Di Langkat, Pabrik Biogas Terbesar dari Limbah Sawit Mulai Berproduksi
Pabrik biogas terkompresi atau BioCNG terbesar di Asia mulai beroperasi di Langkat. Energi hijau dari limbah sawit.
Oleh
NIKSON SINAGA
·3 menit baca
STABAT, KOMPAS — Pabrik biogas terkompresi terbesar di Asia mulai beroperasi di sentra sawit di Kabupaten Langkat, Sumatera Utara, Senin (22/1/2024). Pabrik itu menghasilkan 300 MMBTU biogas per hari dari limbah sawit. Dengan potensi 16,8 juta hektar kebun sawit nasional, biogas dari limbah sawit dapat menggantikan sebagian kebutuhan elpiji nasional.
”Biogas terkompresi ini akan meningkatkan bauran energi baru terbarukan dalam bauran energi nasional. Pembangunan ini merupakan bagian dari komitmen pemerintah untuk menurunkan gas rumah kaca,” kata Direktur Bioenergi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Edi Wibowo saat acara peresmian operasi pabrik.
Pabrik biogas terkompresi itu dikembangkan dan dibangun oleh Knowledge Integration Services (KIS) Group dengan merek dagang Biomethane Compressed Natural Gas (BioCNG). Biogas terkompresi disebut juga gas biometana terkompresi (CBG).
KIS membangun pabrik biogas terkompresi komersial pertama di pabrik kelapa sawit milik PT United Kingdom Indonesia Plantations di Kabupaten Langkat. Pabrik itu merupakan yang pertama dari rencana pembangunan 25 pabrik serupa di Sumut dan Riau.
Edi menyebut, sebagai negara dengan perkebunan sawit terluas di dunia, Indonesia mempunyai potensi pengembangan biogas yang sangat besar. Sekitar 60 persen dari tandan buah segar sawit menjadi limbah, tetapi bisa dimanfaatkan menjadi sumber energi hijau. Potensi bioenergi dari limbah sawit ini setara 57.000 megawatt energi listrik. Sebagai perbandingan, kapasitas terpasang PLN saat ini sekitar 73.000 megawatt.
Peluang ini sebenarnya sudah dibaca perusahaan sawit. Sudah banyak yang mengolah limbah menjadi biogas. Limbah sawit difermentasi pada tangki anaerob sehingga menghasilkan gas metan berkadar 40-60 persen. Dengan konsentrasi gas metan rendah dan tidak terkompresi, biogas jenis ini hanya bisa dimanfaatkan untuk pembangkit listrik untuk memenuhi kebutuhan sendiri. Biogas ini tidak efisien dikirim ke tempat lain karena volumenya besar.
Teknologi biogas terkompresi pun dapat meningkatkan konsentrasi gas metan hingga 96 persen dan volumenya ditekan cukup signifikan. Biogas terkompresi membuat pengangkutan biogas dalam tabung truk menjadi ekonomis. Dalam waktu dekat, biogas terkompresi juga dapat menggantikan atau dicampurkan untuk elpiji nonsubsidi untuk sektor industri dan komersial, yakni tabung 12 kilogram dan 50 kilogram. Saat ini, sebanyak 74 persen elpiji bersumber dari gas alam cair yang diimpor.
Biogas terkompresi juga menjadi bagian penting dari target produksi 490 juta meter kubik biogas nasional pada 2025. Saat ini, produksi biogas nasional sudah mencapai sekitar 100 juta meter kubik.
Semua orang tahu bahwa industri oleokimia membutuhkan energi yang sangat besar. Penggunaan BioCNG untuk pabrik adalah bagian dari komitmen kami pada ekonomi sirkular.
CEO KIS Group KR Raghunath mengatakan, pabrik yang mereka bangun di Langkat adalah pabrik komersial BioCNG yang terbesar di Asia. Pabrik itu menghasilkan 300 MMBTU (juta metrik british thermal unit) BioCNG per hari. Gas itu setiap hari diangkut dengan dua truk khusus untuk memasuk kebutuhan energi pabrik oleokimia milik di PT Unilever Oleochemical Indonesia di Kawasan Ekonomi Khusus Sei Mangkei di Kabupaten Simalungun.
Kis Group optimistis bisa membangun total 25 pabrik biogas terkompresi dengan investasi 110 juta dollar AS. Pabrik BioCNG ini akan mengurangi emisi karbon 3,7 juta ton CO2 per tahun, menciptakan lapangan kerja hijau, dan memberikan efek ganda untuk pembangunan ekonomi berkelanjutan.
Managing Director PT Unilever Oleochemical Indonesia Sai Krishna mengatakan, unilever menggunakan BioCNG sebagai bagian dari komitmen mereka untuk tidak menghasilkan emisi karbon dari bahan bakar fosil pada 2030.
”Semua orang tahu bahwa industri oleokimia membutuhkan energi yang sangat besar. Penggunaan BioCNG untuk pabrik adalah bagian dari komitmen kami pada ekonomi sirkular,” kata Krishna.
Pelaksana Tugas Bupati Langkat Syah Afandin mengatakan, pemanfaatan limbah sawit menjadi energi hijau juga menjadi peluang ekonomi baru bagi daerah sentra sawit seperti Langkat. Pembangunan pabrik juga dapat menyerap tenaga kerja yang lebih banyak. Dengan pabrik biogas terkompresi terbesar di Asia, dia berharap ke depan industri nasional bisa menjadi contoh ekonomi sirkular.