Film Lawas Ramaikan Pembentukan Komunitas Pecinta Museum Sejarah dan Budaya di Jambi
Film-film lawas yang dikelola, dirawat, dan diarsipkan dengan baik diharapkan dapat menjadi artefak yang bisa dimanfaatkan lebih luas bagi publik.
Oleh
IRMA TAMBUNAN
·3 menit baca
JAMBI, KOMPAS — Film lawas bioskop di era 90-an kembali diputar di Museum Bioskop Tempoa di Kota Jambi, Kamis (26/10/2023). Pemutaran dengan pita seluloid 16 mm itu menyemarakkan terbentuknya Komunitas Pecinta Museum Sejarah dan Budaya Jambi.
Film Angling Darma III yang pernah populer pada 1994 akhirnya diputar kembali. Film laga berdurasi 77 menit itu seakan mengangkat nostalgia akan cerita di masa lalu.
Meskipun telah berusia hampir 30 tahun, kualitas pita seluloid itu masih terbilang baik. Seluruh adegan film yang diwarnai adegan laga silat yang diperankan Barry Prima dan Murti Sari Dewi itu masih utuh. Keutuhan pita-pita film lawas tak lepas dari upaya perawatan dan pengelolaan yang mumpuni.
Ketua Komunitas Pecinta Museum Sejarah dan Budaya (Tamu Raya) Nusantara yang juga pengelola Museum Bioskop Tempoa, Rachmadi Anshari, mengatakan, ada banyak koleksi peninggalan film lawas di Jambi. ”Semua artefak budaya memerlukan upaya pelestarian, pengelolaan, dan pengarsipan yang baik,” katanya.
Museum Tempoa, misalnya, menyimpan 1.180 judul film lawas dari era 1950-an hingga 1990-an. Jumlah koleksi posternya mencapai 3.000-an. Selain itu, tersimpan pula belasan proyektor pemutar film, tanda masuk bioskop, senter tua, seragam petugas bioskop, hingga karcis tiket masuk.
Ia menambahkan, belum lama ini ada perhatian dari Direktorat Perfilman Musik dan Media Kemendikbudristek. Potensi besar di museum itu memerlukan upaya pelestarian sekaligus pengarsipan.
”Ada banyak potensi artefak yang telah diselamatkan museum bioskop. Perlu ada langkah lanjutan untuk pelestariannya,” ujarnya.
Lewat pengelolaan, perawatan, dan pengarsipan yang baik, diharapkan dapat terwujud artefak yang bisa dimanfaatkan lebih luas bagi publik. ”Sebagai bahan hiburan dan edukasi untuk publik,” ucapnya.
Komunitas Tamu Raya dikukuhkan oleh Nujul Kristianto, Kepala Kelompok Kerja Perizinan dan Arsip Kemendikburistek. Ia menyebut, agar komunitas terus diperluas dengan melibatkan lebih banyak kalangan. Saat ini, komunitas itu diurus kalangan budayawan, pencinta sejarah, seniman, aktivis lingkungan, dan jurnalis.
Semua artefak budaya memerlukan upaya pelestarian, pengelolaan, dan pengarsipan yang baik.
Tamu Raya diharapkan bisa memupuk kepedulian akan perkembangan kebudayaan dan keberadaan museum dan benda bersejarah. Selain itu, mendongkrak kunjungan dan minat generasi muda kepada museum di Jambi.
Komunitas itu juga didorong meningkatkan kesadaran menjaga dan mengembangkan obyek museum sebagai media pembelajaran, penelitian, dan pengembangan pariwisata. Di sini terbangun kolaborasi pemerintah dan komunitas.
”Untuk mempercepat pembenahan, pengelolaan, dan pembentukan museum baru,” katanya.
Arsiparis Kemendikbud Riset, Djuwita Sari, menyebut ada sejumlah tantangan dalam upaya penyelamataan memori kolektif. Di antaranya, ruang penyimpanan terbatas. Padahal, arsip membutuhkan ruang penyimpanan yang cukup untuk menjaga kebutuhan dan keamanannya.
Selain itu, banyak peninggalan sudah dalam kondisi rusak. Biasanya itu disebabkan faktor lingkungan, seperti kelembaban, suhu, dan cahaya. Ada juga faktor manusia, seperti kesalahan dalam penanganan dan penyimpanan arsip.
Ia pun mendapati pengarsipan digital rentan terhadap kerusakan akibat virus, malware, atau kerusakan perangkat keras. Selain itu, format digital yang digunakan untuk menyimpan arsip juga dapat menjadi usang seiring berjalannya waktu.
Tantangan lainnya, banyak arsip yang tidak mudah diakses atau sulit ditemukan. Ini dapat menghambat penggunaannya untuk kepentingan penelitian atau pendidikan. Apalagi jika pengelolaan arsip tak didukung sumber daya manusia, finansial, dan teknologi yang memadai. Keterbatasan sumber daya dapat memengaruhi kualitas pengelolaan arsip.
Terkait dengan itu, perlu upaya mengembangkan kebijakan dan prosedur yang jelas dan standar untuk pengelolaan arsip. ”Ini supaya pengelolaannya lebih efektif dan efisien,” katanya.
Teknologi dapat digunakan untuk membantu pengelolaan arsip, seperti sistem manajemen arsip elektronik atau sistem manajemen dokumen. Namun, staf kearsipan perlu dilatih secara teratur agar memiliki pengetahuan dan keterampilan yang memadai dalam pengelolaan arsip.
Ia pun mengusulkan agar pemilihan bahan penyimpanan yang tepat. Ini untuk mencegah kerusakan fisik pada arsip. Selain itu, perlu ada program pemeliharaan rutin untuk membantu mencegah kerusakan fisik pada arsip dan memperpanjang umur pakai arsip.