PBB Dukung Pengembangan Pertanian Berkelanjutan di NTB
Pulau Lombok menjadi salah satu sasaran program PBB untuk mendukung pengembangan pertanian berkelanjutan.
Oleh
ISMAIL ZAKARIA
·4 menit baca
GERUNG, KOMPAS — Pertanian berkelanjutan menjadi salah satu strategi penting menghadapi dampak perubahan iklim. Oleh karena itu, berbagai pihak terus memberikan dukungan bagi pengembangan pendekatan tersebut di Indonesia. Seperti di Nusa Tenggara Barat yang mendapat dukungan dari Perserikatan Bangsa-Bangsa.
Kepala Perwakilan PBB (UNRC) untuk Indonesia Valerie Julliand dalam kunjungannya ke UD Sasak Tani di Kuripan, Lombok Barat, Rabu (31/1/2024), mengatakan, usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) adalah mesin perekonomian di Indonesia. UMKM menyerap 90 persen dari total tenaga kerja di Indonesia.
“Artinya, UMKM memang menjadi mesin utama. Jadi kita perlu mendukung agar lebih menguntungkan dan berkelanjutan. Karena pada akhirnya Indonesia membutuhkan mereka untuk terus berkembang,” kata Valerie.
Di Lombok, Nusa Tenggara Barat, usaha kecil di sektor pertanian pangan menjadi salah satu sasaran pendampingan dalam program bersama PBB Accelerating Sustainable Development Goals Investment (Assist) in Indonesia. Seperti UD Sasak Tani dengan program pertanian organik. Pendampingan melalui Organisasi Pengembangan Industri PBB atau UNINDO selama empat tahun hingga 2025.
“Di Lombok, dukungan diberikan kepada petani kecil dan bagaimana mereka dapat mengembangkan praktik pertanian mereka dengan cara yang lebih berkelanjutan. Dengan cara yang memungkinkan mereka memiliki usaha yang lebih baik. Namun juga lebih menghormati lingkungan,” kata Valerie.
Ketika pelaku usaha kecil di bidang pertanian telah mengembangkan cara kerja yang lebih berkelanjutan, maka mereka akan lebih tangguh ketika terjadi guncangan. Terutama guncangan yang datang akibat dampak perubahan iklim.
“Kekeringan, banjir dan segala sesuatu yang memengaruhi pertanian menimbulkan banyak tekanan pada usaha kecil ini. Jadi mengupayakan praktik yang lebih berkelanjutan, akan membantu mereka untuk lebih mampu menahan guncangan,” kata Valerie.
Valerie menambahkan, jika tetap terjadi guncangan dan mereka kehilangan sebagian hasil panen, para petani juga telah mengembangkan keberlanjutan finansial (bagian dari program pendampingan) yang membuat mereka mampu bertahan dalam situasi sulit.
Menurut Valerie, hal itu juga sejalan dengan pembangunan ekonomi yang dicita-citakan semua negara, termasuk Indonesia, yakni pembangunan ekonomi tidak dilakukan dengan mengorbankan lingkungan hidup.
“Oleh karena itu, praktik-praktik yang mencemari, merusak lingkungan, merusak keanekaragaman hayati, harus dihentikan. Itu juga merupakan salah satu tujuan dari program ini. Memastikan bahwa usaha kecil mengetahui apa yang berkelanjutan dan bagaimana melakukannya,” kata Valerie.
“Oleh karena itu, praktik-praktik yang mencemari, merusak lingkungan, merusak keanekaragaman hayati, harus dihentikan. Itu juga merupakan salah satu tujuan dari program ini. Memastikan bahwa usaha kecil mengetahui apa yang berkelanjutan dan bagaimana melakukannya.”
Valerie menambahkan, PBB memang tidak bisa bekerja di seluruh wilayah Indonesia. Seperti halnya di Lombok, pengembangan pertanian berkelanjutan hanya dengan empat petani skala kecil.
Oleh karena itu, ia berharap pengalaman UMKM yang menjadi dampingan bisa disebarkan ke UMKM lainnya, termasuk oleh pemerintah. “Peningkatan ini tidak sepenuhnya bergantung kepada kita, tetapi kepada pihak berwenang setempat, pada negara itu sendiri,” kata Valerie.
Sebelumnya, Presiden Joko Widodo juga mendorong kolaborasi global untuk pertanian berkelanjutan. Menurut Joko Widodo, kolaborasi harus diperkuat.
”Investasi di bidang pertanian dan peternakan sangat diperlukan. Terutama karena pertanian dan produk pertanian juga dapat menghasilkan energi yang lebih ramah lingkungan,” kata Presiden Jokowi dalam dalam World Climate Action Summit, KTT COP28, di Dubai, Uni Emirat Arab. (Kompas.id, 1 Desember 2023).
Pendiri UD Sasak Tani, Zul Adha, telah memulai usaha sejak 2018 lalu. Namun, hingga 2022, masih menggunakan cara-cara konvensional. Baru sejak 2023, mulai masuk ke pendekatan organik.
Meski belum lama, Zul mengaku optimistis dengan pertanian organik. Apalagi produk-produknya baik bibit holtikultura hingga pupuk organik, telah mulai dipasarkan dan diterima di NTB seperti Lombok Tengah, Lombok Timur, hingga Sumbawa.
“Apalagi masalah pupuk, (setiap musim tanam) selalu ribut. Sehingga harapannya, pupuk organik ini bisa jadi solusi,” kata Zul.
Menurutnya, pendampingan untuk pengembangan pertanian organik sangat penting. Sebelum menjadi dampingan Unindo, ia belajar secara otodidak.
“Dari Unindo, kami mendapat bimbingan teknis, pelatihan. Hingga didorong membuat produk. Berikut bimbingan pemasaran dan manajemen keuangan,” kata Zul yang kini merekrut sekitar 15 orang.
Saat ini, selain bibit dan produksi pupuk organik, UD Sasak Tani juga memulai riset untuk buah dengan pendekatan organik. “Buahnya ternyata bisa besar. Setelah itu, kami khawatir apakah bisa manis atau tidak. Ternyata bisa, bahkan ketahanannya bisa sampai dua minggu,” kata Zul.
Kepala Dinas Koperasi Usaha Kecil Menengah NTB Ahmad Masyhuri menambahkan, pengembangan pertanian berkelanjutan sejalan dengan program unggulan Provinsi NTB.
“Pertanian menjadi sektor yang mampu bertahan di tengah krisis. Seperti saat gempa, juga pandemi Covid-19. Oleh karena itu, ke depan kami terus mengandalkan sektor pertanian,” kata Ahmad.
Ahmad berharap praktik pertanian berkelanjutan yang didukung PBB bisa ditiru oleh petani lainnya. “Apalagi pertanian berkelanjutan ini menekankan pada pertanian ramah lingkungan, produk yang bisa dibuat sendiri, dan punya nilai jualnya tinggi. Apalagi jika punya sertifikat,” kata Ahmad.
Menurut Ahmad, pihaknya akan terus mengawal program ini. Apalagi masih akan berjalan hingga 2025. Penyesuaian akan dilakukan berdasarkan hasil akhir program itu dan bisa didorong ke pelaku usaha pertanian lainnya.