”Salam Tubuh pada Bumi” dan Empat Dekade Ery Mefri
Festival Kaba edisi kesembilan menghadirkan suguhan yang menandai 40 tahun sang tuan rumah, Ery Mefri, berkarya di bidang koreografi.
Oleh
YOLA SASTRA
·5 menit baca
Kaba Festival kesembilan yang dihelat Nan Jombang Dance Company, 1-3 November, di Kota Padang, Sumatera Barat, terasa istimewa. Selain menampilkan karya koreografer dari dalam dan luar negeri, festival ini juga menghadirkan suguhan lain yang menandai 40 tahun sang tuan rumah, Ery Mefri, berkarya.
Lima penari berkostum merah menengadah pelan dengan kedua tangan ke atas. Tangan menepuk di udara, disusul dengan tepukan pada celana galembong. Gerakan di pertengahan durasi pertunjukan ini menjadi awal dari koreografi yang lebih dinamis.
Tarian berlanjut dengan atraksi tepuk galembong yang energik. Gerakan yang biasa dipakai dalam randai, permainan tradisional Minangkabau yang dimainkan secara berkelompok, dipadukan dengan tepukan tangan. Selesai dengan galembong, penari mengeksplorasi gerak dan suara dengan tujuh gandang atau gendang tambua di pentas.
Tarian dan tepukan dimainkan dengan energik, cepat, dan atraktif. Di beberapa momen, penari melempar dan mengayunkan gandang dan melompat untuk menepuk gandang. Gerakan dan tepukan pelan menjadi transisi atau dasar untuk gerak berikutnya.
Demikian sepenggal koreografi dari Nan Jombang Dance Company, Rabu (1/11/2023) malam. Tarian kontemporer berjudul ”Salam Tubuh pada Bumi” karya koreografer Ery Mefri itu menutup hari pertama Kaba Festival di Gedung Manti Menuik, Ladang Tari Nan Jombang, Kota Padang, Sumatera Barat.
Kaba Festival merupakan agenda tahunan Nan Jombang Dance Company dan tahun ini memasuki edisi ke-9. Festival yang menampilkan seni pertunjukan tari ini didukung oleh Bakti Budaya Djarum Foundation sejak 2019.
Selain tuan rumah, festival juga menampilkan karya ”Transmute: Dengung dalam Sepi” oleh Muhd Sahrul Mohd dan Namie (Singapura), ”Ruwat” oleh Boby Ari Setiawan (Solo), serta ”Sapiriang Balain Raso” dan “Merajut Kembali” oleh Syaiful Erman (Padang Panjang).
Pada hari ketiga, yang bertepatan dengan jadwal Festival Nan Jombang (FNJ) Tanggal 3, ada penampilan randai dari kelompok randai Smansajusi, Paninggahan (Solok). FNJ Tanggal 3 merupakan wadah yang disediakan Nan Jombang untuk kelompok seni tradisi.
Ibu dan tradisi
Ery Mefri menjelaskan, ”Salam Tubuh pada Bumi” bercerita tentang ibu. Di Minangkabau, ibu adalah segala-galanya.
”Ibu tempat kita mengadu dan meminta pendapat. Segala masalah yang tidak dapat diselesaikan, biasanya orangtua-orangtua kita dulu mengadu pada ibu,” katanya.
Representasi ibu ditampilkan Angga Djamar, salah satu dari dua penari perempuan dalam penampilan 43 menit tersebut. Penari senior sekaligus manajer Nan Jombang yang masuk paling akhir dan keluar paling awal dalam pertunjukan itu menjadi orang menyelesaikan persoalan.
Suasana sendu mengawali kemunculan Angga dalam pertunjukan. Suara ratap bersahut-sahutan. Perlahan-lahan kemudian gerakan dan suara yang dihasilkan para penari menjadi energik dan atraktif.
Sepeninggal Angga, empat penari lainnya mulai berekspresi dengan suara tubuh, mulai dari tepukan pada perut, dada, paha, tulang kering, dan telapak tangan. Selanjutnya, mereka kembali mengeksplorasi gandang dengan tarian ataupun tepukan.
Sebagaimana karya Ery sebelumnya, akar seni tradisional tak lepas dari pertunjukan ”Salam Tubuh pada Bumi”. Karya yang mulai berproses sejak 2021 dan belum selesai ini kental dengan pengaruh seni tradisi randai yang berakar dari silek atau seni bela diri silat asal Minangkabau. Pengaruh randai dalam karya tersebut tampak pada penggunaan celana galembong, gerakan, dan kuda-kudanya.
”Dasar saya dulu (kesenian) randai. Bagaimanapun dan semodern apa pun kami (Nan Jombang), dasarnya tidak akan hilang,” kata Ery.
Ery juga konsisten tidak menggunakan pemusik dari luar. Musik dalam pertunjukan ini dimainkan langsung oleh penari. Musik berasal dari gandang tambua, celana galembong, vokal, ataupun anggota tubuh. Para penari Nan Jombang dituntut harus pandai bermusik.
”Kesakitan kita harus kita yang berteriak,” ujar Ery.
Empat dekade
Kaba Festival tahun ini terasa spesial karena menandai empat dekade Ery Mefri berkarya. Pada hari pertama festival, Nan Jombang meresmikan Museum Tari Ery Mefri dan meluncurkan buku Salam Tubuh pada Bumi: Perjalanan 40 Tahun Karya Ery Mefri yang ditulis oleh Hendra Makmur.
Pada dua hari pertama festival, Nan Jombang juga menayangkan video 40 tahun Ery Mefri Berkarya yang terdiri atas dua bagian.
Bagi kami, sebagai seniman, proses yang paling penting untuk melahirkan sebuah karya. Bukan untuk pertunjukan, tetapi melahirkan sebuah karya sebagai sumbangan untuk keindahan dunia.(Ery Mefri)
Ery mendirikan Nan Jombang 1 November 1983. Perjalanan tidak mudah karena grup ini minim dukungan dari pemerintah daerah. Setelah melewati perjuangan panjang, Nan Jombang akhirnya debut Internasional membawakan ”Ratok Piriang” dan ”Sarikaik” di Brisbane Powerhouse, Australia, 2-11 Agustus 2007.
”Selama 25 tahun perjuangan kami sangat berat. Akhirnya, 2007 kami bisa bangkit, memperbaiki keadaan,” kata pria kelahiran Saniangbaka, Kabupaten Solok, 23 Juni 1958 ini.
Selanjutnya, jalan Nan Jombang di panggung dunia terus terbuka. Selain di kota-kota dalam negeri dan Australia, Nan Jombang tercatat pernah tampil di Singapura, Jepang, Philipina, Korea Selatan, Jerman, Amerika Serikat, Swedia, Taiwan, dan Sri Lanka.
Meskipun sudah melanglang buana ke empat benua, Ery mengaku, Nan Jombang terus berproses. Grupnya tidak pernah berhenti karena proses sangat penting dalam menghasilkan karya.
”Bagi kami, sebagai seniman, proses yang paling penting untuk melahirkan sebuah karya. Bukan untuk pertunjukan, melainkan melahirkan sebuah karya sebagai sumbangan untuk keindahan dunia,” ujarnya.
Direktur Kaba Festival sekaligus Manajer Nan Jombang Dance Company Angga Djamar mengatakan, selama 40 tahun berkarya, Ery Mefri sudah menghasilkan ratusan karya. Walakin, tidak semuanya terdokumentasi.
”Yang tertulis dan terdokumentasikan baru 100 karya,” kata Angga yang mulai memegang manajemen Nan Jombang pada 2004.
Community Development Staff Bakti Budaya Djarum Foundation Buggy Rahentyo Widodo mengatakan, pihaknya rutin mendukung Nan Jombang empat tahun terakhir. ”Bakti Budaya Djarum Foundation selalu memberikan dukungan kepada seniman dan sanggar yang terus berkembang dan juga menjadi wadah bagi para seniman,” katanya.