Semeru Kembali Erupsi dengan Tinggi Kolom 1.000 Meter
Gunung Semeru di Jawa Timur kembali erupsi dengan tinggi kolom 1.000 meter dan luncuran awan panas sejauh 3.000 meter.
Oleh
DEFRI WERDIONO
·3 menit baca
MALANG, KOMPAS — Gunung Semeru di perbatasan Kabupaten Lumajang dan Malang, Jawa Timur, kembali erupsi pada Senin (25/12/3023) pukul 05.12.
Tinggi kolom abu teramati 1.000 meter di atas puncak berwarna kelabu dengan intensitas tebal condong ke selatan. Erupsi juga disertai luncuran awan panas sejauh 3.000 meter ke arah tenggara.
Melalui media sosial, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) menyatakan, erupsi kali ini terekam dalam seismograf dengan amplitudo maksimal 22 milimeter dengan durasi 4 menit 8 detik.
Saat ini, status Semeru berada pada Level III (Siaga) dengan rekomendasi kepada warga agar tidak melakukan kegiatan di sektor tenggara (Besuk Kobokan) sejauh 13 kilometer dari puncak.
Di luar itu, masyarakat tidak melakukan apa pun pada radius 500 meter dari sepadan sungai di sepanjang Besuk Kobokan karena berpotensi terlanda perluasan awan panas dan aliran lahar dalam jarak 17 km dari puncak.
Warga juga diminta tidak beraktivitas dalam radius 5 km dari puncak karena rawan dari lontaran batu pijar. Selain itu, warga agar mewaspadai potensi awan panas guguran, guguran lava, dan lahar di sepanjang aliran sungai atau lembah yang berhulu di puncak Semeru, terutama Besuk Kobokan, Besuk Bang, Besuk Kembar, dan Besuk Sat, serta anak-anak sungai dari Besuk Kobokan.
Petugas Pos Pemantauan Gunung Api Semeru di Lumajang, Liswanto, mengatakan, letusan yang terjadi kali ini disertai awan panas karena banyak sekali material di sekitar kawah aktif yang sewaktu-waktu bisa jatuh ketika ada erupsi yang agak besar. ”Sejauh ini, awan panas tersebut sudah tidak teramati lagi,” ujarnya.
Dihubungi secara terpisah, Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Lumajang Patria Dwi Hastiadi mengatakan, tidak ada dampak dari erupsi kali ini. Sebagai upaya mitigasi, BPBD Kabupaten Lumajang sudah mempersiapkan early warning sistem (EWS) berupa sirene dan lampu sorot di sepanjang aliran sungai.
Peranti itu utamanya dipasang di titik pertambangan yang banyak terdapat di aliran sungai. BPBD Lumajang juga mendapat tiga EWS tambahan lagi dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB). ”Harapannya dengan peranti EWS ini masyarakat bisa lebih aman,” ujarnya.
Sementara itu, terkait peningkatan aktivitas di Gunung Raung, Kepala Pos Pengamanatan Gunung Api Raung di Desa Sumberarum, Kecamatan Songon, Banyuwangi, Burhan Alethea, mengatakan, kondisinya masih fluktuatif.
Peranti itu utamanya dipasang di titik pertambangan yang banyak terdapat di aliran sungai. BPBD Lumajang juga mendapat tiga EWS tambahan lagi dari BNPB.
Status Raung meningkat dari Normal menjadi Waspada (Level II) sejak 19 Desember 2023. ”Masih fluktuasi dan embusannya cenderung lebih banyak dari kemarin. Namun tidak sebesar saat mengalami kenaikan status,” ujarnya.
Menurut Burhan, rekomendasinya masih sama, yakni warga diimbau tidak mendekati radius 3 km dari puncak. Pihak Perhutani per 22 Desember juga sudah menutup aktivitas pendakian.