Polisi Periksa 11 Saksi Terkait Kebakaran Tempat Karaoke di Kota Tegal
Pemeriksaan dilakukan terhadap 11 orang terkait kebakaran di Tegal, Jateng. Bangunan yang terbakar belum laik fungsi.
Oleh
KRISTI DWI UTAMI
·4 menit baca
TEGAL, KOMPAS — Sebanyak 11 orang diperiksa polisi terkait kebakaran di sebuah tempat karaoke di Kelurahan Tegalsari, Kecamatan Tegal Barat, Kota Tegal, Jawa Tengah, Senin (15/1/2024). Saat kejadian, para korban kesulitan menyelamatkan diri akibat asap pekat di bangunan tiga lantai tanpa jalur evakuasi itu.
Kepala Satuan Reserse Kriminal Polres Tegal Kota Ajun Komisaris Darwan mengatakan, saksi adalah lima kerabat korban meninggal dan enam korban selamat. Berdasarkan keterangan saksi dan hasil olah tempat kejadian, api berasal dari lantai tiga gedung mes karyawan. Lokasinya ada di belakang gedung tempat karaoke.
Saat kejadian, di mes karyawan itu terdapat setidaknya 20 orang, yang mayoritas tengah tidur. Setelah mencium asap dan mendengar teriakan terkait kebakaran, mereka berusaha keluar kamar untuk menyelamatkan diri.
”Pada saat mereka keluar kamar, kondisinya sudah gelap karena asap pekat. Mereka tidak bisa melihat letak pintu keluar. Jarak pandangnya kurang dari dua jengkal. Waktu kami evakuasi, kami coba pakai senter saja tidak bisa tembus, tidak kelihatan,” kata Darwan, Selasa (16/1/2024).
Keterbatasan jarak padang serta tebalnya asap yang menyelimuti bangunan tiga lantai itu membuat upaya penyelamatan diri para korban sempat terhambat. Akibatnya, enam orang meninggal. Selain itu, sembilan orang dirawat secara intensif di Rumah Sakit Umum Daerah Kardinah Kota Tegal. Mereka terlalu banyak menghirup karbondioksida.
Selain keluarga korban dan korban selamat, polisi juga berencana memeriksa pengelola tempat usaha karaoke. Sejumlah saksi ahli, disebut Darwan, bakal diperiksa, terutama terkait kelaikan bangunan. Sebab, bangunan itu diketahui tidak miliki jalur evakuasi ataupun pintu atau tangga darurat. Ventilasinya juga tergolong minim.
Pada saat mereka keluar kamar, kondisinya sudah gelap karena asap pekat. Mereka tidak bisa melihat letak pintu keluar. Jarak pandangnya kurang dari dua jengkal. Waktu kami evakuasi, kami coba pakai senter saja tidak bisa tembus, tidak kelihatan.
Dalam evakuasi korban pada Senin, petugas harus menggunakan tangga manual hingga crane karena kesulitan masuk. Bahkan, mereka harus menjebol tembok di lantai dua bangunan untuk akses keluar korban.
”Nanti saksi ahli yang akan menerangkan. Apakah (ketiadaan jalur evakuasi dan pintu atau tangga darurat) itu termasuk kelalaian atau bagaimana,” kata Darwan.
Sementara itu, Pelaksana Tugas Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (DPUPR) Kota Tegal Heru Prasetya mengatakan, pada 2019-2020 pihaknya pernah mengirimkan surat teguran kepada pengelola karaoke.
Alasannya, tempat tersebut belum memiliki izin persetujuan bangunan gedung (PBG). Setelah itu, PBG memang diurus. Namun, pengelolanya tidak lantas mengurus sertifikat laik fungsi (SLF).
Adapun untuk gedung mes karyawan, itu diduga bangunan baru yang keberadaannya tidak diketahui DPUPR. Pengelola juga disebut Heru belum mengurus PBG ataupun SLF. Padahal, dua hal itu dinilai Heru wajib diurus demi keselamatan semua yang ada di dalamnya.
”Idealnya bangunan publik seperti itu harus mengurus SLF. Nanti akan ada tim profesi ahli yang mengecek atau menilai bangunan itu secara detail, termasuk ada atau tidaknya tangga darurat atau pintu darurat, jalur evakuasi, ataupun akses untuk difabel. Ketersediaan ventilasi juga menjadi bagian yang diperiksa,” ucap Heru.
Heru menambahkan, ke depan, pihaknya bakal berkeliling mendata seluruh gedung ataupun bangunan di wilayahnya. Semua gedung bakal dipastikan sudah mengurus SLF, tidak hanya sebatas PBG.
”Yang belum mengurus, kami ingatkan supaya mengurus SLF, kami akan kejar itu. Setiap gedung itu, kalau tidak ada jalur evakuasi, minimal ada pintu belakangnya. Rumah sederhana pun harusnya juga ada pintu belakang atau samping untuk keamanan,” imbuhnya.
Wakil Direktur Pelayanan RSUD Kardinah Lenny Harlina Herdha Santi menuturkan, semua korban meninggal dalam kebakaran telah dipulangkan ke rumah masing-masing untuk dimakamkan, Selasa pagi. Pada Senin, enam orang meninggal sudah diotopsi tim dari Bidang Kedokteran dan Kesehatan Polda Jateng.
Empat orang meninggal di antaranya adalah warga Jawa Barat. Mereka adalah Nurmala Adrianti (23) dan Ila Saripah (30) asal Purwakarta serta Ika Nurhayatin (26) dari Bandung Barat dan Putri Nur Fajar (28) asal Cirebon. Dua orang meninggal lainnya adalah Anggun Silviana Putri (22), warga Tegal; dan Ajeng Siti Qomariyah (26), warga Pemalang, Jawa Tengah.
"Dari sembilang orang selamat yang dibawa ke rumah sakit, enam orang menjalani rawat inap dan tiga lainnya menjalani rawat jalan. Hingga hari ini, dua orang masih menjalani rawat inap," kata Lenny, Selasa petang.