logo Kompas.id
NusantaraPemilih Muda Menanti Solusi...
Iklan

Pemilih Muda Menanti Solusi Masalah Ketenagakerjaan dari Capres

Sejumlah pemilih muda antusias mengikuti pilpres dan menanti program konkret para capres untuk masa depan kaum muda.

Oleh
EMANUEL EDI SAPUTRA
· 4 menit baca
Ketiga calon presiden mengangkat tangan bersama seusai mengikuti debat yang diselenggarakan Komisi Pemilihan Umum (KPU) di kantor KPU, Jakarta, Selasa (12/12/2023).
KOMPAS/HENDRA A SETYAWAN

Ketiga calon presiden mengangkat tangan bersama seusai mengikuti debat yang diselenggarakan Komisi Pemilihan Umum (KPU) di kantor KPU, Jakarta, Selasa (12/12/2023).

Sejumlah pemilih muda antusias mengikuti isu Pilpres 2024 melalui media sosial hingga nonton bareng debat perdana calon presiden. Namun, mereka masih menanti program konkret para capres untuk masa depan kaum muda.

Beberapa anak muda di Kalimantan Barat antusias mengikuti isu-isu pemilu, terutama terkait dengan visi misi para capres. Salah satunya, Rudi Hartono (28), penggagas magrove digital di Ekowisata Mangrove Telok Berdiri di Desa Sungai Kupah, Kabupaten Kubu Raya, Kalbar. Sebagai pegiat lingkungan, Rudi menanti terobosan para capres-cawapres untuk isu lingkungan. Sebab, masalah lingkungan bukan lagi masalah nasional, melainkan juga masalah dunia, yaitu perubahan iklim.

Baca Berita Seputar Pemilu 2024
Pahami informasi seputar pemilu 2024 dari berbagai sajian berita seperti video, opini, Survei Litbang Kompas, dan konten lainnya.
Kunjungi Halaman Pemilu

”Kami memantau gagasan dari para capres-cawapres. Bahkan, saya dan rekan-rekan nonton bareng debat perdana capres beberapa waktu lalu,” ujar Rudi, Jumat (15/12/2023).

Menurut Rudi, gagasan para capres menentukan ”wajah” Indonesia ke depan, terutama menyongsong Indonesia Emas 2045. ”Kami ingin melihat bagaimana program untuk Indonesia ke depan,” tutur Rudi.

Selain terkait lingkungan, Rudi juga menunggu langkah konkret apa yang akan dilakukan para capres terkait bidang ketenagakerjaan. Beberapa hal yang ditunggu Rudi dan generasi muda lainnya seperti bagaimana solusi para capres-cawapres mengatasi pengangguran generasi muda dan bagaimana dunia usaha menyerap puluhan ribu lulusan kampus sebagai tenaga kerja. Langkah-langkah spesifik para capres terkait hal itu belum terdengar.

Harapan yang sama juga disampaikan Ketua Pelaksana Harian Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (AMAN) Kalbar, Tono (35). Ia juga selalu memantau isu-isu Pemilu 2024. Namun, ia belum menemukan gagasan dari para capres-cawapres untuk pengembangan pemuda adat.

”Bagaimana program konkret para capres-cawapres membekali para pemuda adat dengan keterampilan yang kontekstual bagi masyarakatnya. Sehingga para pemuda adat bisa membangun masyarakat di sekitarnya,” kata Tono.

Antusiasme juga datang dari Lie Martina (28) atau Tina, pendiri Komunitas Bumi Menulis di Kalbar. Melalui media sosial, Tina mengikuti debat perdana capres pada pekan lalu.

Pendapat responden survei CSIS terkait karakter pemimpin yang diharapkan oleh pemilih muda berusia 17-39 tahun.
TANGKAPAN LAYAR SURVEI CSIS

Pendapat responden survei CSIS terkait karakter pemimpin yang diharapkan oleh pemilih muda berusia 17-39 tahun.

Ia memantau sejauh mana para capres mampu menyiapkan masa depan para anak muda ke depan. Ia menantikan kebijakan para calon pemimpin yang menyentuh anak-anak daerah yang sejauh ini belum begitu terasa.

Kesenjangan pendidikan dan sosial masih terasa di kalangan muda. Masih ditemui, ada sekolah, tetapi gurunya tidak ada. Belum lagi kompetensi para pengajar untuk menyiapkan generasi muda menyongsong Indonesia Emas 2045.

Baca juga: Era Baru Pemilih Muda

Iklan

Kekhawatiran Tina tersebut beralasan. Berdasarkan catatan Kompas, ”wajah” Indonesia di tahun 2045 sangat bergantung pada generasi di tahun 2023 yang berada di TK, SD, SMP, dan SMA yang jumlahnya 44,19 juta orang secara nasional. Jika merujuk pada data Badan Pusat Statistik, secara nasional, yang lulus SMA sebanyak 3,6 juta. Namun, yang melanjutkan ke perguruan tinggi hanya 1,3 juta orang.

Belum lagi angkatan kerja yang ada 55,43 persen lulusan SMP. Kemudian 39,10 persen didominasi tamatan SD. IQ orang Indonesia rata-rata 78 menjadi sangat rendah. Guru bersertifikat hanya 50 persen. Sebanyak 302 kecamatan belum ada SMP dan Madrasah Tsanawiyah.

Arah Indonesia

Pada Pemilu 2024, jumlah pemilih muda mendominasi. Secara nasional, dari total 204,8 juta pemilih dalam Pemilu 2024, sekitar 106,3 juta atau 52 persen berusia 17-40 tahun. Jika dirinci, persentase pemilih berusia 17-30 tahun sebanyak 31,29 persen dari total pemilih dan 31-40 tahun sebanyak 20,7 persen.

Di Provinsi Kalbar, misalnya, berdasarkan data Komisi Pemilihan Umum Daerah (KPUD) Kalbar, dari 3.958.561 jumlah pemilih di Kalbar pada Pemilu 2024, sebanyak 25,37 persen atau sekitar 1 juta adalah pemilih gen Z (kelahiran 1997-2012). Kemudian, 35,49 persen atau 1,4 juta pemilih dari generasi milenial (kelahiran 1981-1996).

Kemudian, 26,23 persen atau sekitar 1 juta di antaranya pemilih dari gen X (kelahiran 1965-1980). Selebihnya, 1,26 persen atau 49.879 pemilih kategori pre-boomer (kelahiran sebelum 1945) dan 11,65 persen atau 461.116 lagi merupakan pemilih baby boomer (kelahiran 1946-1964).

Jumlah pemilih di Kalimantan Barat dalam Pemilu 2024.
KPUD PROVINSI KALBAR

Jumlah pemilih di Kalimantan Barat dalam Pemilu 2024.

Pengajar bidang pemilu dari Fakultas Hukum Universitas Indonesia, Titi Anggraini, menilai, pemilih muda tidak hanya merefleksikan jumlah pemilih, tetapi juga konfigurasi populasi Indonesia. Dalam konteks itu, pemilih muda berdampak pada arah Indonesia ke depan, termasuk pilihan mereka pada Pemilu 2024.

Sayangnya sejauh ini, narasi soal pemilih muda dari para capres-cawapres hanya pada bagaimana pemilih muda sebagai sumber suara pemenangan atau sebagai ”segmen pasar” dalam Pemilu 2024.

”Bagaimana mereka (pemilih muda) ditempatkan dalam visi-misi program kerja para capres-cawapres, belum muncul di permukaan,” ungkap Titi yang juga Dewan Pembina Perludem.

Meskipun beberapa capres-cawapres sudah melibatkan tim sukses orang muda, porsi kehadiran mereka perlu diperbanyak sehingga pemilih muda melihat dialektika kepercayaan calon kepada orang muda dalam Pilpres 2024 bukan sekadar simbol.

Direktur Eksekutif Perludem Titi Anggraini
KOMPAS/PRADIPTA PANDU

Direktur Eksekutif Perludem Titi Anggraini

Dalam debat selanjutnya, yang akan diikuti para cawapres akan membahas isu ekonomi. Anak muda berharap isu-isu ekonomi bisa lebih menyentuh kepentingan mereka. Salah satu perhatian orang muda adalah soal lapangan kerja.

Baca juga: Persona Politik Pemilih Muda

Di sisi lain, durasi debat memang pendek. Untuk itulah, diperlukan narasi lanjutan di forum nondebat yang menggambarkan gagasan para calon dalam skema yang lebih konkret untuk kaum muda. Gagasan para capres bisa diamplifikasi melalui metode kampanye yang lain, baik dalam alat peraga, dialog tatap muka, pertemuan terbatas, kampanye rapat umum, maupun media sosial.

Editor:
SUSY BERINDRA
Bagikan
Logo Kompas
Logo iosLogo android
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 8062 6699
Layanan Pelanggan
Kompas Kring
+6221 2567 6000