Bulan Purnama, Waspada Banjir Rob di Tujuh Daerah di Jateng
Fenomena alam berupa bulan purnama diperkirakan memicu banjir rob di pesisir Jateng. Warga dan pemerintah diminta siaga.
Oleh
KRISTI DWI UTAMI
·3 menit baca
SEMARANG, KOMPAS — Banjir rob berpotensi terjadi di tujuh wilayah di pesisir pantai utara Jawa Tengah pada Jumat-Minggu (26-28/1/2024) akibat fenomena bulan purnama. Selain rob, masyarakat juga diminta mewaspadai hujan deras yang diperkirakan bakal memicu bencana hidrometeorologi.
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengeluarkan peringatan terkait adanya potensi banjir pesisir di Brebes, Kota Tegal, Kabupaten Tegal, Pemalang, Kabupaten Pekalongan, Kota Semarang, dan Demak. Ketinggian banjir rob, disebut Koordinator Observasi dan Informasi Stasiun Meteorologi Maritim Tanjung Emas, Semarang, Ganis Erutjahjo, bisa mencapai 12-25 sentimeter.
Ganis mengatakan, banjir rob itu dipicu oleh naiknya permukaan air laut akibat fenomena bulan purnama. ”Karena pengaruh astronomi, daya tarik bulan dan bumi relatif lebih kuat sehingga kondisi ini meningkatkan tinggi muka air pasang. Kami memprediksi, pasang air laut ini nanti bisa limpas ke daratan,” kata Ganis di Semarang, Rabu (24/1/2024).
Ganis meminta masyarakat di tujuh daerah tersebut untuk waspada karena rob secara umum akan berdampak pada aktivitas di pelabuhan dan kawasan pesisir. Para pemangku kepentingan diimbau untuk memastikan saluran air, gorong-gorong, drainase, dan sungai dalam kondisi optimal.
”Supaya air yang ke daratan bisa secepatnya kembali ke laut. Jadi, rob tidak menggenangi permukiman dalam waktu yang lama,” katanya.
Selain banjir rob, masyarakat di Jateng juga diminta mewaspadai potensi peningkatan cuaca ekstrem berupa hujan dengan intensitas sedang-lebat yang dapat disertai petir atau kilat dan angin kencang hingga Kamis (25/1/2024). Peningkatan cuaca esktrem itu diperkirakan terjadi di Banjarnegara, Banyumas, Batang, Blora, Boyolali, Brebes, Karanganyar, Kendal, Kabupaten Magelang, Pati, Kabupaten Pekalongan, Pemalang, Purbalingga, Salatiga, Kabupaten Semarang, Sragen, Kabupaten Tegal, Temanggung, Wonosobo, dan sekitarnya.
”Kondisi ini terjadi akibat adanya beberapa dinamika atmosfer. Pertama, hangatnya suhu permukaan air laut di perairan utara dan selatan Pulau Jawa yang menandakan adanya potensi penguapan untuk pembentukan awan hujan. Selain itu, Madden-Julian Oscillation (gelombang atmosfer pembawa massa udara basah) berada di kuadran 5 (maritime continent), berkontribusi terhadap proses pembentukan awan hujan di wilayah Indonesia,” ucap Kepala Stasiun Meteorologi Ahmad Yani, Semarang, Yoga Sambodo.
Potensi pertumbuhan awan hujan juga terpantau dari adanya pertemuan angin di Laut Jawa dan Selat Makassar hingga Laut Bali. Kondisi tersebut mampu meningkatkan potensi pertumbuhan awan hujan di sepanjang daerah tersebut. Hal itu masih ditambah dengan adanya labilitas lokal kuat yang mendukung proses pembentukan awan dengan banyak tetesan air sangat kecil yang teramati di Jateng.
”Kondisi ini berpotensi menimbulkan bencana hidrometeorologi berupa banjir, tanah longsor, dan angin kencang, terutama di wilayah rawan bencana hidrometeorologi. Masyarakat yang tinggal atau berada di daerah rawan perlu berhati-hati,” imbuh Yoga.
Sementara itu, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jateng menyebut, empat daerah masuk dalam kategori siaga cuaca ekstrem. Empat daerah itu meliputi Batang, Jepara, Pemalang, dan Tegal.
”Waspada banjir, tanah longsor, banjir bandang, genangan air, pohon tumbang, dan jalan licin. Maka, hati-hati dengan bantaran sungai, tubuh air atau wilayah rawan banjir, serta lereng yang rawan longsor,” ujar Kepala Bidang Penanganan Darurat BPBD Jateng Muhamad Chomsul.