Kakak-Adik Terlibat Pembunuhan Siswa SMK Pelayaran Brajaguna Bangkalan
Dua siswa SMK Pelayaran Brajaguna, Bangkalan, Jawa Timur, terlibat pembunuhan terhadap teman satu sekolah.
Oleh
AMBROSIUS HARTO MANUMOYOSO
·3 menit baca
Suasana salah satu paviiun yang dijadikan tempat tinggal anak berhadapan dengan hukum, di Lembaga Pembinaan Anak Kelas II Yogyakarta, Kabupaten Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta, Kamis (24/8/2023).
BANGKALAN, KOMPAS — Sakit hati karena hal pribadi disebarluaskan, MFA (18) dan MRA (17), kakak beradik di Bangkalan, Madura, diduga membunuh teman sekolah mereka. Korban, Mohammad Hifni (17), dan kedua pelaku merupakan siswa SMK Pelayaran Brajaguna, Kabupaten Bangkalan, Jawa Timur.
Polres Bangkalan telah menangkap kedua pelaku dan menahan seorang remaja berinisial AFP (17), warga Bangkalan, sebagai tersangka penadah sepeda motor korban yang digadaikan oleh kakak beradik itu.
Pembunuhan terhadap Hifni didorong sakit hati MFA karena korban menyebarkan informasi pribadi tersangka yang sensitif atau dianggap sebagai aib. MFA kemudian mengajak sang adik, MRA, untuk membunuh Hifni.
Demikian diungkapkan oleh Kepala Polres Bangkalan Ajun Komisaris Besar Febri Isman Jaya saat dikonfirmasi dari Surabaya pada Selasa (9/1/2024) petang. MFA dan MRA ditangkap pada Sabtu (6/1/2024) sekitar pukul 20.00 di kediaman mereka di Kelurahan Bancaran, Bangkalan. AFP ditangkap sehari kemudian atas keterangkan MFA dan MRA karena menerima gadai sepeda motor korban senilai Rp 4 juta.
”Diduga ada unsur perencanaan pembunuhan,” kata Febri. MFA sakit hati karena korban mengungkap informasi pribadi, yakni menyebarkan foto anak tersangka. MFA pernah menikah dan memiliki anak. Korban mengetahui informasi itu karena bersahabat erat dengan kedua tersangka yang notabene teman sekolah. MFA di kelas XII, sedangkan MRA di kelas X. Korban merupakan siswa kelas XI.
Febri melanjutkan, berdasarkan pengakuan kakak-adik itu, pembunuhan terhadap Hifni terjadi pada Kamis (4/1/2024) sekitar pukul 19.00. Tempat terjadinya perkara ialah di rawa-rawa tepi Jalan Kinibalu, Desa Bilaporah, Socah, Bangkalan.
Jenazah korban ditinggalkan di tempat dan ditemukan oleh warga yang hendak memancing pada Sabtu pagi. Temuan jenazah itu dilaporkan kepada petugas yang kemudian mengevakuasi dan menyelidiki kasus tersebut.
Kepala Satuan Reserse Kriminal Polres Bangkalan Ajun Komisaris Heru Cahyo menambahkan, pemeriksaan terhadap saksi penemu jenazah korban, keluarga korban, Kepala SMK Pelayaran Brajaguna Rusdi, rekaman kamera pemantau (CCTV) di Jalan Kinibalu, dan temuan alat bukti, yakni sandal kedua pelaku yang tertinggal, menuntun kecurigaan kepada MFA dan MRA. Keduanya pun ditangkap untuk pemeriksaan lebih lanjut.
”Mereka mengakui membunuh korban,” ujar Heru. Selain itu, kedua tersangka mengakui merampas dan menggadaikan sepeda motor korban kepada seseorang berinisial AFP. Si penadah ini turut ditangkap dan ditahan.
AFP berdalih tidak mengetahui sepeda motor yang dibelinya dari kedua tersangka itu merupakan milik korban pembunuhan.
Menurut Heru, keluarga korban cukup mengenal kedua tersangka karena pernah berkunjung ke rumah korban di Lergunong, Klampis, Bangkalan. Selama bersekolah, korban sempat indekos, tetapi di tahun kedua memilih komuter atau pergi pulang dengan sepeda motor.
Keluarga terakhir kali melihat korban pada Kamis pagi karena pamit akan bersekolah. Mereka cemas karena Hifni tidak pulang. Keluarga terkejut mendengar informasi temuan jenazah remaja lelaki dan terpukul setelah memastikan korban adalah Hifni.
Rusdi, Kepala SMK Pelayaran Brajaguna, menyatakan, seluruh warga sekolah merasa terpukul dan amat berduka karena kematian Hifni. Korban dikenal sebagai sosok yang santun dan tidak pernah terlibat masalah. Mereka juga syok saat mengetahui tersangka pembunuhan ialah kakak beradik yang dikenal bersahabat erat dengan korban.
Rusdi membenarkan bahwa ia meminta dua guru mengecek temuan jenazah seorang remaja lelaki bercelana panjang biru kelasi (gelap) dan jaket hitam di RSUD Syarifah Ambami Rato Ebu (Syamrabu). Jenazah itu dicurigai sebagai siswanya.
Rusdi turut datang ke RSUD dan terkejut karena korban mengenakan sabuk sekolah yang berarti korban adalah anak didiknya. ”Kami amat berduka kehilangan korban dan terpukul bahwa pelakunya ternyata siswa kami yang bersahabat dengan korban,” ujar Rusdi.