Perikanan Budidaya Terancam Rob, Petambak Cirebon Percepat Panen
Banjir rob mengancam produksi budidaya perikanan di Cirebon. Petambak pun beradaptasi dengan mempercepat masa panen.
Oleh
ABDULLAH FIKRI ASHRI
·3 menit baca
CIREBON, KOMPAS – Kabupaten Cirebon, Jawa Barat, memiliki potensi perikanan budidaya yang besar. Namun, banjir rob mengancam produksi perikanan budidaya sehingga para petambak harus beradaptasi dengan mempercepat masa panen. Petambak juga berharap pemerintah pusat bisa turun tangan mengatasi masalah rob.
Dampak banjir rob itu, antara lain, dirasakan di Desa Ambulu, Kecamatan Losari, Kabupaten Cirebon. Pada Rabu (10/1/2024) pagi, sejumlah petambak memanen ikan bandeng pada usia lima bulan. Padahal, panen ikan bandeng biasanya dilakukan pada usia enam bulan.
”Panen ini untuk mengantisipasi banjir rob yang biasa melanda akhir Januari atau Februari,” kata Bunyamin Muhammad, Ketua Kelompok Tani Kalibetik Lestari di Desa Ambulu. Ia menuturkan, meski dilakukan lebih awal, hasil panen tersebut lumayan. Satu kilogram ikan bandeng, misalnya, berisi empat sampai lima ekor.
Biasanya, petambak mendapatkan tujuh sampai 10 ekor ikan bandeng dalam 1 kilogram. Bunyamin memperkirakan, dalam panen kali ini, hasil panen dari satu hektar tambak bisa mencapai enam hingga tujuh kuintal ikan.
Kondisi tersebut jauh berbeda dibandingkan musim panen tahun lalu. Saat itu, para petambak mengalami gagal panen akibat banjir rob.
”Waktu itu, di sini bukan lagi empang, melainkan lautan. Jalanan aja sudah enggak kelihatan. Padahal, kedalaman empang ke jalan itu dua meter lebih,” ungkap Bunyamin.
Akibat banjir rob yang terjadi, ikan bandeng yang dibudidayakan petambak pun hilang. Tanggul dan pohon mangrove setinggi satu hingga tiga meter tidak mampu menahan rob.
Menurut Bunyamin, banjir rob terjadi hampir setiap tahun di wilayahnya. Namun, selama lima tahun terakhir, bencana itu semakin parah. Selain menyapu tambak warga, rob juga sampai ke permukiman warga. Padahal, tambak ikan bandeng itu sudah hampir memasuki masa panen.
Untuk mengantisipasi dampak banjir rob, para petambak pun akhirnya beradaptasi dengan mempercepat masa panen. Dinas Ketahanan Pangan dan Perikanan (DKPP) Kabupaten Cirebon turut menyalurkan bibit dan pakan untuk mendukung percepatan panen itu. Sebanyak lima kelompok budidaya bandeng menerima bantuan itu.
Kuwu (Kepala Desa) Ambulu, Sunaji, mengapresiasi pendampingan dinas terkait untuk petambak bandeng. Apalagi, bandeng termasuk mata pencaharian utama dari sekitar 6.000 warga setempat. Dari total 1.210 hektar luas wilayah desa itu, hampir 800 hektar merupakan area tambak.
Waktu itu, di sini bukan lagi empang, melainkan lautan. Jalanan aja sudah enggak kelihatan.
”Bandeng Ambulu ini terkenal sampai ke Bandung dan Jakarta. Rasanya gurih,” ungkapnya. Akan tetapi, produksi bandeng di Ambulu dalam lima tahun terakhir terus menurun akibat rob. Ia mencontohkan, satu hektar tambak hanya menghasilkan puluhan kilogram ikan karena rob.
Oleh karena itu, selain pendampingan dari dinas terkait, petambak berharap pemerintah pusat turut mengantisipasi rob. ”Bulan Desember lalu, kami ke Kementerian Kelautan dan Perikanan. Kami minta ekskavator untuk mencegah rob. Kalau pakai dana desa, enggak cukup,” ujar Sunaji.
Kepala Bidang Perikanan Budidaya DKPP Kabupaten Cirebon Susi Setiawati mengatakan, Cirebon memiliki potensi tambak untuk perikanan budidaya hingga 7.500 hektar. Saat ini, baru 6.089 hektar yang termanfaatkan. Selain bandeng, ada juga ikan nila, gurame, dan ikan mas.
Hingga Oktober 2023, produksi perikanan budidaya tercatat 4.944 ton. Jumlah ini menurun dibandingkan tahun sebelumnya, yakni 4.983 ton. Susi menyebut, penurunan produksi itu terjadi karena banjir rob.
Namun, dia menyatakan, penanganan rob harus melibatkan lintas sektor dan kementerian. ”Kebijakan perikanan budidaya adalah pembinaan, penyuluhan, dan sosialisasi budidaya perikanan yang baik,” kata Susi.