Peternak Ayam Keluhkan Harga Jagung Tembus Rp 7.000
Harga jagung lokal yang menjadi pakan ternak melambung diduga akibat pasokan berkurang akibat dampak El Nino. Peternak yang belum bergabung dengan koperasi pun mengeluh karena tidak bisa mengakses jagung subsidi.
Oleh
DEFRI WERDIONO
·3 menit baca
BLITAR, KOMPAS — Harga jagung, komponen utama pakan ayam petelur di Kabupaten Blitar, Jawa Timur, naik sejak dua pekan terakhir. Kondisi ini terjadi di tengah rendahnya harga dan serapan telur di tingkat peternak.
Saat ini, harga jagung lokal Rp 7.000-Rp 7.300 per kilogram atau naik dari sebelumnya Rp 6.600 per kilogram. Padahal, harga telur tidak beranjak dari Rp 21.000-Rp 22.000 per kg. Momen jelang Natal dan Tahun Baru belum mampu mendongkrak harga telur.
Widodo Setiohadi, peternak di Desa Pohgajih, Kecamatan Selorejo, Kamis (21/12/2023), merasa kenaikan harga jagung kali ini merupakan yang tertinggi. Dampaknya sangat terasa karena Widodo belum bergabung dengan koperasi. Peternak yang belum tergabung dalam koperasi tidak mendapat subsidi jagung pakan.
”Harga jagung di sini Rp 7.000 per kg sampai kandang,” ujarnya.
Widodo terakhir mendapatkan 6 kuintal jagung akhir pekan lalu. Dia tidak membeli banyak lantaran sebagian ayam memasuki usia afkir dan baru akan diisi kembali seusai Lebaran 2024. Dia kini memelihara sekitar 1.300 ekor.
”Jelang Natal dan Tahun Baru, harga telur masih landai. Tidak ada kenaikan harga dalam 1,5 bulan terakhir. Kalau harga telur di kisaran Rp 22.000 per kg, keuntungannya mepet,” katanya.
Ketua Koperasi Berkah Telur Blitar Yesi Yuni Astuti membenarkan tingginya harga jagung lokal. Menurut dia, kenaikan harga ini merupakan dampak menipisnya stok panen.
”Barang (jagung) di pasar tidak ada karena musim tanamnya mundur. Banyak yang gagal panen akibat El Nino. Meski jagung subsidi dari impor sudah masuk, tetapi belum menyebar rata,” ucap Yesi, peternak asal Desa Wonorejo, Kecamatan Talun.
Beban peternak yang tergabung dalam koperasi, menurut Yesi, lebih ringan. Mereka bisa mendapatkan jagung subsidi dari pemerintah. Harganya Rp 5.000 per kg. Namun, ia mengatakan, tidak semua peternak bergabung dengan koperasi atau asosiasi.
Hingga 21 Desember, Koperasi Berkah Telur yang beranggotakan 60 orang telah menyerap 75 persen dari kuota jagung subsidi yang diajukan. Sebelumnya, koperasi ini mengajukan 787 ton, lalu diperbarui menjadi 1.150 ton. Subdisi diperuntukkan selama tiga bulan, yakni November, Desember, dan Januari 2024.
Ke depan, Yesi berharap ada impor lainnya untuk antisipasi kebutuhan jagung pada bulan Februari-Maret 2024. Alasannya, belum semua jagung lokal bakal siap panen saat itu.
Sementara itu, terkait rendahnya serapan telur jelang Natal dan Tahun Baru, Yesi dan para peternak menduga ada indikasi telur tetas (hatched egg) dari perusahaan pembibitan beredar di pasaran.
”Berdasarkan pengalaman sebelumnya, permintaan telur pada awal November sudah mulai beranjak naik sampai Tahun Baru. Yang sekarang malah turun, berbanding terbalik dengan harga jagung lokal,” ucapnya.
Kepala Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Blitar Eko Susanto mengatakan, bantuan jagung subsidi untuk peternak dari pemerintah pusat sudah turun. Pemerintah pusat ikut membantu menstabilkan harga jagung dan telur di tingkat peternak.
”Kemarin dari badan pengawas ke Blitar untuk memastikan distribusi jagung untuk sembilan asosiasi dan koperasi,” ujarnya.
Sementara peternak lain yang belum tergabung dalam koperasi atau asosiasi, menurut Eko, sedang diusulkan secara bertahap. Pihak kabupaten mengusulkan kepada Pemprov Jatim untuk lantas menyampaikannya kepada pemerintah pusat.