Bandara Dhoho Seimbangkan Wilayah Selatan dan Utara Jatim
Pembangunan Bandara Internasional Dhoho di Kediri hampir rampung. Bandara ini akan menjadi penyeimbang pembangunan di wilayah selatan dan utara Jatim.
Oleh
DEFRI WERDIONO
·4 menit baca
KEDIRI, KOMPAS — Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa menilai keberadaan Bandara Internasional Dhoho di Kediri akan menjadi penyeimbang pertumbuhan pembangunan di wilayah selatan dan utara Jatim. Keberadaan transportasi publik bisa mendorong pergerakan ekonomi, pendidikan, wisata, budaya, dan lainnya.
”Bandara ini menjadi kekuatan kita yang luar biasa untuk membangun keseimbangan pertumbuhan pembangunan wilayah utara dan selatan Jawa Timur,” kata Khofifah di sela-sela peninjauan kesiapan layanan Bandara Dhoho di Kediri, Jumat (1/12/2023).
Hadir mendampingi Khofifah, antara lain, Bupati Kediri Hanindhito Himawan Pramana dan Direktur PT Surya Dhoho Investama (SDI) Maksin Arisandi. Tampak pula Bupati Trenggalek M Nur Arifin dan Penjabat Wali Kota Kediri Zanariah.
Khofifah meninjau sejumlah fasilitas, mulai dari layanan check-in counter, ruang tunggu domestik, ruang tunggu internasional, ruang pemeriksaan imigrasi keberangkatan/kedatangan internasional, ruang pemeriksaan bea cukai, dan ruang pengambilan bagasi internasional hingga garbarata, apron, dan runway.
Dengan panjang landasan pacu 3.300 meter dan lebar 45 meter, Bandara Dhoho bisa didarati pesawat berbadan besar. Tidak hanya itu, jalur perpindahan pesawat membentang sepanjang 306 meter x 32 meter dan 438 meter x 32 meter. Gedung terminal bandara yang berukuran 18.224 meter persegi mampu menampung 1,5 juta penumpang per tahun.
Menurut Khofifah, pembangunan daerah tidak bisa dilakukan melalui pendekatan simetris, tetapi asimetris. Sebab, ada kebutuhan infrastruktur yang harus ditambahkan dan difasilitasi. Bandara Dhoho akan diperkuat dengan infrastruktur penunjang, termasuk tol Kediri-Tulungagung.
Kehadiran Bandara Dhoho di Kediri akan membawa dampak cukup luas untuk banyak sektor pembangunan. Di sektor pendidikan, bandara ini tentu saja akan membutuhkan pengembangan kualitas sumber daya manusia (SDM) di wilayah Kediri Raya.
Begitu pula di sektor agrobisnis. Ada sejumlah komoditas unggulan di sekitar Gunung Wilis, seperti kopi, kakao, alpukat tanpa biji, dan nanas yang selama ini sudah punya pasar bagus di dalam negeri, akan bisa berkembang lagi.
”Artinya, kehadiran Dhoho Airport memberikan ruang cukup luas bagi sektor industri kecil menengah dan usaha kecil menengah untuk terus mendongkrak. Mari kita lihat kehadiran Dhoho Airport sebagai kekuatan untuk memberikan ruang dan harapan baru, terutama bagi milenial, melompat lebih tinggi sehingga kekuatan SDM di Kediri Raya dan Mataraman lebih komprehensif, kualitatif,” katanya.
Demikian pula di sektor budaya, Khofifah meminta agar ada ikon Kediri dan Mataraman bisa dimunculkan. Tujuannya untuk menguatkan nuansa local wisdom yang ada di wilayah itu.
Lebih lanjut, kehadiran Bandara Internasional Dhoho bisa menjadi salah satu titik sentral embarkasi, khususnya bagi masyarakat Mataraman Raya. Tidak hanya saat haji, ibadah umrah pun bisa melalui Bandara Dhoho jika izin operasional penerbangan internasional sudah turun.
Hanindhito mengatakan, saat ini Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Kediri sedang menyiapkan dan merapikan jalan-jalan nontol sebelum jalan tol Kediri-Kertosono dan Kediri-Tulungagung terbangun dan beroperasi. Tidak hanya Pemkab Kediri, juga ada anggaran dari Pemerintah Provinsi Jatim untuk pelebaran jalan di daerah Gringging sepanjang 10 kilometer.
”Saya berharap tidak hanya di Kediri karena nanti yang menikmati tidak hanya wilayah ini. Saya berharap kabupaten lain juga menyiapkan untuk membangun jalan nontol guna mendukung bandara,” katanya.
Direktur PT Surya Dhoho Investama (SDI) Maksin Arisandi mengatakan, dari sisi kesiapan secara fisik, fungsional, dan operasional, bandara sudah siap. Memang ada beberapa hal yang masih harus diselesaikan terkait verifikasi dan kalibrasi. Satu item yang saat ini sedang menunggu adalah kalibrasi.
”Jika tidak ada halangan dan ada izin security clearance, insya Allah 1-2 minggu lagi kita sudah bisa jalan kalibrasi. Setelah kalibrasi selesai dan dinyatakan lulus oleh Kementerian Perhubungan, sertifikat sudah bisa dikeluarkan. Dari situ, secara teknis, secara keseluruhan bandara sudah bisa dioperasikan,” katanya.
Dengan panjang landasan pacu 3.300 meter dan lebar 45 meter, Bandara Dhoho bisa didarati pesawat berbadan besar. Tidak hanya itu, jalur perpindahan pesawat membentang sepanjang 306 meter x 32 meter dan 438 meter x 32 meter. Gedung terminal bandara yang berukuran 18.224 meter persegi mampu menampung 1,5 juta penumpang per tahun.
Bangunan kegiatan mandatory, kata Maksin, sudah selesai 97 persen, baik sisi udara (airside) maupun sisi darat (landside). Kalau airside sudah 100 persen, tinggal cleaning area runway. Kalau landside gedung dan sebagainya beberapa finishing kurang 3-4 persen. Namun, untuk persiapan operasional, menurut dia, sudah siap.
Dengan kondisi ini, diharapkan pendaratan pertama pesawat di Bandara Dhoho sudah bisa dilakukan Desember ini. ”Semakin cepat semakin baik. Memang ada hal yang kita tidak boleh tingalkan terkait kelengkapan agar bandara bisa beroperasi aman,” ucapnya.