, betul-betul menguntungkan dan jumlah sahamnya (investor asing) itu tidak besar. Kami tetap mayoritas,” ujarnya.