Masa tanggap darurat banjir di Sidoarjo diperpanjang. Tujuannya, mengoptimalkan penanganan banjir dan warga terdampak.
Oleh
RUNIK SRI ASTUTI
·3 menit baca
SIDOARJO, KOMPAS —Tanggap darurat banjir di Sidoarjo, Jawa Timur, diperpanjang untuk mengoptimalkan penanganan bencana dan mempercepat proses pemulihan warga terdampak. Kini, sebagian wilayah masih terendam meski ketinggian genangan mulai berkurang.
Perpanjangan masa tanggap darurat ini dimulai sejak 21 Februari 2024 hingga 5 Maret 2024. Status ini berlaku di empat kecamatan, yaitu Waru, Taman, Tanggulangin, dan Candi.
Sebelumnya, Pemerintah Kabupaten Sidoarjo menetapkan tanggap darurat banjir pada 7 Febuari 2024 akibat banjir dua hari sebelumnya. Status itu diberlakukan di lima kecamatan, yaitu Waru, Taman, Tanggulangin, Candi, dan Porong, Di Waru, misalnya, 7.500 keluarga rumahnya terendam. Di Tanggulangin, empat desa tergenang banjir.
”Kondisi di empat kecamatan hingga saat ini masih banjir dan memerlukan perhatian khusus. Oleh karena itu, kami memutuskan melanjutkan tanggap darurat guna memberikan bantuan yang dibutuhkan masyarakat dan mempercepat proses pemulihan,” kata Bupati Sidoarjo Ahmad Muhdlor Ali, Jumat (23/2/2024).
Bupati yang akrab disapa Gus Muhdlor itu menambahkan, kebijakan tanggap darurat tetap fokus pada penanganan warga terdampak. Dia mencontohkan, prioritas pemenuhan kebutuhan dasar seperti air bersih, bantuan makanan, pakaian, dan tempat pengungsian layak.
”Jadi bagi warga yang membutuhkan air bersih dan makanan bisa langsung menuju ke posko di tiap-tiap lokasi bencana,” kata Muhdlor.
Selain itu, Muhdlor mengatakan, pihaknya masih bekerja sama dengan berbagai pihak, seperti instansi terkait di Pemerintah Provinsi Jatim, sukarelawan, dan sukarelawan bencana. Tim penanganan banjir lintas sektor ini bertugas memastikan ketersediaan bantuan logistik, memberikan pelayanan kesehatan, dan mengevakuasi warga.
”Warga yang butuh bantuan harus tetap berkoordinasi dengan posko-posko tanggap darurat yang telah kami siapkan. Kami juga meminta masyarakat tetap waspada terhadap potensi bencana lanjutan dan mengikuti arahan petugas penanggulangan bencana,” tegas Muhdlor.
Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Sidoarjo Dwijo Prawito menambahkan, posko tanggap darurat sudah didirikan di titik bencana banjir di tiap-tiap desa. Posko itu juga dilengkapi tempat pengungsian, toilet umum portabel, tandon air bersih, hingga dapur umum.
”Pemerintah akan segera memberikan bantuan sembako dalam waktu dekat ini. Kami masih proses datanya agar tepat sasaran,” ujar Dwijo.
Normalisasi sungai
Kepala Pelaksana BPBD Jatim Gatot Soebroto mengatakan, banjir di Kecamatan Waru dan Taman di Sidoarjo berangsur surut setelah Sungai Buntung dinormalisasi. Kegiatan normalisasi yang berlangsung di Desa Tanjungsari itu menggunakan dua alat berat, yakni ekskavator amfibi dan ekskavator lengan panjang, yang didatangkan Dinas Pekerjaan Umum Sumber Daya Air Jatim.
”Saat ini, dua alat berat itu telah membersihkan eceng gondok, sampah, dan mengeruk sedimentasi Sungai Buntung sepanjang 1,5 kilometer. Normalisasi ini akan kita lanjutkan karena masih ada tumpukan eceng gondok di sepanjang 1,5 kilometer lagi,” jelas Gatot.
Selain menormalisasi Sungai Buntung yang menjadi pemicu banjir, BPBD Jatim juga mendirikan dapur umum di SDN 1 Trosobo di Kecamatan Taman untuk membantu kebutuhan makanan siap santap bagi warga terdampak bencana.
Dapur umum yang dikelola Taruna Siaga Bencana Jatim ini bertugas memenuhi kebutuhan makan pagi dan makan siang warga dengan memproduksi 1.500 nasi bungkus setiap hari. Untuk mendekatkan pelayanan kepada masyarakat, dapur umum tersebut saat ini dipindahkan ke setiap RW. Pengelolanya ibu-ibu rumah tangga setempat.
Di Trosobo, genangan air mulai surut. Halaman kantor Desa Trosobo dan beberapa jalan desa yang sebelumnya tergenang banjir selama lebih dari dua pekan bahkan mulai mengering.
”Mayoritas sudah surut, tinggal RW 002 dan RW 004 yang masih banjir. Ketinggian tinggal sekitar 5 sentimeter,” ujar Kepala Desa Trosobo Heri Achmadi.