Wajah Baru Pariwisata Taman Nasional Way Kambas
Taman Nasional Way Kambas dibuka dengan konsep baru yang mengedepankan konservasi dan keberlanjutan.
Setelah lebih dari dua tahun ditutup akibat pandemi Covid-19, Taman Nasional Way Kambas (TNWK) di Kabupaten Lampung Timur, Lampung, kembali dibuka untuk umum. Pariwisata TNWK kali ini mengedepankan kesejahteraan satwa, pemberdayaan masyarakat, dan keberlanjutan.
Adila Zakia (10) mengelus belalai gajah dengan lembut di area Pusat Latihan Gajah, TNWK, Kamis (18/1/2024). Ia lantas memandikan seekor gajah jinak dengan selang air dengan didampingi sang pawang.
Bocah perempuan itu tampak girang saat kawanan gajah jinak lain mendekatinya. Tanpa rasa takut, ia terus menyemprotkan selang air ke tubuh gajah yang besar sembari berfoto bersama gajah-gajah itu.
Adila yang datang jauh-jauh dari Riau mengaku senang bisa berkunjung ke TNWK dan melihat gajah-gajah jinak di sana. ”Perjalanannya juga seru, masuk ke hutan. Tadi sempat lihat monyet ekor panjang dari dalam mobil,” kata Adila, yang datang ditemani ayah, ibu, dan keluarga besarnya.
Sang ayah, Sunu Istiqomah Danu (47), menuturkan, keluarganya sengaja berwisata ke TNWK untuk melihat gajah-gajah jinak yang dipelihara di taman nasional tersebut. Ia semakin penasaran karena mendengar kabar TNWK buka dengan konsep baru.
”Kami kebetulan sedang pulang kampung ke Lampung. Kami ke sini karena ingin mengenalkan anak-anak dengan alam. Anak-anak sekarang lebih akrab dengan gadget, jadi perlu juga diajak jalan-jalan ke alam, seperti di Taman Nasional Way Kambas ini,” kata Sunu.
Sunu dan keluarganya membeli beberapa paket wisata di TNWK, seperti memandikan gajah seharga Rp 150.000 per orang dan paket berfoto dengan gajah Rp 20.000 per orang. Selain itu, wisatawan juga membayar tiket masuk ke TNWK sebesar Rp 5.000 per orang.
Baca juga: Gajah Jantan Lahir di Camp ERU TN Way Kambas
Sunu mengaku senang bisa mengajak anaknya berwisata ke TNWK. Meski demikian, ia merasa fasilitas yang disediakan di TNWK masih terbatas. Fasilitas yang ia maksud, antara lain, tempat bersantai untuk wisatawan yang masih terbatas. Ia berharap pengelola TNWK bisa meningkatkan sarana dan prasarana agar wisatawan lebih nyaman.
Selain itu, pengalaman yang ditawarkan dalam konsep baru wisata alam TNWK juga dinilai masih terbatas. Pengelola perlu menyiapkan pengalaman yang lebih seru untuk wisatawan.
Annisa Putri (23), wisatawan asal Kota Metro, Lampung, mengatakan baru mengetahui konsep baru pariwisata di TNWK. ”Sekarang sudah enggak kayak dulu lagi. Kalau dulu, kan, bisa lihat gajah main sirkus dan atraksi. Sekarang hanya bisa berfoto dengan gajah atau memandikan gajah,” ucapnya.
Ia sebenarnya berharap masih bisa menaiki gajah jinak yang ada di TNWK. Namun, ternyata hal itu sudah tidak diperbolehkan karena dianggap tidak memperhatikan kesejahteraan satwa.
Sementara itu, Rudi Hartono (35), warga Desa Labuhan Ratu IX, yang juga pelaku usaha jasa wisata, menuturkan, dengan konsep baru tersebut, tarif wisata di taman nasional menjadi lebih mahal. Ia mengaku kesulitan menawarkan paket wisata pada para agen travel.
”Dulu paket wisata TNWK bisa saya jual Rp 90.000 per orang. Itu sudah termasuk kendaraan, pemandu wisata, makan dan minum, dan paket wisata berkeliling satu hari di TNWK dan desa penyangga. Tetapi, sekarang, kami tawarkan dengan harga Rp 150.000-Rp 190.000 per orang. Namun, belum deal semua, masih banyak yang pikir-pikir,” kata Rudi.
Baca juga: Penyusutan Senyap Populasi Gajah Sumatera
Berbenah
Sukatmoko dari bagian Humas TNWK menuturkan, konsep baru wisata alam di TNWK dilakukan dengan mengintegrasikan wisata desa yang dikelola masyarakat. Desa-desa penyangga yang ada di sekitar TNWK dilibatkan untuk menyediakan sarana dan prasarana penunjang pariwisata di TNWK.
Wisatawan yang ingin berwisata ke Pusat Latihan Gajah TNWK bisa masuk melalui tiga pintu yang ada di tiga desa, yakni Desa Labuhan Ratu VI, Labuhan Ratu VII, dan Labuhan Ratu IX. Di sana, warga desa telah menyiapkan mobil pariwisata untuk membawa wisatawan menjelajah dalam kawasan TNWK. Kendaraan yang dibawa wisatawan diparkir di lokasi yang disediakan. Warga desa juga menyediakan tempat peristirahatan untuk wisatawan.
Dengan konsep baru ini, Sukatmoko menjelaskan, atraksi menunggang gajah sudah tidak diperbolehkan lagi karena melanggar animal welfare dan berpotensi menimbulkan kecelakaan bagi wisatawan. Interaksi wisatawan dengan gajah tetap dapat dilakukan dengan diampingi para pawang gajah. Pengunjung dapat menyentuh, memandikan, dan memberi makan gajah sambil menikmati suasana alam di taman nasional.
Saat ini, pihaknya berbenah untuk memperbaiki sarana dan prasarana di TNWK. Ia mencontohkan, wisatawan yang membeli paket wisata memandikan gajah semestinya bisa ikut memandikan gajah di dalam kolam besar dengan didampingi pawang. Dengan demikian, wisatawan diharapkan mendapat pengalaman lebih seru dan menantang.
Selain itu, pengelola juga sedang menyiapkan sarana agar wisatawan dapat merasakan memberi makan gajah dengan tumbuh-tumbuhan yang sudah disiapkan pengelola. Paket wisata lain yang disiapkan, antara lain, wisata susur sungai, tracking, atau pengamatan burung liar.
”Sebenarnya kami memang bukan mencari sebanyak-banyaknya pengunjung. Wisata alam TNWK memang bukan wisata massal, tetapi wisata minat khusus,” kata Sukatmoko.
Dengan melibatkan masyarakat desa penyangga, ia berharap pembukaan wisata TNWK dapat dirasakan manfaatnya oleh masyarakat sekitar. Ke depan, wisata desa penyangga TNWK diharapkan bisa lebih berkembang. Dengan begitu, perekonomian masyarakat meningkat dan upaya konservasi di TNWK berjalan dengan baik.
Baca juga: Keberhasilan Pengembangbiakan Gajah di Alam Liar
Libatkan warga
Ketua Koperasi Plang Ijo Dewi Rasa, Desa Labuhan Ratu IX, Arif Lukman Fauzun menuturkan, selama periode 20 Desember 2023 hingga 3 Januari 2024 ada sekitar 3.000 wisatawan ke TNWK melalui pintu masuk di desa itu. Sementara wisatawan yang masuk melalui Desa Labuhan Ratu VI dan Labuhan ratu VII masing-masing sekitar 1.000 orang.
Menurut dia, warga desa dilibatkan untuk mengembangkan desa wisata di Labuhan Ratu IX. Selain menawarkan paket wisata berkunjung ke Pusat Latihan Gajah (PLG) TNWK, pengelola koperasi desa juga menawarkan beberapa paket wisata lain, seperti pengamatan burung, melihat budidaya jamur tiram, pemanfaatan biogas, hingga kesenian daerah di Desa Labuhan Ratu IX.
Untuk wisata ke PLG TNWK, pihaknya menawarkan paket wisata Rp 40.000 per orang. Setiap wisatawan akan mendapat fasilitas antar-jemput oleh kendaraan pariwisata yang disiapkan warga desa dan ditemani pemandu wisata. Selain itu, pihaknya juga menyiapkan area parkir untuk kendaraan wisatawan dan tempat istirahat.
Di tempat istirahat terdapat pelataran yang dilengkapi dengan kursi dan meja. Wisatawan juga bisa membeli makanan dan minuman yang dijual warga.
Baca juga: Wisata Konservasi di TNWK Bakal Dibuka Akhir Tahun
Arif menuturkan, pembukaan pariwisata TNWK dengan konsep baru itu memang masih permulaan. ”Memang masih perlu banyak perbaikan dan evaluasi. Tapi, ini adalah momentum baik jika desa-desa penyangga konsisten dan bersama-sama membangun konsep baru wisata alam di TNWK,” katanya.