Kurangi Penggunaan Batubara, PLTU di NTB Mulai Gunakan Biomassa
Sepanjang 2023, pemakaian biomassa sebagai substitusi batubara di NTB mencapai 11.000 ton lebih.
Oleh
ISMAIL ZAKARIA
·3 menit baca
MATARAM, KOMPAS — Komitmen untuk mewujudkan target nol emisi karbon di Nusa Tenggara Barat terus diperkuat. Salah satunya dengan mendorong peningkatan transisi energi bersih melalui pemakaian biomassa sebagai substitusi batubara atau co-firing. Pada 2023, pemakaian biomassa di pembangkit listrik tenaga uap di NTB mencapai lebih dari 11.000 ton.
General Manager PLN Unit Induk Wilayah NTB Sudjarwo dalam keterangan pers di Mataram, Jumat (23/2/2024), mengatakan, total pemakaian biomassa untuk substitusi batubara selama 2023 di NTB mencapai 11.015,36 ton. Pemakaiannya tersebar di PLTU yang berada di Pulau Lombok dan Pulau Sumbawa.
Menurut Sudjarwo, pemakaian biomassa di Lombok mencapai 8.581,14 ton atau meningkat sebesar 103,20 persen dari tahun sebelumnya. Sementara untuk Pulau Sumbawa mencapai 2.434,22 ton atau meningkat sebesar 47,12 persen.
”Pemakaian biomassa selama 2023 itu mampu menghasilkan listrik sebesar 8.267 megawatt hour,” kata Sudjarwo.
Jika dikaitkan dengan energi baru terbarukan di NTB, kontribusi produksi listrik dari co-firing biomassa baru 7,21 persen. Saat ini, kata Sudjarwo, komposisi penghasil energi bersih terbesar dari pembangkit listrik tenaga mikrohidro (PLTMH) dan pembangkit listrik tenaga surya (PLTS).
Menurut Sudjarwo, kontribusi PLTMH untuk bauran energi baru terbarukan di NTB sebesar 49,56 persen, sedangkan kontribusi PLTS mencapai 43,24 persen. Meski lebih rendah dari PLTS, penggunaan biomassa mampu berfungsi sebagai base load (pemikul beban dasar) sistem kelistrikan.
”Biomassa tidak terbatas waktu penggunaan, selama sumber bahan bakunya tersedia. Berbeda dengan PLTS yang bersifat intermiten atau bergantung pada paparan sinar matahari,” kata Sudjarwo.
Upaya untuk meningkatkan penggunaan co-firing biomassa terus dilakukan. Walakin, kata Sudjarwo, pihaknya tidak bisa berjalan sendiri. Perlu kolaborasi dari semua pihak terkait di NTB sehingga bisa bersama-sama mencapai target nol emisi karbon di daerah tersebut.
NTB punya sumber daya energi baru terbarukan yang besar. Tidak hanya sampah, tetapi juga surya, angin, geotermal, kemudian arus laut dan air. Potensi itu terus dimaksimalkan untuk mencapai target ambisius nol emisi karbon pada 2050 atau sepuluh tahun lebih awal dari target nasional 2060.
Selain PLN, pihak terkait lain juga digandeng. Februari 2023, NTB menjalin kerja sama dengan Universitas Nottingham, Inggris, terkait lingkungan. Kerja sama tersebut dalam mendukung NTB mempercepat target emisi nol bersih 2050 itu.
Biomassa tidak terbatas waktu penggunaan, selama sumber bahan bakunya tersedia. Berbeda dengan PLTS yang bersifat intermiten atau bergantung pada paparan sinar matahari.
Dalam kerja sama itu, Universitas Nottingham membantu dengan keahlian, riset, dan sumber daya untuk berbagai potensi energi baru terbarukan dalam mencapai target emisi nol bersih 2050 itu (Kompas.id, 14/5/2023).
Pabrik biogas
Agustus 2023, NTB juga mulai membangun Pabrik Compressed Biogas atau CBG yang akan mengolah tongkol jagung menjadi biogas. Pabrik yang ditargetkan beroperasi awal 2025 itu diharapkan bisa mendukung upaya pemerintah menekan impor elpiji, sekaligus akselerasi target nol emisi karbon.
Kepala Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral Provinsi NTB H Sahdan mengapresiasi peningkatan pemakaian biomassa untuk PLTU di NTB. Ia mengakui, untuk mewujudkan target nol emisi karbon 2050 tidak mudah.
”Namun, ketika masyarakat NTB bahu-membahu untuk mewujudkannya, kami sangat yakin ke depan (target) bisa kita capai”, kata Sahdan.
Secara nasional, Indonesia menargetkan penurunan emisi karbon penyebab perubahan iklim sampai 2030. Dokumen kontribusi nasional penurunan emisi atau nationally determined contribution (NDC) mengatur, antara lain, 37 persen penurunan emisi dari kegiatan efisiensi energi dan lebih dari 50 persen dengan penerapan energi terbarukan.
Transisi energi dilakukan, antara lain, dengan mengurangi sumber bahan bakar fosil lewat pengurangan pemakaian batubara secara bertahap dan mendorong pembangunan pembangkit listrik dari sumber energi terbarukan. Hal ini ditambah dengan penggunaan kendaraan listrik (Kompas.id, 5/12/2023).