Semarak Hotel Berbintang di Kulon Progo Setelah Kehadiran Bandara
Sejumlah hotel berbintang muncul di Kulon Progo setelah adanya bandara. Perlu upaya untuk mengoptimalkan kunjungan.
Sejumlah hotel berbintang berdiri di sekitar Bandara Internasional Yogyakarta, Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta. Tak sekadar menyasar pengguna jasa bandara yang membutuhkan tempat transit, hotel-hotel itu juga berinovasi menciptakan daya tarik untuk meningkatkan kunjungan dan lama menginap tamu.
Bertahun-tahun lalu, Kulon Progo bisa jadi merupakan kabupaten di DIY dengan fasilitas akomodasi yang paling minim. Bahkan, hingga tahun 2019, kabupaten dengan julukan ”The Jewel of Java” itu tak memiliki hotel berbintang.
Pada tahun itu, menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) DIY, di Kulon Progo hanya terdapat 26 hotel nonbintang. Padahal, empat kabupaten/kota lain di DIY saat itu sudah memiliki sejumlah hotel berbintang dan ratusan hotel nonbintang.
Meski begitu, kondisi tersebut mulai berubah setelah pengoperasian Bandara Internasional Yogyakarta di Kecamatan Temon, Kulon Progo, pada tahun 2020. Setelah bandara tersebut beroperasi dan sebagian besar penerbangan komersial dipindahkan ke sana dari Bandara Internasional Adisutjipto, Kabupaten Sleman, DIY, sejumlah investor perlahan-lahan tertarik untuk membangun hotel berbintang di Kulon Progo. Apalagi, kondisi ekonomi telah membaik seiring meredanya pandemi Covid-19.
Saat ini, berdasarkan data BPS DIY dan pantauan di lapangan, sedikitnya terdapat enam hotel berbintang di Kulon Progo. Yang menarik, lima dari enam hotel berbintang itu berlokasi di sekitar Bandara Internasional Yogyakarta. Adapun data BPS DIY menyatakan, hingga tahun 2023, terdapat 55 hotel nonbintang di Kulon Progo.
Hotel berbintang yang paling awal muncul di Kulon Progo adalah Cordia Hotel Yogyakarta yang merupakan bagian dari Angkasa Pura Hotel. Hotel yang beroperasi sejak Maret 2020 itu berlokasi di dalam kawasan Bandara Internasional Yogyakarta, tepatnya di lantai mezanin terminal kedatangan. Hotel bintang tiga dengan 55 kamar itu menjadi hotel terdekat dengan Bandara Internasional Yogyakarta.
Baca juga: Pantai-pantai yang Mengubah Wajah Gunungkidul
Chief Accounting Cordia Hotel Yogyakarta, Izmu Hidayat Rilandiar Putra, menuturkan, pada tahun pertama beroperasi, tingkat okupansi hotel itu hanya sekitar 27 persen. Kondisi tersebut tak lepas dari situasi pandemi Covid-19 yang melanda dunia saat itu. Namun, seiring waktu, tingkat okupansi pun terus bertambah. Saat ini, rata-rata okupansi hotel tersebut mencapai 77 persen.
Meski begitu, Izmu mengakui, sebagian besar tamu hotel tersebut hanya menginap untuk transit sebelum naik pesawat terbang. ”Rata-rata tamu yang datang hanya menginap semalam, lalu langsung pergi naik pesawat keesokan paginya,” ujarnya, Senin (5/2/2024).
Inovasi
Selain itu, terdapat dua hotel jaringan Grup Accor di Kulon Progo, yakni Ibis Yogyakarta International Airport Kulon Progo dan Novotel Yogyakarta International Airport Kulon Progo. Dua hotel yang letaknya berdekatan itu hanya berjarak sekitar 2,7 kilometer (km) dari Bandara Internasional Yogyakarta.
Marketing Communications Executive Novotel dan Ibis Yogyakarta International Airport Kulon Progo, Louisa, menjelaskan, Ibis Yogyakarta International Airport Kulon Progo beroperasi sejak April 2023. Hotel bintang tiga itu menyediakan 224 kamar yang terbagi dalam tiga tipe.
Adapun Novotel Yogyakarta International Airport Kulon Progo beroperasi sejak Oktober 2023. Hotel bintang empat itu mempunyai 194 kamar yang terdiri atas empat tipe kamar.
Louisa menyebut, rata-rata okupansi dua hotel itu lebih dari 50 persen. Bahkan, pada masa libur panjang, seperti Natal dan Tahun Baru lalu, okupansi dua hotel itu mencapai 100 persen selama beberapa hari.
Baca juga: Bandara Internasional Yogyakarta Dorong Pertumbuhan Hotel dan Restoran di Kulon Progo
Louisa menambahkan, manajemen hotel di Kulon Progo mesti berinovasi untuk mendatangkan tamu dan membuat mereka menginap lebih lama. Dengan demikian, tamu yang menginap di hotel itu bukan hanya penumpang pesawat yang membutuhkan tempat transit sebelum bepergian.
Sebaliknya, wisatawan yang mendarat di Bandara Internasional Yogyakarta juga berusaha ditarik agar mau menginap di Kulon Progo. Selama ini, sebagian besar wisatawan yang mendarat di bandara itu biasanya langsung melanjutkan perjalanan ke Kota Yogyakarta dan menginap di sana.
Baca juga: Memaksimalkan Potensi Besar Bandara Internasional Yogyakarta
”Mau tidak mau, hotel harus kreatif menciptakan daya tarik kunjungan ke Kulon Progo. Tanpa inovasi, penumpang pesawat pasti akan langsung memilih melanjutkan perjalanan dan menginap di Kota Yogyakarta,” ujar Louisa.
Wisatawan yang ingin melakukan staycation juga menjadi sasaran. Staycation adalah aktivitas liburan di dalam kota dengan menginap di hotel. Untuk menarik kedatangan tamu, sejumlah inovasi pun dilakukan.
Louisa mencontohkan, Novotel bekerja sama dengan Mothercare, perusahaan penyedia kebutuhan ibu hamil dan anak, untuk menggelar kegiatan untuk anak-anak, misalnya melukis dan lomba mencari harta karun. Hal ini dilakukan agar tamu yang membawa anak-anak merasa semakin betah dan lebih lama menginap di hotel.
Melalui kerja sama dengan sejumlah biro wisata di Kulon Progo, manajemen hotel juga menawarkan beragam paket wisata kepada tamu. Selain itu, Ibis dan Novotel juga menyediakan sepeda yang bisa disewa tamu untuk berkeliling ke wilayah perdesaan dan pantai di sekitar hotel.
Baca juga: Santorini, Gelato, dan Gunungkidul
Hotel berbintang lain yang juga hadir di dekat Bandara Internasional Yogyakarta adalah Swiss-Belhotel Airport Yogyakarta. Hotel bintang empat itu baru saja melakukan soft launching pada 21 Januari 2024. Hotel itu bakal dilengkapi sejumlah daya tarik di bagian rooftop, seperti kolam renang dan sky lounge dengan pemandangan gugusan perbukitan Menoreh.
Yang menarik, Swiss-Belhotel Airport Yogyakarta hadir dengan konsep rest area. Oleh karena itu, kawasan sekitar hotel yang dibangun PT Adhi Raka Graha Sejahtera tersebut dilengkapi dengan beragam fasilitas, seperti restoran dan gerai oleh-oleh.
”Dengan kelengkapan fasilitas itu, diharapkan kawasan hotel ini juga bisa tumbuh menjadi destinasi tersendiri bagi wisatawan,” ujar Direktur PT Adhi Raka Graha Sejahtera Farida Fusiawati.
Destinasi wisata
Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Kulon Progo Mantoyo mengatakan, keberadaan bandara memang memacu minat investor untuk membangun hotel di kabupaten itu. Namun, dia menyebut, untuk meningkatkan okupansi hotel, dibutuhkan pula pengembangan daya tarik wisata.
”Agar semakin banyak wisatawan datang dan menginap lebih lama, Kulon Progo membutuhkan daya tarik berupa destinasi superprioritas,” tuturnya.
Kepala Dinas Pariwisata Kulon Progo Joko Mursito mengatakan, kebanyakan destinasi wisata di kabupaten itu merupakan wisata alam. Oleh karena itu, banyak wisatawan yang memilih menginap di desa-desa wisata dengan memanfaatkan fasilitas homestay dan glamping.
Mau tidak mau, hotel harus kreatif menciptakan daya tarik kunjungan ke Kulon Progo.
Joko menambahkan, guna meningkatkan kunjungan wisata, Dinas Pariwisata Kulon Progo berdiskusi dengan pengelola Bandara Internasional Yogyakarta untuk membangun fasilitas baru yang bisa menarik wisatawan. ”Kami sempat berpikir untuk menambah fasilitas baru di sekitar bandara, misalnya lapangan golf,” katanya. Namun, hingga sekarang, rencana itu belum terwujud.
Kehadiran sejumlah hotel berbintang di Kulon Progo menjadi pertanda bahwa Bandara Internasional Yogyakarta telah memacu pergerakan ekonomi di kawasan sekitarnya. Namun, masih dibutuhkan sejumlah langkah agar pergerakan ekonomi itu bisa optimal.