101 Warga Mandailing Keracunan Gas PLTP Sorik Marapi Geothermal Power
Sebanyak 101 warga mual, muntah, dan pingsan setelah menghirup gas beracun yang bocor dari PLTP Sorik Marapi Geothermal.
Oleh
NIKSON SINAGA
·4 menit baca
PANYABUNGAN, KOMPAS — Sebanyak 101 warga dilarikan ke rumah sakit karena menghirup gas beracun yang bocor dari uji sumur pembangkit listrik tenaga panas bumi milik PT Sorik Marapi Geothermal Power (KS Orka) di Kabupaten Mandailing Natal, Sumatera Utara. Keracunan gas sudah berulang kali terjadi dan pernah memakan korban jiwa. Namun, sanksi tegas belum pernah dijatuhkan.
Kepala Kepolisian Resor Mandailing Natal Ajun Komisaris Besar Arie Sofandi Paloh, Jumat (23/2/2024), mengatakan, pada Kamis sekitar pukul 19.00, warga Desa Sibanggor Julu dan Sibanggor Tonga yang berada di sekitar Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) Sorik Marapi mencium bau busuk yang diduga kuat dari kebocoran gas beracun uji sumur.
”Berselang beberapa menit, warga merasakan aroma bau busuk semakin menyengat sehingga membuat masyarakat merasakan mual, muntah, hingga tidak sadarkan diri,” kata Arie.
Bersamaan dengan peristiwa itu, arus listrik di desa itu juga padam. Warga di kedua desa itu pun akhirnya sangat panik. Korban pun langsung dievakuasi ke rumah sakit. Sejumlah ambulans juga dikerahkan untuk mengevakuasi korban kebocoran gas beracun.
Arie mengemukakan, 46 korban gas beracu dirawat di Rumah Sakit Umum Daerah Panyabungan. Adapun 55 korban lainnya mendapat penanganan medis di Rumah Sakit Permata Mandailing Natal. Di antara korban termasuk kelompok rentan, yakni bayi berumur 4 bulan, anak-anak, hingga kelompok lanjut usia (84 tahun).
Ada pembiaran karena sudah terus-menerus terjadi dan ini tidak hanya kejahatan lingkungan hidup, tetapi juga kejahatan kemanusiaan.
Karena jumlah warga yang harus dirawat cukup banyak, sebagian mendapat perawatan di tenda darurat di halaman rumah sakit. Tim gabungan masih bersiaga di desa untuk segera mengevakuasi warga jika ada korban lagi. Mereka juga menurunkan petugas untuk mengantisipasi konflik antara warga dan perusahaan.
Arie menambahkan, PLTP Sorik Marapi menjalankan prosedur uji sumur sejak Kamis pukul 09.30. Pihak perusahaan lalu menerbangkan pesawat nirawak untuk memastikan tidak ada masyarakat yang beraktivitas dalam radius 300 meter. Mereka mengecek alat pendeteksi gas beracun hidrogen sulfida (HS) dengan hasil bersih atau aman.
Pukul 11.10 WIB, kata Arie, perusahaan melakukan aktivitas uji sumur (well test) V-01 di Wellpad V. Bau mirip telur busuk mulai tercium pukul 19.00 yang membuat warga mual, muntah, dan pingsan.
Dievakuasi
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Mandailing Natal Muksin Nasution mengatakan, selain korban yang dirawat di rumah sakit, ada juga beberapa korban dirawat di puskesmas dan klinik. Mereka juga mengantisipasi dampak lanjutan dari kebocoran gas beracun itu. Lebih dari 300 warga di desa terdampak dievakuasi pemerintah ke pengungsian.
Dalam catatan Kompas, setidaknya sudah enam kali kebocoran gas beracun terjadi di PT SMGP. Peristiwa pertama pada 25 Januari 2021 membuat warga mengalami trauma karena lima orang meninggal dan 44 orang dirawat di rumah sakit. Berselang setahun, pada 6 Maret 2022, sebanyak 58 warga harus dirawat di RS karena keracunan gas. Sebulan kemudian, pada 24 April 2022, sebanyak 21 orang kembali dilarikan ke RS.
Pada September 2022, dua kejadian terjadi hanya berselang dua pekan, yakni pada Jumat (16/9/2022) dengan delapan orang muntah-muntah dan Selasa (27/9/2022) dengan 79 orang dilarikan ke rumah sakit dengan gejala yang sama. Dampaknya pun meluas, dari sebelumnya hanya di Desa Sibanggor Julu, kini berdampak ke Desa Sibanggor Tonga.
Bupati Mandailing Natal M Jafar Sukhairi mengatakan, saat uji sumur, pihak Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral berada di lokasi. Dia menyerahkan penyelidikan kepada kepolisian dan Kementerian ESDM.
Pada kejadian sebelumnya, Sukhairi sudah beberapa kali meminta agar pengoperasian PLTP Sorik Marapi dievaluasi pemerintah dan dihentikan sementara sampai ada penyelesaian komprehensif tentang penanganan kebocoran gas beracun. Pemkab tidak bisa melakukan pengawasan karena kewenangannya ada di Kementerian ESDM.
Direktur Eksekutif Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) Sumatera Utara Rianda Purba mengatakan, pemerintah harus menutup PLTP Sorik Marapi karena sudah beberapa kali mengalami kebocoran gas beracun dan sudah pernah menelan korban jiwa. ”Ada pembiaran karena sudah terus-menerus terjadi dan ini tidak hanya kejahatan lingkungan hidup, tetapi juga kejahatan kemanusiaan,” katanya.
Rianda mengemukakan, keracunan gas yang sudah terjadi berkali-kali sangat ironis karena pemerintah belum pernah sekali pun memberikan sanksi tegas kepada PT SGMP. Dia mendesak agar penyelidikan mendalam dan menyeluruh dilakukan.
Kompas mencoba menghubungi Kepala Teknik Panas Bumi PT SMGP Ali Sahid. Namun, hingga Jumat pukul 11.00, Ali belum merespons permintaan wawancara Kompas.