Warga Bandar Lampung Waspadai Banjir Susulan
Warga yang terdampak banjir di Lampung mengungsi ke tempat yang lebih aman karena khawatir akan adanya banjir susulan.
BANDAR LAMPUNG, KOMPAS — Banjir bandang menerjang permukiman penduduk di Kota Bandar Lampung dan Kabupaten Lampung Selatan, Sabtu (24/2/2024). Warga mengungsi ke tempat yang lebih aman karena waspada akan adanya banjir susulan.
Berdasarkan pantauan Kompas, setidaknya ada enam kecamatan di Bandar Lampung yang terdampak banjir bandang, yakni Kecamatan Rajabasa, Langkapura, Way Halim, Kedamaian, Kemiling, dan Teluk Betung Selatan. Saat banjir bandang menerjang, ketinggian air berkisar 1-2 meter dan disertai lumpur.
Pada Minggu (25/2/2024) sore, hujan deras disertai angin kencang dan petir masih melanda sebagian besar wilayah Kota Bandar Lampung dan Kabupaten Lampung Selatan. Warga yang terdampak banjir bandang memilih mengungsi di masjid atau tinggal di rumah kerabatnya karena masih takut adanya banjir susulan.
Banjir terparah, antara lain, terjadi di Kelurahan Rajabasa Nunyai dan Kelurahan Rajabasa, Kecamatan Rajabasa, Bandar Lampung. ”Banjir tiba-tiba masuk ke dalam rumah. Pintu rumah kontrakan saya sampai roboh. Kami ketakutan,” kata Maimunah (55), sambil menangis saat menceritakan banjir bandang yang melanda Bandar Lampung, Minggu.
Menurut dia, petugas Basarnas baru dapat mengevakuasi dia dan puluhan warga lain yang terjebak banjir pada Minggu malam, jelang dini hari. Maimunah dievakuasi menggunakan perahu karet karena ketinggian banjir masih cukup tinggi.
Hingga Minggu, Maimunah bersama ratusan warga lain masih bertahan di lokasi pengungsian di Masjid Nurussalam, Kelurahan Rajabasa, Kecamatan Rajabasa.
Baca juga: Hujan Deras Disertai Petir, Lampung Dilanda Banjir
Ketua RT 006 Lingkungan II Kelurahan Rajabasa Sahroni Zakaria menuturkan, ada sekitar 150 warga yang mengungsi di masjid. Mereka berharap pemerintah daerah segera memberikan bantuan berupa makanan dan pakaian.
Samwani (64), warga Kelurahan Rajabasa Nunyai, menuturkan, daerah tempat tinggalnya memang sudah menjadi langganan banjir saat hujan deras. Satu bulan terakhir, daerah itu sudah dua kali terdampak banjir. Saat hujan deras, rumahnya sering kali tergenang air setinggi 30-50 sentimeter.
Ia menyebut banjir bandang kali ini merupakan yang terbesar dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. ”Air dengan cepat masuk ke dalam rumah dan merendam sejumlah perabotan rumah. Tak ada lagi yang bisa kami selamatkan, kami sekeluarga langsung menyelamatkan diri,” katanya.
Minggu pagi, Samwani dan puluhan warga lain yang terdampak banjir di sana sibuk membersihkan rumah dari lumpur dan sampah yang terbawa banjir. Ia mengaku sementara akan mengungsi ke rumah keluarganya karena masih khawatir dengan adanya banjir susulan.
Camat Rajabasa Hendri Satria Jaya menyebut, diperkirakan ada sekitar 160 rumah warga yang terendam banjir. Saat ini, pihaknya masih melakukan pendataan. Petugas masih fokus untuk menyalurkan bantuan makanan dan perlengkapan rumah tangga di dua lokasi yang dilanda banjir di Rajabasa.
Media sosial
Banjir bandang yang menerjang sejumlah daerah di Bandar Lampung banyak direkam warga dan diunggah di media sosial. Dari beberapa unggahan warganet, banjir bandang tidak hanya menerjang permukiman padat penduduk.
Banjir juga menerjang Rumah Sakit Urip Sumoharjo Bandar Lampung. Puluhan sepeda motor yang terparkir di halaman rumah sakit roboh diterjang banjir. Sejumlah fasilitas publik, seperti masjid, sekolah, dan kampus swasta, di Lampung juga terdampak banjir.
Air dari luapan sejumlah sungai di Bandar Lampung dengan cepat merendam permukiman warga. Bahkan, arus air yang cukup deras juga membuat perabotan rumah tangga dan sepeda motor hanyut.
Selain merendam rumah warga, banjir juga menggenangi sejumlah jalan protokol di Bandar Lampung. Kemacetan terjadi di sejumlah ruas jalan, antara lain, di Jalan Zainal Abidin Pagar Alam, Kelurahan Rajabasa Nunyai, Kecamatan Rajabasa, Bandar Lampung, dan Jalan Lintas Sumatera, tepatnya di Jalan Soekarno-Hatta, Desa Hajimena, Kecamatan Natar, Lampung Selatan. Sejumlah ruas jalan tidak bisa dilalui selama beberapa jam.
Pemerintah telah gagal melakukan upaya meminimalkan banjir di Kota Bandar Lampung.
Kepala Kantor Basarnas Lampung Deden Ridwansah mengatakan, pihaknya mendapat laporan banyak lokasi banjir. Petugas akhirnya memutuskan fokus mengevakuasi warga yang terjebak banjir di tiga kecamatan di Kota Bandar Lampung, yakni Kecamatan Sukabumi, Kecamatan Kedamaian, dan Kecamatan Rajabasa. Selain itu, petugas juga mengevakuasi warga yang terjebak banjir di Kecamatan Natar, Kabupaten Lampung Selatan.
”Sampai Sabtu (24/2/2024) pukul pukul 24.00 WIB tim SAR Gabungan telah berhasil mengevakuasi 76 jiwa. Dan hasil pantauan ter-update di lokasi tersebut alhamdulilah air sudah berangsur turun,” kata Deden.
Meski begitu, masih ada ada beberapa lokasi yang belum terjangkau oleh tim karena berada di lokasi bantaran sungai dan arusnya masih kencang. Tim SAR masih bersiaga karena hujan deras masih melanda sebagian besar wilayah Lampung.
Wali Kota Bandar Lampung Eva Dwiana meninjau langsung sejumlah daerah yang terkena banjir di banjir pada Minggu (25/2/2024) dini hari. Salah satunya di Kelurahan Rajabasa Nunyai, Bandar Lampung.
Eva mengatakan, dari pantauan langsung, ia mendapati sejumlah rumah warga yang dibangun di atas badan sungai. Kondisi itu membuat air tersumbat saat hujan deras.
Ia mengatakan, pemerintah daerah akan fokus memberikan bantuan makanan, obat-obatan, dan perlengkapan seperti pakaian dan selimut untuk warga yang terdampak banjir. Selain itu, pemerintah juga akan mendata tanggul-tanggul yang jebol akibat banjir.
Baca juga: Banjir Bandang Terjang Bandar Lampung
Direktur Eksekutif Wahana Lingkungan Hidup Lampung Irfan Tri Musri mengatakan, banjir sudah berulang kali melanda Kota Bandar Lampung. Namun, ia menilai bencana hidrometeorologi itu tidak pernah mendapatkan perhatian serius dari pemerintah kota.
”Pemerintah telah gagal melakukan upaya meminimalkan banjir di Kota Bandar Lampung. Bahkan, banjir kali ini bisa disebut lebih parah dari kejadian sebelumnya,” katanya.
Irfan juga menyoroti langkah mitigasi dan evakuasi yang lambat dari pemerintah dalam penanggulangan banjir. Dari laporan yang diterima Walhi Lampung, sejumlah warga yang terjebak banjir mengaku kebingungan dan harus menunggu berjam-jam untuk bisa dievakuasi.
Menurut dia, banjir berulang yang melanda Kota Bandar Lampung terjadi akibat pemerintah tidak memperhatikan aspek lingkungan hidup dalam pembangunan kota. Selain disebabkan oleh alih fungsi lahan yang masif, banjir juga terjadi akibat pendangkalan sungai serta sistem drainase Kota Bandar Lampung yang buruk.
Selain itu, banjir juga disebabkan minimnya daerah resapan air dan daerah tangkapan air. Pemerintah juga tidak boleh sembarangan menerbitkan izin-izin pembangunan tempat usaha yang berdampak buruk terhadap lingkungan.