Dermaga Khusus di Sebatik Tekan Harga Bahan Bangunan
Beroperasinya Dermaga Terminal Khusus di Pulau Sebatik memangkas harga bahan bangunan sampai 10 persen.
Oleh
SUCIPTO
·3 menit baca
BALIKPAPAN, KOMPAS — Pulau Sebatik yang merupakan bagian Indonesia di Kabupaten Nunukan, Kalimantan Utara, kini memiliki dermaga terminal khusus yang menjadi pintu masuk dan keluar material bangunan. Keberadaannya bisa memangkas harga bahan bangunan sampai 10 persen di daerah perbatasan Indonesia-Malaysia itu.
Sekretaris Daerah Kabupaten Nunukan Serfianus mengatakan, dermaga terminal khusus tersebut sudah diresmikan pada 18 Januari 2024. Dermaga itu beroperasi dengan penyesuaian izin komersial atau operasional terminal khusus. Artinya, terminal khusus itu melayani perdagangan besar, seperti semen, kapur, pasir, dan batu.
”Dengan keberadaan terminal pelabuhan tersebut, harga material dapat ditekan sampai 10 persen dari harga sebelumnya,” kata Serfianus saat dihubungi, Kamis (25/1/2024).
Dermaga itu didirikan oleh investor lokal melalui PT Sebatik Bintang Utama. Perusahaan ini juga sudah menandatangani kerja sama pemanfaatan perairan dengan Kantor Unit Penyelenggaraan Pelabuhan Kelas III Sungai Nyamuk yang beroperasi di Sebatik.
Serfianus mengatakan, beroperasinya dermaga terminal khusus itu bakal memudahkan warga dan pemerintah setempat untuk mendapatkan bahan bangunan. Selain itu, dermaga ini diharapkan bisa menggeliatkan pembangunan di Sebatik yang merupakan daerah perbatasan.
Pulau Sebatik memang terbagi menjadi dua, yakni bagian selatan yang masuk ke wilayah Indonesia dan bagian utara yang menjadi wilayah Malaysia. Wilayah seluas 246,1 kilometer persegi Pulau Sebatik berada di teritori Indonesia dengan jumlah penduduk lebih kurang 48.700 jiwa.
Saat dihubungi, Kepala Kantor Unit Penyelenggara Pelabuhan (KUPP) Kelas III Sungai Nyamuk Syaharuddin mengatakan, dengan posisi di ujung negeri, harga bahan bangunan di Sebatik lebih tinggi dibandingkan dengan daerah lain di sekitarnya. Sebab, material bangunan perlu melewati banyak pintu.
Sebagian besar bahan bangunan di Sebatik didapatkan dari Pulau Sulawesi dan sebagian lain dari Malaysia. Sebagai ilustrasi, kata dia, sebelumnya bahan bangunan dibawa oleh kapal kargo yang selanjutnya dipindahkan ke kapal kecil dan diangkut warga menuju darat.
Bahan bangunan dari Malaysia pun sama. Barang diangkut dari daerah Tawau, Malaysia, menggunakan kapal tunda atau tugboat dengan waktu penyeberangan 4-6 jam. Setelahnya diangkut menggunakan kapal kayu dan diangkut warga ke daratan.
Panjangnya jalur distribusi itu membuat harga bahan bangunan di Pulau Sebatik lebih tinggi dibandingkan dengan harga di Kota Tarakan, kota terdekat dengan Sebatik dan termasuk yang paling ramai.
Panjangnya jalur distribusi itu membuat harga bahan bangunan di Pulau Sebatik lebih tinggi dibandingkan dengan harga di Kota Tarakan, kota terdekat dengan Sebatik.
”Harga semen, misalnya, rata-rata Rp 70.000-Rp 90.000 per zak di Tarakan, tergantung merek dan ukuran. Sebelumnya, semen di Sebatik bisa di atas Rp 100.000 per sak. Dengan adanya terminal khusus ini, harga semen di Sebatik bisa sama dengan Tarakan,” kata Syaharuddin.
Sebab, dengan adanya dermaga terminal khusus ini, bahan bangunan bisa langsung bersandar di jeti atau pelabuhan terminal khusus. Material bangunan yang sampai bisa langsung diangkut dengan truk menuju darat.
Syaharuddin mengatakan, hal itu bakal memberi dampak positif bagi pembangunan di daerah perbatasan. Pemerintah desa hingga pemerintah pusat bisa membangun daerah Sebatik dengan biaya yang lebih terjangkau.
Selain itu, kata dia, operasional terminal khusus ini bisa menambah penerimaan negara bukan pajak (PNBP). Ia juga berharap terminal khusus ini bisa menambah peluang kerja baru bagi warga di Pulau Sebatik.
Jamal (54), warga Sebatik, berharap pembangunan di Pulau Sebatik bisa berjalan lebih masif dengan adanya dermaga terminal khusus ini. Menurut dia, selama ini pembangunan di Sebatik sudah berjalan dengan adanya jalan lingkar yang baik.
Ia berharap pemerintah desa juga bisa melanjutkan pembangunannya sampai ke gang-gang di perumahan warga. ”Nantinya, warga kalau mau membangun rumah juga saya rasa jadi lebih murah ongkos angkut dan harga bahan bangunannya,” katanya.