Semua Alat Pemantauan Berfungsi Saat Erupsi Marapi
Semua alat pemantau Gunung Marapi berfungsi saat erupsi Minggu kemarin meskipun baterai salah satu dari delapan alat pemantau berulang kali dicuri.
Oleh
YOLA SASTRA
·3 menit baca
BUKITTINGGI, KOMPAS — Pos Pengamatan Gunung Api Marapi menegaskan, semua alat pemantau berfungsi saat Gunung Marapi di Sumatera Barat erupsi, Minggu (3/12/2023) pukul 14.54. Meskipun baterai salah satu alat pemantau beberapa kali dicuri, pos tetap mendapatkan data dari tujuh alat lainnya.
Kepala Pos Pengamatan Gunung Api (PGA) Marapi Ahmad Rifandi di Bukittinggi, Rabu (6/12/2023), mengatakan, pos memiliki delapan alat pemantauan stasiun yang tersebar di sejumlah lokasi. Salah satu baterai alat pemantau di Stasiun Guguak Solang pernah dicuri beberapa kali.
Pencurian baterai alat pemantauan terjadi tahun 2020 dan telah diperbaiki. Pada Maret 2023, pencurian baterai kembali terjadi. Pada Mei, peralatan sudah diperbaiki dan berjalan normal. ”Jadi, saat letusan, semua alat berfungsi,” kata Rifandi.
Menurut Rifandi, dampak dari tidak berfungsinya salah satu alat pemantau saat baterainya dicuri adalah terjadinya kekurangan data pemantauan. ”Namun, itu bukan berarti kami tidak bisa memantau karena kami masih punya backup tujuh stasiun yang memadai untuk memantau aktivitas Gunung Marapi,” ujarnya.
Rifandi berharap, masyarakat bisa menyadari bahwa sebenarnya pengamatan gunung api bermanfaat bagi keselamatan semua orang sehingga jangan dicuri. Alat pemantau berfungsi memberitahukan kondisi gunung sehingga bisa diberikan peringatan dini apabila terjadi kondisi membahayakan di Gunung Marapi.
Sebelumnya, Gunung Marapi mengalami erupsi pada Minggu sore. Erupsi tersebut terjadi secara mendadak. Saat itu, 75 orang sedang melakukan pendakian di gunung yang berada di wilayah Kabupaten Agam dan Kabupaten Tanah Datar ini. Hingga Rabu siang, 22 pendaki ditemukan meninggal, satu pendaki dalam pencarian, dan sisanya selamat.
Kepala PVMBG Badan Geologi Hendra Gunawan menjelaskan, erupsi Gunung Marapi kali ini memang mendadak. Tidak ada peningkatan aktivitas kegempaan sejak gunung ini erupsi pada awal tahun. Meskipun demikian, status Marapi berada pada Level II atau Waspada yang berlaku sejak 3 Agustus 2011.
”Jadi, status Level II ini untuk mengantisipasi jika terjadi letusan yang sifatnya tiba-tiba. Maksudnya, secara rekaman, aktivitasnya tidak terekam,” kata Hendra.
Fluktuatif
Memasuki hari keempat sejak erupsi pertama, Gunung Marapi masih mengalami letusan dan embusan. Pos PGA Marapi mencatat, Rabu pukul 00.00-12.00, tercatat tujuh kali letusan dan 26 kali embusan. Hal tersebut menandakan masih ada aktivitas gunung api.
”Masyarakat diharapkan tidak memasuki radius 3 km dari puncak. Tadi malam juga hujan, masyarakat diharapkan tidak mendekati sungai yang berhulu dari Gunung Marapi karena berpotensi terjadi banjir lahar dingin,” kata Rifandi.
Tidak ada kendala identifikasi karena kondisi jenazah relatif bagus. (Lisda Cancer)
Aktivitas dan jumlah gempa Gunung Marapi masih fluktuatif. Hari pertama, terjadi 36 letusan dan 16 embusan, hari kedua 10 letusan dan 50 embusan, dan hari ketiga 6 letusan dan 110 embusan.
”Jadi, trennya masih fluktuatif. Belum bisa disimpulkan aktivitasnya meningkat atau menurun,” kata Rifandi.
22 jenazah
Di RSUD dr Achmad Mochtar, proses identifikasi 22 jenazah pendaki oleh tim DVI Bidang Dokter dan Kesehatan Polda Sumbar selesai. Semua jenazah juga sudah dipulangkan kepada keluarga masing-masing.
”Tidak ada kendala identifikasi karena kondisi jenazah relatif bagus,” kata Komisaris Besar Lisda Cancer, Kepala Biddokes Polda Sumbar, Rabu siang.
Adapun identitas jenazah tersebut adalah Nurva Afitri (27), Muhammad Alfikri (19), Muhammad Teguh Amanda (19), Nazatra Adzin Mufadhal (22), dan Muhammad Adan (21). Kemudian, Irfandi Putra (21), M Wilki Syahputra (20), Aditya Prasetyo (20), Afranda Junaidi (26), Yasirli Amri (20), dan Divo Suhandra (26).
Selanjutnya, Filhan Alfigh Faizin (18), Wahlul Alde Putra (19), Riski Rahmat Hidayat (20), Reyhani Zahra Fadli (18), dan Muhammad Iqbal (23). Terakhir Lenggo Baren (19), Zikri Habibi (19), Novita Intan (39), Liarni (22), Ilham Nanda Bintang (21), dan Frengky Candra Kusuma (23).