Meski Aktif Bersamaan, Aktivitas Vulkanik Gunung Berapi Tidak Saling Terkait
Meski beberapa gunung berapi di Tanah Air saat ini mengalami aktivitas bersamaan, hal itu dinilai tidak berkaitan.
Oleh
DAHLIA IRAWATI, FRANSISKUS PATI HERIN
·4 menit baca
MALANG, KOMPAS – Dalam beberapa waktu terakhir sejumlah gunung api di Tanah Air mengalami peningkatan aktivitas. Meski begitu, tidak ada keterkaitan antara satu aktivitas vulkanik di sebuah gunung dan aktivitas vulkanik di gunung lain.
Demikian dikatakan Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Hendra Gunawan, Kamis (11/1/2024). Menurut dia, setiap gunung api memiliki karakteristik sendiri-sendiri.
”Kalau di kalangan ahli gunung api, sudah disepakati bila setiap gunung api mempunyai sistem masing-masing. Jadi, pas kebetulan saja ada erupsi gunung yang bersamaan. Contohnya Gunung Lewotobi Laki-laki yg berjarak dekat (1 km) dengan Lewotobi Perempuan, di mana yang laki-laki erupsi, tapi yang perempuan tidak erupsi. Padahal, keduanya memiliki sistem magmatiknya sangat berdekatan,” kata Hendra.
Selama ini masyarakat banyak menduga-duga bahwa jika satu gunung api aktif, diduga akan memicu tingkat aktivitas gunung api lain.
Beberapa gunung api aktif dalam kurun waktu belakangan ini di antaranya Gunung Semeru di Lumajang, Jawa Timur, Gunung Lewotobi di Flores Timur NTT, dan Gunung Marapi di Sumatera Barat.
Pada Kamis (11/1/2024), Gunung Semeru, misalnya, masih terus fluktuatif, dengan status siaga level III. Saat itu, Semeru masih mengalami gempa letusan/erupsi sebanyak 20 kali dengan amplitudo 14-22 milimeter (mm) dengan lama gempa 100-120 detik. Selain itu juga terjadi 2 kali gempa embusan dengan amplitudo 6-8 mm, dan lama gempa 40-50 detik. Dan, terjadi 2 kali gempa tektonik jauh dengan amplitudo 5-13 mm, dengan lama gempa 36-52 detik.
”Pagi ini tadi kondisi Semeru terlihat jelas dan cerah. Rasanya segar melihatnya seperti ini,” kata Liswanto, pengamat Semeru di Pos Pantau Gunung Sawur di Lumajang. Beberapa hari terakhir Semeru tertutup kabut, penampakan visual puncak Semeru tidak terlihat.
Hingga saat ini, terkait aktivitas itu, PVMBG mengeluarkan rekomendasi, di antaranya adalah masyarakat/pengunjung/wisatawan tidak diperbolehkan beraktivitas apa pun di sektor Tenggara di sepanjang Besuk Kobokan, sejauh 13 kilometer (km) dari puncak.
Kalau di kalangan ahli gunung api, sudah disepakati bila setiap gunung api mempunyai sistem masing-masing
Di luar jarak tersebut, masyarakat diharapkan tidak melakukan aktivitas pada jarak 500 meter dari tepi sungai (sempadan sungai) di sepanjang Besuk Kobokan karena berpotensi terlanda perluasan awan panas dan aliran lahar hingga jarak 17 km dari puncak.
Erupsi Gunung Lewotobi Laki-laki tampak dari Desa Lewotobi, Kecamatan Ile Bura, Kabupaten Flores Timur, Nusa Tenggara Timur pada Minggu (7/1/2024). Erupsi sudah berlangsung lebih dari dua minggu.
Masyarakat pun diharapkan tidak beraktivitas dalam radius 5 km dari kawah/puncak Semeru karena rawan terhadap bahaya lontaran batu (pijar), serta masyarakat diminta mewaspadai potensi awan panas, guguran lava, dan lahar di sepanjang aliran sungai/lembah yang berhulu di puncak Semeru. Kewaspadaan terutama di sepanjang Besuk Kobokan, Besuk Bang, Besuk Kembar, dan Besuk Sat serta potensi lahar pada sungai-sungai kecil yang merupakan anak sungai dari Besuk Kobokan.
Adapun di Gunung Lewotobi Laki-laki di Flores Timur, Nusa Tenggara Timur, sebagaimana pemantauan dari Anselmus Bobyson Lamanepa dalam situs magma.esdm.go.id, tampak bahwa Lewotobi juga terus mengalami gempa letusan atau erupsi, guguran, embusan, dan tremor menerus. Saat ini statusnya awas (level IV).
Pada Kamis siang-sore, Lewotobi Laki-laki mengalami 4 kali gempa letusan/erupsi dengan amplitudo 22,2-33,3 mm, dan lama gempa 21-33 detik. Juga terjadi 3 kali gempa guguran dengan amplitudo 14,8-18,5 mm dan lama gempa 33-51 detik. Masih terekam juga adanya 4 kali gempa embusan dengan amplitudo 14,8-37 mm, dengan lama gempa 30-61 detik. Serta, terjadi sekali gempa tremor menerus dengan amplitudo 7,4-14,8 mm, dominan 14,8 mm.
Dengan kondisi itu, maka PVMBG mengeluarkan rekomendasi, di antaranya adalah masyarakat di sekitar gunung Lewotobi Laki-laki dan pengunjung/ wisatawan diharapkan tidak beraktivitas apa pun dalam radius 4 km dari pusat erupsi dan sektoral 5 km ke arah Barat Laut-Utara.
Masyarakat juga diminta tetap tenang dan mengikuti arahan pemda serta tidak memercayai isu-isu yang tidak jelas sumbernya. Dan, jika terjadi erupsi dan hujan abu, masyarakat diimbau tetap berada di dalam rumah, dan apabila berada di luar rumah disarankan untuk menggunakan pelindung hidung, mulut (masker) dan mata (kaca mata).
Di sini, potensi banjir lahar dingin pada sungai-sungai yang berhulu di puncak Lewotobi, jika terjadi hujan dengan intensitas tinggi, juga harus diwaspadai.