Di Makassar, Warga Khawatir Harga Beras Makin Naik di Bulan Puasa
Pepatah padi, makin berisi makin menunduk, kini diganti warga jadi pepatah beras, makin hari makin tinggi harganya.
Oleh
RENY SRI AYU ARMAN
·4 menit baca
MAKASSAR, KOMPAS — Kenaikan harga beras dirasakan kian memberatkan masyarakat. Operasi pasar hingga bantuan beras juga tak mampu meredam kenaikan harga yang sudah terjadi sejak awal tahun ini. Dikhawatirkan, pada bulan puasa nanti kenaikan harga akan diikuti naiknya harga berbagai barang kebutuhan pokok lainnya.
Pantauan di sejumlah pasar dan pedagang beras di Makassar, Kamis (29/2/2024), beras premium dijual Rp 17.000 per kilogram. Beras kualitas rendah harganya sudah di atas Rp 13.000 per kilogram. Selisih harga jual per liter adalah Rp 2.000. Sebagai gambaran, beras seharga Rp 17.000 per kilogram dijual Rp 15.000 per liter.
Di beberapa pedagang, beras eceran yang bisa dibeli per liter tak lagi banyak dipajang. Kalaupun ada, 2-3 jenis saja dan kualitasnya rendah, berwarna kekuningan dan tak bersih. Umumnya beras yang dijual sudah dalam kemasan berukuran 5 kilogram, 10 kilogram, hingga 25 kilogram. Harga per karung isi 10 kilogram Rp 160.000-Rp 170.000. Beras kemasan 5 kilogram kualitas sedang dijual hingga Rp 80.000.
”Memang, harga beras naik tinggi. Kami ini pedagang ikut harga pasaran saja, harga pengambilan. Untung tak seberapa. Makanya, tak banyak yang kami buka untuk diecer karena khawatirnya yang beli kurang. Kalau sudah dibuka, takutnya cepat rusak,” kata Hasnah (45), pedagang beras di Pasar Panammpu.
Kasmawati (52), seorang pembeli, mengeluhkan harga beras yang terus naik sejak akhir tahun lalu. ”Biasanya beli yang harga Rp 12.000 per kilogram sudah lumayan (kualitas) berasnya. Sekarang, kalau mau yang agak bagus, (harganya) sampai Rp 16.000 per kilogram,” katanya.
Tak hanya harga beras, sejumlah komoditas lain, seperti cabai, bawang merah, bawang putih, daging ayam, dan daging sapi, hingga sayuran, harganya juga mulai naik. Cabai rawit dan cabai merah yang harganya sempat turun hingga Rp 40.000 per kilogram, kini naik hingga Rp 70.000 per kilogram. Daging sapi yang sebelumnya Rp 110.000 per kikogram kini naik hingga Rp 130.000 per kilogram.
”Biasanya, menjelang Ramadhan, harga-harga (barang kebutuhan pokok) naik. Kalau sejak awal tahun bahkan akhir tahun lalu saja harga sudah tinggi, bagaimana Ramadhan nanti. Sekarang saja harga beras sudah memberatkan,” kata Syamsiah (48).
Sebenarnya sejak kenaikan harga beras mulai terjadi akhir tahun lalu, Pemerintah Kota Makassar bekerja sama dengan Bulog rutin menggelar operasi pasar. Nyatanya hal ini tak membuat kenaikan harga beras bisa ditekan.
Yang membuat harga naik karena saat ini petani dan pedagang menyimpan gabah.
Kepala Perum Bulog Sulselbar M Imron Rosidi mengatakan, sejauh ini Bulog bekerja sama pemerintah kota dan kabupaten ditugaskan untuk menyalurkan bantuan pangan. Tahap 1 akan disalurkan antara Januari dan Maret, sementara tahap 2 pada April-Juni.
”Saat ini sudah disalurkan untuk alokasi bulan Februari. Kami juga bekerja sama dengan pemkab/pemkot serta dinas terkait melakukan gerakan pasar murah. Kami mengisi pasar pengecer dan pedagang, rumah pangan kita, dan ritel modern untuk menyalurkan dan menjual beras SPHP (Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan). Selain itu melanjutkan kembali program mini distributor center di Kota Makassar bersama tim TPID dalam rangka pengendalian inflasi,” tuturnya, Kamis (29/2/2024).
Dia mengatakan, untuk bantuan pangan alokasi Januari-Februari, mencapai 15.670 ton. Adapun SPHP untuk gerakan pangan murah, pengecer, pedagang, hingga ritel modern mencapai 9.173 ton.
Pekan lalu, Ketua Kontak Tani dan Nelayan Andalan Sulawesi Selatan (Sulsel) M Yunus mengatakan, sejauh ini hasil panen bagus. Bahkan pada kemarau lalu tak berpengaruh signifikan terhadap produksi padi petani.
”Ada yang gagal panen, tapi tak banyak dan tak terlalu berpengaruh. Yang membuat harga naik karena saat ini petani dan pedagang menyimpan gabah. Mereka menggiling sedikit-sedikit sesuai kebutuhan dan melihat kondisi harga di pasaran. Banyak juga pedagang yang mengantar-pulaukan beras karena harga jual yang lebih tinggi,” katanya.
Walau terjadi kenaikan harga sejak akhir tahun lalu, Pemerintah Provinsi Sulsel mengklaim bisa menekan inflasi. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik Sulsel yang dirilis pada awal Februari lalu, inflasi Sulsel untuk Januari 2024 mencapai 2,38 persen year on year (yoy) atau di bawah rata-rata inflasi nasional 2,57 persen. Adapun Indeks Harga Konsumen (IHK) sebesar 105,35.
Kepala BPS Sulsel Aryanto menjelaskan, inflasi bulanan pada Januari 2024 mencapai 0,36 persen. Sementara inflasi dari tahun ke tahun sebesar 2,38 persen.
”Inflasi dari tahun ke tahun 2,38 persen ini lebih rendah daripada inflasi dari tahun ke tahun secara nasional sebesar 2,57 persen,” katanya.
Adapun inflasi Januari 2023 terhadap Desember 2023 yang 0,36 persen lebih tinggi dari inflasi nasional dari Januari terhadap Desember, yakni 0,04 persen. Berdasarkan kelompok pengeluaran, inflasi disumbang kelompok makanan, minuman, dan tembakau 0,89 persen. Kemudian pakaian dan alas kaki 0,17 persen. Lalu perumahan, air, listrik, dan bahan bakar rumah tangga 0,52 persen.