Investigasi Super Tucano Dilakukan secara Mendalam
Kecelakaan Super Tucano perlu diinvestigasi secara mendalam agar kejadian serupa tidak terjadi lagi di masa depan serta untuk memperbaiki prosedur sekaligus meningkatkan keselamatan terbang dan kerja.
Oleh
DEFRI WERDIONO
·3 menit baca
MALANG, KOMPAS — Kepala Staf TNI Angkatan Udara Marsekal Fadjar Prasetyo mengatakan, investigasi terkait kecelakaan pesawat Super Tucano TT 3111 dan 3103 di Pasuruan, Jawa Timur, akan dilaksanakan secara mendalam. Tujuannya untuk mendapatkan informasi lengkap sehingga kecelakaan serupa di masa yang akan datang bisa dihindari.
Kepala Dinas Penerangan Angkatan Udara Marsekal Pertama R Agung Sasongkojati menyampaikan hal itu dalam jumpa pers di Gedung Penerangan, Pangkalan TNI Angkatan Udara (Lanud) Abdulrachman Saleh, Malang, Sabtu (18/11/2023) siang.
Fadjar, yang baru kembali ke Tanah Air dari Arab Saudi, langsung bertolak ke Lanud Abdulrachman Saleh untuk mengunjungi empat keluarga korban kecelakaan Super Tucano guna takziah dan menyampaikan belasungkawa.
Keempat korban adalah Marsekal Pertama TNI (Anumerta) Subhan, Marsekal Pertama TNI (Anumerta) Widiono Hadiwijaya, Kolonel Pnb (Anumerta) Sandhra Gunawan, dan Letnan Kolonel Pnb (Anumerta) Yuda Anggara Seta.
”Pesan beliau (KSAU) kepada saya bahwa investigasi ini akan dilaksanakan secara mendalam dengan tujuan untuk mendapatkan informasi selengkap-lengkapnya sehingga di masa depan tidak ada lagi kecelakaan semacam ini. Untuk memperbaiki prosedur yang ada serta meningkatkan keselamatan terbang dan kerja,” ujar Agung.
Pada kesempatan ini, Agung juga meluruskan istilah flight data recorder (FDR) yang sebelumnya beredar. Nama alat yang dimaksud adalah video data recorder (VDR)/network centric data cartridge (NCDC). Alat dari kedua pesawat itu sudah dibawa ke Abdulrachman Saleh.
Apa yang ada dalam alat ini diharapkan bisa menjadi data awal mengenai apa yang terjadi saat kecelakaan. VDR/NCDC, di antaranya berisi gambar video penerbangan sampai saat terakhir, komunikasi pilot, performa pesawat, kecepatan, ketinggian, arah, dan data mesin.
”Sekali lagi kami tegaskan bahwa penyelidikan akan dilaksanakan sepenuhnya oleh Pusat Kelaikan dan Keselamatan Terbang dan Kerja (Puslaiklambangja) TNI AU. Kami memiliki kemampuan untuk itu. Kami pastikan (penyelidikan) akan dijalankan dengan baik dan sesuai prosedur yang berlaku,” ujarnya.
Penyelidikan akan dilaksanakan sepenuhnya oleh Pusat Kelaikan dan Keselamatan Terbang dan Kerja (Puslaiklambangja) TNI Angkatan Udara.
Di dalam penyelidikan pesawat modern, lanjut Agung, yang dilihat tidak hanya mesin, tetapi juga 5M, antara lain man (orang), mesin, misi, dan manajemen. Hal lain, seperti kondisi cuaca dan sebagainya juga dilihat. Menurut dia, penyelidikan tidak bisa langsung disimpulkan dari apa yang dilihat atau didengar, tetapi perlu data akurat dari berbagai pihak.
Oleh karena itu, pihaknya berharap siapa saja yang memiliki informasi, baik berupa gambar, video, maupun kesaksian langsung, bisa menyampaikan ke Penerangan Lanud Abdulrachman Saleh agar TNI AU bisa memperoleh gambaran seutuhnya mengenai apa yang terjadi.
Soal evakuasi bangkai pesawat akan dilaksanakan oleh personel Puslaiklambangja TNI AU dari Skadron Teknik Abdulrachman Saleh. Sejauh ini kegiatan yang dilakukan adalah memotong beberapa bagian pesawat di lokasi. Untuk memindahkan bagian pesawat dari lokasi kecelakaan ke Abdulracman Saleh tidaklah mudah.
”Kalau pakai helikopter, sulit, karena lokasinya di lembah, di gunung-gunung dan kemungkinan ada turbulensi yang bisa membahayakan helikopter itu sendiri. Kemungkinan besar tidak bisa menggunakan helikopter. Tenggat waktu insya Allah satu pekan bisa diangkut semua,” ujarnya.
Sejauh ini yang sudah diangkut adalah senjata. Setiap pesawat membawa dua senapan mesin kaliber besar, tetapi tidak ada amunisi di dalamnya. Selain itu, ada juga cartridge-cartridge bahan peledak yang dipakai untuk melontarkan kanopi, kursi lontar, menjatuhkan bom, dan menurunkan roda jika macet. Bahan-bahan peledak ini sudah diamankan sehingga pesawat dinilai sudah aman.
Sementara itu, terkait kecelakaan Super Tucano, di tempat terpisah, Menteri Pertahanan Prabowo Subianto mengatakan, evaluasi terhadap alat utama sistem pertahanan (alutsista) akan dilakukan terus. Super Tucano sendiri seharusnya termasuk pesawat baru yang laik dan siap tempur.
Menurut Prabowo, pertahanan itu penuh dengan risiko. Latihan itu harus realistis, tetapi mengandung bahaya, baik di laut, darat, udara, gunung, hutan, maupun rawa.
”Itulah risiko prajurit kita. Saya terkejut, belasungkawa kepada anak-anak (prajurit), kita yang telah berkorban. Nanti, saya berencana menengok mereka. Keluarga yang ditinggalkan,” ujarnya menjawab pertanyaan awak media seusai menghadiri acara Mujadalah Kiai Kampung di Malang.