Musik dan Budaya Menyatu di Baturrajazz Festival 2023
Baturrajazz akan kembali digelar pada 23-25 November 2023. Acara ini memadukan musik dan seni budaya untuk mengangkat kearifan lokal.
Oleh
WILIBRORDUS MEGANDIKA WICAKSONO
·2 menit baca
PURWOKERTO, KOMPAS – Rangkaian kegiatan Baturrajazz Festival 2023 akan kembali digelar mulai Kamis (23/11/2023) hingga Sabtu (25/11/2023). Dengan mengangkat tema ”Banyumas Megalithic Heritage”, pergelaran ini memadukan musik, seni tari lengger, serta kebudayaan setempat yang digarap secara gotong royong.
Penari Lengger Lanang, Rianto, Rabu (8/12/2023), mengatakan, pada 25 November malam akan ditampilkan kolaborasi antara musik jazz dengan musik bambu, calung, dan tarian lengger yang ia garap. Tarian lengger juga ikut dalam acara-acara ritual sejak awal.
Rianto mengatakan, ada sekitar sepuluh penari lengger baik perempuan maupun laki-laki yang akan berkolaborasi dalam gelaran Baturrajazz 2023 ini. ”Message-nya adalah budaya lengger ini sebagai penyeimbang. Selain untuk acara hiburan, juga penyatuan elemen musik dan tari jadi satu kesatuan. Jadi kayak melebur jadi satu. Pesannya memang supaya anak muda lebih banyak mencintai lengger dan belajar lengger,” tuturnya.
Perpaduan sejumlah elemen itu, lanjut Rianto, menjadi wujud gotong royong merajut keberagaman. ”Keberagaman itu dirajut sebagai bentuk gotong royong baik itu dari seniman lengger, seniman musik, maupun masyarakat adat yang ada di Desa Ketenger,” katanya.
Rangkaian kegiatan akan digelar di sejumlah situs dengan mengumpulkan lalu mencuci batu-batuan yang ada di sekitar kaki Gunung Slamet. ”Ini sebagai penyemangat mereka atau masyarakat betapa pentingnya semangat gotong royong, ini harus diangkat kembali. Dengan mengangkat nilai-nilai lokal tradasi, kita bisa belajar banyak sekali tentang kehidupan,” kata Rianto.
Keberagaman itu dirajut sebagai bentuk gotong royong baik itu dari seniman lengger, seniman musik, maupun masyarakat adat yang ada di Desa Ketenger.
Project Manager Baturrajazz Festival 2023 Prayitno menyampaikan, tema ”Banyumas Megalithic Heritage” diangkat untuk melestarikan dan mengenalkan kepada generasi muda tentang khasanah serta falsafah warisan budaya Jawa tentang kehidupan yang selaras dengan alam sekitar.
Upacara tata cara awal adat, kata Prayitno, adalah sowan atau mengunjungi Situs Baturraden dan Situs Lemah Wangi. Kemudian ada juga upacara adat di Pancuran 7 dan Batu Semendeh. Selanjutnya ada prosesi membawa batu, air, dan tanah dari Lemah Wangi ke Situs Watu Congor atau Batu Gilang di Lapangan Desa Ketenger. ”Pada acara Miwiti Karya (mengawali karya) digelar prosesi adat dan doa permohonan keselamatan serta izin dari Tuhan Yang Mahakuasa,” kata Prayitno.
Selain itu, lanjut Prayitno, akan digelar pula doa bersama dan makan sayur pepaya muda atau gandulan dengan mengikutsertakan warga desa di Kecamatan Baturraden. ”Ditargetkan acara ini bisa menghadirkan 1.000 warga,” ujarnya.