Banjir Semakin Parah Menggenangi Empat Desa di Tanggulangin, Sidoarjo
Sebagian warga mulai mengungsi di tempat penampungan sementara yang disediakan oleh pemerintah daerah.
Oleh
RUNIK SRI ASTUTI
·3 menit baca
SIDOARJO, KOMPAS — Banjir yang menggenangi empat desa di Kecamatan Tanggulangin, Sidoarjo, Jawa Timur, bertambah parah. Akibatnya sebagian warga mulai mengungsi di tempat penampungan sementara yang disediakan oleh pemerintah daerah. Rencana pemindahan gedung sekolah juga semakin dimatangkan.
Empat desa yang tergenang banjir adalah Kedungbanteng, Banjarasri, Banjarpanji, dan Kalidawir. Desa-desa yang berada di Tanggulangin itu telah dilanda bencana hidrometeorologi sejak dua pekan lalu, Senin (5/2/2024). Namun, alih-alih surut, kondisi banjir justru semakin parah menyusul hujan deras yang terjadi pada Sabtu (17/2/2024) malam.
Jika sebelumnya hanya sebagian wilayah yang dilanda banjir, pada Minggu (18/2/2024) genangan meluas ke seluruh tempat. Bahkan, ketinggian air terus bertambah dan menggenangi bagian dalam rumah warga setinggi 30-50 sentimeter (cm). Kondisi banjir ini jauh lebih parah dibandingkan sebelum-sebelumnya.
Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sidoarjo mencatat sebanyak 25 keluarga mengungsi di Balai Desa Kedungbanteng, sedangkan 38 warga mengungsi di balai RT (rukun tetangga). Pengungsian berlangsung sejak Sabtu malam hingga Minggu ini.
”Banjir yang menggenangi empat desa ini tidak hanya dipicu faktor cuaca. Kondisinya diperparah oleh fenomena penurunan tanah (subsidence) yang terjadi di daerah tersebut,” ujar Bupati Sidoarjo Ahmad Muhdlor Ali.
Muhdlor menambahkan, penanganan terhadap warga terdampak bencana menjadi prioritas pemda saat ini. Oleh karena itulah pihaknya telah menyediakan tempat pengungsian warga dan menyiapkan fasilitas pendukung seperti memasok kebutuhan air bersih serta memenuhi kebutuhan makanan siap santap.
Sejumlah instansi juga sudah turun ke lapangan, seperti dinas kesehatan, dinas sosial, BPBD, dan dinas pekerjaan umum sumber daya alam. Semua bahu-membahu menangani banjir, seperti mengoperasikan mesin pompa untuk menyedot genangan, membuka posko tanggap darurat bencana, dan memeriksa kesehatan warga korban.
Banjir yang menggenangi empat desa ini tidak hanya dipicu faktor cuaca. Kondisinya diperparah oleh fenomena penurunan tanah yang terjadi di daerah tersebut.
Untuk menurunkan ketinggian genangan banjir, lanjut Muhdlor, mesin pompa terus dioptimalkan. Namun, pembuangan air sulit dilakukan karena kondisi sungai juga penuh dan airnya tidak mengalir. Apalagi permukaan tanahnya telah menjadi cekungan karena adanya fenomena penurunan tanah.
Kepala Pelaksana BPBD Sidoarjo Dwijo Prawito mengatakan, pihaknya masih terus mendata jumlah korban banjir di empat desa. Selama pendataan berlangsung, penyaluran bantuan dilakukan untuk meringankan beban warga dan keluarganya.
”Bantuan yang disalurkan kepada pengungsi antara lain biskuit, terpal, bantal, matras, dan kasur lipat,” kata Dwijo.
Dwijo menambahkan, pemda telah menetapkan status tanggap darurat bencana banjir pada 7 Februari 2024. Kebijakan itu berlaku selama 14 hari atau hingga 20 Februari 2024 untuk lima kecamatan yang dilanda bencana banjir, yakni Waru, Taman, Tanggulangin, Sedati, dan Jabon.
”Selama masa tanggap darurat, posko bencana telah dioperasikan. Selain itu, dilakukan penanganan agar genangan cepat surut,” ucapnya.
Dia menyebutkan, penetapan status tanggap darurat bertujuan mengoptimalkan penanganan terhadap warga terdampak bencana. Selain itu, mengantisipasi terjadinya banjir lagi agar upaya mitigasi bisa dilakukan secara optimal, juga memudahkan pengalokasian anggaran.
Selain menggenangi permukiman warga, banjir juga merendam SMPN 2 Tanggulangin dan sejumlah sekolah dasar di empat desa. Kepala Dinas Pendidikan Sidoarjo Tirto Adi mengatakan, peninggian bangunan ruang kelas telah dilakukan, tetapi kondisinya tetap tergenang.
”Oleh karena itu, pemda tengah mengkaji rencana relokasi sekolah tersebut. Namun, hal itu tidak mudah karena SMPN itu mengakomodasi siswa dari sejumlah desa di Kecamatan Tanggulangin,” jelas Tirto.
Sementara itu, Kepala Stasiun Meteorologi Kelas I Juanda Taufiq Hermawan menjelaskan, hujan dengan intensitas sedang hingga lebat disertai petir dan angin kencang sesaat berpotensi terjadi pada 19-20 Februari 2024. Oleh karena itu, pihaknya mengimbau masyarakat agar waspada terhadap potensi bencana hidrometeorologi.
Ahli bencana dari Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya, Amin Widodo, mengatakan, pihaknya sudah memberikan rekomendasi kepada Pemkab Sidoarjo terkait penanganan bencana banjir di empat desa di Tanggulangin. Salah satunya terkait dengan fenomena penurunan tanah yang terjadi secara terus-menerus.
”Salah satu rekomendasi adalah merelokasi warga yang tinggal di empat desa tersebut ke daerah yang bebas dari banjir,” kata Amin.