Buntut Dua Orang Meninggal, Pemkab TTU Fokus Vaksinasi Antirabies
Pemkab Timor Tengah Utara mengklaim tengah fokus memberikan vaksin antirabies ke daerah rawan. Periode Januari hingga 26 November 2023, tercatat 29 warga NTT meninggal akibat digigit anjing rabies.
Oleh
KORNELIS KEWA AMA
·2 menit baca
KEFAMENANU, KOMPAS — Pemerintah Kabupaten Timor Tengah Utara di Nusa Tenggara Timur mengklaim tengah fokus memberikan vaksin antirabies ke daerah rawan. Hal itu menyusul kejadian dua warga yang meninggal akibat rabies.
Kasus rabies di sejumlah daerah di Nusa Tenggara Timur (NTT) tidak kunjung usai. Periode Januari hingga 26 November 2023, tercatat 29 warga meninggal setelah digigit anjing rabies. Sebanyak 11 di antaranya berasal Timor Tengah Selatan (TTS) dan dua lainnya dari daerah tetangga, Timor Tengah Utara (TTU).
Salah satu pemicu maraknya kasus rabies karena belum semua warga paham pentingnya pencegahan penularan. Hal itu bisa dilakukan dengan tidak membiarkan hewan peliharaan rawan tertular rabies berkeliaran dan memberikan vaksin antirabies.
Kepala Dinas Peternakan TTU Trimeldus Tombesi di Kefamenanu, Senin (27/11/2023), mengatakan, kasus rabies muncul di Kecamatan Miomaffo Barat dan Noemuti. Korbannya dua orang meninggal. Selain itu, dilaporkan 172 kasus gigitan yang ditangani puskesmas setempat.
”Kini, untuk mencegah penambahan kasus, kami menyediakan 10.000 ampul vaksin antirabies. Fokusnya akan diberikan untuk kecamatan di perbatasan dengan TTS, seperti Miomaffo Barat dan Noemuti,” kata Trimeldus.
membantah tudingan pihaknya lamban menangani rabies. Dia menyebut, rabies harus dibuktikan melalui laboratorium. Khusus NTT, sampelnya diperiksa di Denpasar, Bali, dan biasanya butuh waktu lebih dari satu bulan.
Jika sudah ada bukti positif dari laboratorium, kasus rabies itu akan ditetapkan sebagai kejadian luar biasa (KLB). Semua sumber daya pemda akan dikerahkan untuk menangani kasus KLB itu.
Sekretaris Komite Penanggulangan Rabies Flores-Lembata Asep Purnama khawatir kasus kematian akibat rabies akan terus meluas di Flores-Lembata dan daratan Timor Barat. Dia menyebut, ketersediaan vaksin antirbies yang tidak seimbang dengan populasi anjing di NTT menjadi penyebab utamanya.