Menjaga Masa Depan Nilai Kebaikan IKN
Banyak pihak yang berharap pembangunan yang modern tetap menjaga nilai-nilai kebaikan di IKN.
Lengkingan suara penyanyi Trie Utami saat melantunkan lagu ”Leleng” memecah kesepian di kawasan glamping Ibu Kota Nusantara, Kalimantan Timur, Kamis (2/11/2023).
Diiringi kelompok musik Kua Etnika, nuansa rindu dari Kalimantan dalam lagu tersebut coba disampaikan di hadapan Presiden Joko Widodo dan peserta Kompas100 CEO Forum Powered By PLN. Semuanya bagai selaras dengan asa banyak pihak agar Nusantara yang modern tetap menjaga nilai-nilai kebaikan.
”Semoga infrastruktur yang ada di sini bisa selaras dengan budaya yang terus terjaga. Lebih dari sekadar kesejahteraan ekonomi, tetapi muncul juga kesejahteraan budaya di kawasan ini,” kata Trie seusai mendapat apresiasi langsung dari Presiden atas penampilannya, Kamis siang.
Harapan tidak hanya diutarakan Trie. Dalam kesempatan bertanya, Vice CEO PT Pan Brothers Tbk Anne Patricia Sutanto juga menaruh asa besar. Ia ingin pembangunan IKN tidak terburu-buru. Upaya membangun sumber daya manusia, penegakan hukum, kepastian hukum, dan reformasi hukum diharapkan bergulir bersamaan.
”Semula saya tak percaya dengan pembangunan IKN. Namun, setelah berkeliling di IKN bersama Presiden, saya bangga lantaran pembangunan IKN muncul dari orang Solo,” kata Anne. Solo atau Surakarta, tak lain kota kelahiran Anne.
”Salah. Ide dan gagasan itu tahun 1957 dari Bung Karno. Saya mengeksekusi,” kata Presiden menimpali, disambut tawa ringan dari sekitar 100 CEO yang hadir. Selepas itu, Presiden meyakinkan Anne dan peserta lainnya bahwa semua pembangunan akan dilakukan secara bertahap.
Semoga infrastruktur yang ada di sini bisa selaras dengan budaya yang terus terjaga. Lebih dari sekadar kesejahteraan ekonomi, tetapi muncul juga kesejahteraan budaya di kawasan ini. (Trie Utami)
Pamor daun sirih
Asa tidak hanya datang dari glamping IKN yang dibangun di antara tegakan pohon eukaliptus. Sehari sebelumnya, berbagai sajian tarian tradisional yang dikreasikan dengan modern untuk peserta Kompas100 CEO Forum Powered By PLN menyiratkan pesan tersebut.
Ditemani debur ombak pesisir Balikpapan, tari Ganjur Sirih yang kental dengan nuansa Melayu, misalnya, ditampilkan di panggung saat sesi jamuan makan malam. Tarian ini mengenalkan tanah Kalimantan yang menjadi tempat tinggal bagi banyak rumpun warga, termasuk Melayu.
Beberapa dari mereka menggunakan daun sirih untuk berbagai pengobatan, prosesi adat, dan menyambut tamu. Daun sirih mudah didapatkan dan subur ditanam di berbagai kawasan di Kalimantan.
Saat menyambut tamu, para penari menyajikan sirih dalam bokor. Selain sebagai tanda selamat datang, itu juga simbol penerimaan bagi warga setempat terhadap tamu yang datang dari luar daerah.
Tarian ini menceritakan nilai toleran, terbuka, dan perdamaian di Kalimantan. Simbol ini pun terwujud di akhir gerakan. Para penari mengunyah sirih sebagai ekspresi kesukacitaan atas kedatangan para tamu.
Tak berhenti di sana, nuansa tarian mengajak para tamu undangan mengenal kearifan masyarakat Dayak Benuaq di Kaltim. Tari Gantar, begitu tarian itu disebut, menyajikan gerakan menugal, proses melubangi tanah dengan tongkat. Para penari kemudian bergerak seolah menanam bibit padi gunung di lahan yang dilubangi tersebut.
Baca juga: Menanti Konsep Futuristik yang Ramah Lingkungan dari IKN
Tarian ini seolah ingin berpesan, leluhur di Kalimantan sudah menerapkan sistem pertanian berkelanjutan yang ramah lingkungan. Dalam menanam padi gunung, masyarakat Dayak menerapkan ladang berpindah dan tanpa pupuk tambahan.
Saat lahan yang ditanami padi sudah panen, masyarakat Dayak akan mencari lahan baru sambil menunggu lahan lama meremajakan diri secara alami. Saat lahan sudah ditumbuhi rumput dan tumbuhan lain, mereka bakal kembali lagi ke lahan itu.
Seluruh proses tersebut tanpa menggunakan pupuk dan bahan kimia. Meskipun begitu, padi yang dihasilkan terkenal harum, lembut, dan nikmat. Selain itu, ladang berpindah membuat lahan menjadi lebih sehat, dan tidak terkontaminasi bahan kimia.
Tarian tersebut memberi gambaran konsep pembangunan IKN yang futuristik, bersahabat dengan alam, ramah lingkungan, dan modern. Kepala Otorita IKN Bambang Susantono mengatakan, ibu kota baru dirancang bukan hanya sebagai kota biasa.
Kota ini dirancang untuk mewujudkan konsep kota hutan, kota yang asyik ditinggali, ramah anak, aman bagi perempuan, peduli masyarakat adat, dan kota yang bisa tumbuh bersama teknologi. Harapannya, IKN kelak bisa menarik banyak orang untuk datang, termasuk pelaku usaha.
Ingin berkontribusi
Presiden Direktur PT Infra Solusi Indonesia Agus Setiono menyebut IKN sebagai proyek out of the box dan luar biasa. ”Karena kita akan punya ibu kota negara yang hijau (green), kemudian juga dengan konsep yang memberikan solusi total (total solution). Jadi, saya berharap (pemindahan) bisa dilakukan tahun depan dan sukses selalu,” katanya.
Sebagai perusahaan yang bergerak di bidang konektivitas dan infrastruktur digital, Agus berharap perusahaannya bisa ikut berkontribusi dalam pembangunan IKN.
”Saya datang untuk melihat sendiri secara langsung. Semoga saja kami bisa berpartisipasi menggelar teknologi fiber dan membangun infrastruktur untuk telekomunikasi dan digital,” ujarnya.
Presiden Direktur PT Summarecon Agung Tbk Andrianto P Adhi mengapresiasi ide Presiden Joko Widodo membuat ibu kota baru. ”Intinya yang saya lihat adalah sebuah pemerataan. Jadi, ekonomi di Indonesia kalau bisa merata itu luar biasa karena ekonomi Indonesia sudah bagus di era pemerintahan Presiden Jokowi,” katanya.
Menurut Andrianto, pemerataan itu menjadi satu hal yang penting. Karena itu, ia sangat mengharapkan siapa saja yang nanti menjadi presiden RI dapat meneruskan ide IKN dari Presiden Jokowi.
Dari IKN, berbagai asa terus dipelihara. Selain melesatkan kemajuan teknologi, beragam hal baik diharapkan terus terjaga.