Dalam Sebulan, Puluhan Orang di Jateng Meninggal akibat DBD
Dalam sebulan, ribuan orang di Jateng terserang DBD. Puluhan di antaranya meninggal menunjukkan angka kematian tinggi.
SEMARANG, KOMPAS — Demam berdarah dengue menyerang ribuan orang di seluruh wilayah Jawa Tengah pada Januari 2024. Sedikitnya 34 orang dilaporkan meninggal akibat penyakit tersebut. Untuk menekan jumlah DBD, pemberantasan sarang nyamuk bakal digencarkan.
Berdasarkan data Dinas Kesehatan Jateng, jumlah penderita DBD di wilayah itu sebanyak 1.010 kasus per Januari 2024. Dari jumlah tersebut, sebanyak 34 orang meninggal.
”Jumlah kasus DBD di Jateng tersebut tergolong lebih sedikit jika dibandingkan dengan jumlah kasus sepanjang Januari 2023, yakni 1.147 orang. Namun, angka kematian pada Januari 2024 lebih tinggi daripada angka kematian Januari 2023, yakni 25 orang,” kata Subkoordinator Bidang Penyakit Menular dan Tidak Menular Dinas Kesehatan Jateng, Arfian Nevi, Rabu (28/2/2024).
Baca juga: Cegah Demam Berdarah pada Masa Pancaroba
Jika dibandingkan data pada Desember 2023, jumlah penderita dan jumlah kematian akibat DBD pada Januari 2024 naik hingga lebih dari dua kali lipat. Pada Desember 2023, jumlah kasus DBD di Jateng sebanyak 404 orang dengan jumlah penderita meninggal sebanyak 13 orang.
Sementara itu, jika dibandingkan dengan data pada November 2023, jumlah kasus DBD Januari 2024 naik lebih dari tiga kali lipat dan angka kematiannya naik lebih dari 4 kali lipat. Jumlah kasus pada November 2023, yakni 284 orang dengan jumlah penderita yang meninggal sebanyak 8 orang.
Arfian mengatakan, peningkatan kasus DBD terjadi karena di Jateng mulai memasuki musim hujan. Pada musim hujan, telur-telur nyamuk penyebab DBD menjadi lebih banyak karena banyak genangan.
Petugas Dinas Kesehatan Boyolali memberikan penyuluhan kepada murid tentang cara pencegahan serangan penyakit demam berdarah di SMP Negeri 3 Mojosongo, Desa Kragilan, Kecamatan Mojosongo, Boyolali, Jawa Tengah, Selasa (21/1/2020).
Kenaikan angka kematian terjadi karena penderita tidak segera mendapatkan perawatan yang tepat. Gejala awal penyakit DBD yang mirip dengan penyakit lain seperti demam dan flu, sering kali membuat penderitanya memilih untuk melakukan pengobatan sendiri.
Pada Januari 2024, ada dua daerah dengan jumlah kasus dan kematian akibat DBD tertinggi, yakni Blora dan Kendal. Di Blora, ada 9 orang yang meninggal dari jumlah total penderita DBD sebanyak 120 orang. Kemudian, di Kendal, ada 10 orang yang meninggal dari jumlah total penderita DBD sebanyak 69 orang.
Kenaikan angka kematian terjadi karena penderita tidak segera mendapatkan perawatan yang tepat.
Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian penyakit Dinas Kesehatan Kendal Agustinus Bambang Setyawan mengatakan, jumlah kasus DBD dan jumlah kematian di wilayahnya terus bertambah. Dari awal 2024 hingga Rabu, jumlah kasus DBD di Kendal mencapai 110 orang, dengan jumlah penderita meninggal sebanyak 12 orang.
Petugas Dinas Kesehatan Boyolali melakukan pengasapan di ruang laboratorium komputer untuk membasmi nyamuk demam berdarah di SMP Negeri 3 Mojosongo, Desa Kragilan, Kecamatan Mojosongo, Boyolali, Jawa Tengah, Selasa (21/1/2020).
”Jumlah kematian akibat DBD tahun ini tergolong tinggi. Tahun lalu saja, dalam setahun ada 29 orang yang meninggal. Tahun ini, baru memasuki bulan kedua sudah mencapai 12 orang,” ujar Bambang.
Bambang menyebut, case fatality rate (CFR) atau angka kematian per penderita akibat DBD di Kendal pada 2023 dan 2022 sebesar 7,3 persen. Angka itu sudah jauh melebihi standar CFR nasional, yakni di bawah 2 persen.
Sementara itu, di Blora, angka kematian akibat DBD juga cukup mengkhawatirkan. Sebab, sepanjang tahun 2023 ada 15 kasus kematian akibat DBD. Sementara itu, di dua bulan pertama 2024, jumlah kematian akibat DBD di Blora sebanyak 9 orang.
Petugas Dinas Kesehatan Kabupaten Banyumas melakukan pengasapan untuk mencegah berkembang biaknya nyamuk di Perumahan Grand Harmoni, Desa Karangrau, Kecamatan Sokaraja, Banyumas, Jawa Tengah, Selasa (29/1/2019).
”Kalau di Blora itu seperti ada siklus lima tahunan dengan kematian akibat DBD yang cukup tinggi. Empat tahun terakhir, kematian akibat DBD tergolong biasa, tetapi tahun ini kemungkinan kembali tinggi,” kata Kepala Dinas Kesehatan Blora, Edi Widayat.
Edi mengatakan, peningkatan kasus ataupun kematian akibat DBD yang terjadi di wilayahnya akibat rendahnya kesadaran masyarakat terkait pentingnya melakukan pemberantasan sarang nyamuk. Sebagian masyarakat memilih untuk pasif dan bergantung pada fogging atau pengasapan.
”Padahal, fogging ini banyak kelemahannya, ada efeknya juga. Kuncinya itu di pemberantasan sarang nyamuk. Tapi, masyarakat masih sulit melakukan itu,” tuturnya.
Mencegah DBD di Rumah
Baik Bambang maupun Edi mengaku bakal lebih gencar dalam menyosialisasikan kepada masyarakat terkait pentingnya melakukan pemberantasan sarang nyamuk di lingkungannya.
Peningkatan kasus DBD juga terjadi di Banyumas dan Cilacap dalam beberapa bulan terakhir. Meski terjadi peningkatan, kasus DBD itu belum termasuk dalam kejadian luar biasa (KLB).
Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Kabupaten Banyumas, pada September 2023 tercatat ada 17 kasus DBD, pada Oktober ada 12 kasus, November 17 kasus, dan Desember 19 kasus. Jumlah itu melonjak drastis pada 2024 dengan 75 kasus pada Januari 2024. Dari 75 kasus itu, ada 2 orang meninggal. Sementara itu, pada Februari 2024 tercatat ada 60 kasus.
Warga menunjukkan ember berisi telur nyamuk Wolbachia yang telah menetas di dalam ember yang disimpan di rumahnya di Kelurahan Bulusan, Kecamatan Tembalang, Kota Semarang, Jawa Tengah, Kamis (23/11/2023).
”Memang kasus DBD naik seiring musim pancaroba ini. Jika sehari hujan, lalu kemudian panas beberapa hari bisa membuat telur-telur nyamuk menetas. Beda jika hujan terus-menerus, telur nyamuk akan tersapu air,” kata Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan Banyumas Sito Hatmoko.
Di Cilacap, pada Oktober 2023 tercatat ada 1 kasus DBD, November ada 2 kasus, Desember ada 4 kasus, Januari 2024 ada 41 kasus, dan Februari 2024 ada 71 kasus. ”Untuk DBD belum KLB. Di Cilacap tidak ada yang meninggal. Kami melakukan fogging di beberapa titik sesuai prosedur,” ujar Kepala Dinas Kesehatan Cilacap Pramesti Griana Dewi.
Menurun
Pada saat sejumlah daerah menunjukkan angka kenaikan kasus DBD, di Kota Semarang, jumlah kasus ataupun kematian akibat DBD terus menurun dalam tiga tahun terakhir. Sepanjang tahun 2022, ada 865 kasus dengan angka kematian sebanyak 33 orang. Kemudian, pada 2023, angka DBD turun signifikan menjadi 404 kasus dengan jumlah penderita meninggal sebanyak 16 orang.
Petugas menunjukkan foto kegiatan pemeriksaan jentik nyamuk dan pemberantasan sarang nyamuk di Kelurahan Bulusan, Kecamatan Tembalang, Kota Semarang, Jawa Tengah, Kamis (23/11/2023).
Menurut Kepala Dinas Kesehatan Kota Semarang Mochamad Abdul Hakam, jumlah kasus DBD dari awal tahun 2024 hingga Rabu, sebanyak 53 orang. Dari jumlah tersebut, tidak ada penderita yang meninggal.
”Dinas Kesehatan Kota Semarang telah melakukan langkah pencegahan dan penanganan penyakit DBD agar tidak semakin meningkat, terutama pada musim hujan seperti saat ini. Pertama, kami melakukan pemetaan daerah rentan DBD kemudian memerintahkan jajaran kelurahan ataupun puskesmas untuk melakukan pemberantasan sarang nyamuk ataupun pemberantasan jentik nyamuk,” kata Hakam.
Baca juga: Lawan DBD, Masyarakat Semarang Tak Keberatan Beternak Nyamuk ”Wolbachia”
Hakam menambahkan, pihaknya juga menggandeng dinas pendidikan setempat untuk memberdayakan para pelajar dalam program Siswa Cari Jentik atau Si Centik. Kegiatan itu bertujuan untuk mengenalkan upaya-upaya pemberantasan sarang nyamuk dan jentik nyamuk kepada anak-anak sehingga ke depan, mereka terbiasa melakukan hal tersebut demi menjaga lingkungan mereka dari penularan DBD.