Lima Pulau di Sumbar Dikembangkan Jadi Destinasi Wisata Minat Khusus
Lima pulau kecil di kawasan konservasi perairan di Sumbar dikembangkan sebagai destinasi wisata minat khusus. Pengembangan wisata diharapkan berimplikasi kesejahteraan kepada masyarakat pengggerak konservasi.
Oleh
YOLA SASTRA
·3 menit baca
PADANG, KOMPAS — Lima pulau kecil di Sumatera Barat dirancang menjadi destinasi wisata minat khusus. Pengembangan wisata ini diharapkan memberikan implikasi kesejahteraan kepada masyarakat yang peduli dan menjadi penggerak kawasan konservasi.
Lima pulau itu adalah Toran, Pandan, dan Air di Kota Padang; Bando di Kota Pariaman; dan Pieh di Kabupaten Padang Pariaman. Semuanya masuk dalam kawasan konservasi Pulau Pieh dan laut sekitarnya yang dikelola Loka Kawasan Konservasi Perairan Nasional (LKKPN) Pekanbaru di bawah Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP). Di semua pulau, pengunjung bisa melakukan kegiatan survival, menyelam, menyaksikan penyu dan lumba-lumba hingga island hopping (mengunjungi beberapa pulau).
Kepala LKKPN Pekanbaru Rahmat Irfansyah, Kamis (16/11/2023), mengatakan, pengembangan lima pulau itu bekerja sama dengan Pemprov Sumbar dan Pemkot/Pemkab Padang, Pariaman, dan Padang Pariaman. Aktivitas wisata di pulau digerakkan kelompok masyarakat penggerak konservasi (Kompak) binaan LKKPN.
”Ini sekaligus upaya memberdayakan masyarakat mengelola kawasan konservasi sehingga memperoleh manfaat ekonomi dalam proses pengelolaannya,” kata Irfan ketika dihubungi dari Padang.
Sebagai contoh, kata Irfan, di Pulau Bando ada Kompak Raja Samudera yang bekerja sama dengan biro wisata untuk mendatangkan pengunjung. Pengelolaan wisata sepenuhnya dilakukan Kompak. Untuk bisa masuk ke pulau, pengunjung membeli tiket ke LKKPN Pekanbaru secara daring.
Irfan menjelaskan, pihaknya mulai merancang model pengelolaan pulau-pulau di dalam kawasan konservasi Pulau Pieh dan laut sekitarnya sejak 2016. Setiap pulau punya potensi dan peruntukan wisatanya masing-masing.
Pulau Toran seluas 25,23 hektar, misalnya, dikembangkan sebagai survival island dengan daya dukung lingkungan 67 orang per hari. Hal serupa juga bisa ditemui di Pulau Bando seluas 5,7 hektar yang dikembangkan menjadi kawasan budaya dan hingga uji kemampuan bertahan hidup dengan daya dukung 42 orang per hari.
”Akhir tahun, kegiatan survival island di Pulau Bando sudah fullbook oleh wisatawan, terutama dari luar negeri, yaitu Eropa dan Amerika,” ujar Irfan.
Kemudian, Pulau Pandan dengan luas 16,04 hektar diproyeksikan sebagai lokasi peneluran penyu dan kawasan wisata sejarah. Di sana terdapat bangunan peninggalan Kkolonial Belanda. Daya dukung lingkungannya 44 orang per hari.
Pulau Air seluas 4,75 hektar juga potensial dikembangkan untuk wisata keluarga dengan daya dukung lingkungan 28 orang per hari. Sementara Pulau Pieh yang luasnya 10,62 hejtar dikembangkan menjadi pusat pembelajaran dengan daya dukung 55 orang per hari.
Agar fungsi konservasi kelima pulau terjaga, kata Irfan, akan memperkuat pengembangan wisata dengan kajian daya dukung lingkungan dan pembatasan jumlah wisatawan secara saintifik. Konsep wisatanya juga minat khusus berbasis perlindungan ekosistem dan sumber daya hayati di dalamnya serta memberikan implikasi kesejahteraan kepada masyarakat yang peduli dan menjadi penggerak konservasi.
”Kalau mereka (Kompak) sudah dapat manfaat ekonomi dari pengelolaan kawasan konservasi, pasti mereka menjadi bagian terdepan menjaga kawasan. Wisata ini minat khusus, atraksi wisata dan pilihan wisata keseluruhannya terkait dengan upaya konservasi,” ujar Irfan.
Wali Kota Padang Hendri Septa saat berkunjung ke Pulau Pandan, Sabtu (11/11/2023), menyambut baik upaya LKKPN Pekanbaru mengembangkan tiga pulau kecil di Kota Padang. Upaya itu sejalan dengan program unggulan Pemkot Padang, yaitu mengembangkan Kawasan Wisata Terpadu Gunung Padang, pulau-pulau kecil, dan wilayah timur Kota Padang.
Hendri berharap, Pulau Pandan dapat dikembangkan menjadi obyek wisata berbasis konservasi alam. Pulau Pandan memiliki banyak potensi, antara lain vegetasi hutannya masih alami, memiliki bangunan peninggalan zaman Belanda, dikelilingi karang, dan memiliki sumber mata air.
”Saya mengajak warga Kota Padang untuk menjaga dan merawat Pulau Pandan karena ini merupakan aset Kota Padang yang ditinggalkan oleh orangtua kita untuk anaknya. Mari bersama-sama kita kunjungi Pulau Pandan ini, kita nikmati keindahannya,” ujarnya.