Serunya Belajar sambil Bermain Mengenal Desa di Banyumas dan Cilacap
Aneka ”harta karun” desa mulai dari peternakan, perkebunan, hingga produksi panganan khas jadi magnet edukasi nan seru.
Hamparan kebun sayur, peternakan, hingga produksi panganan khas di desa wilayah Banyumas hingga Cilacap , Jawa Tengah, menjadi magnet edukasi bagi anak-anak.
Pembelajaran kian seru dan menyenangkan ketika anak-anak bisa melihat dan bahkan bersentuhan langsung dalam tiap proses budidaya sayur, merawat ternak, hingga membuat nopia. Desa pun kian meriah dan berbenah menyajikan yang terbaik bagi pengunjung yang terus berdatangan.
Puluhan murid SDN 1 Sumbang turun dari sejumlah mobil angkudes (angkutan perdesaan) di Kampung Nopia Mino, Desa Pekunden, Banyumas, Jumat (1/3/2024) pagi. Bersama para guru, mereka disambut oleh Agus Silo Witrasno sebagai pengelola dan Tofik sebagai pemandu wisata.
Baca juga: Sutrisno, Memajukan Desa dengan Buah Naga
Sebelum memasuki balai pertemuan, mereka dipersilakan cuci tangan di wastafel yang telah tersedia di pelataran. Sejurus kemudian, sekitar 60 anak itu duduk manis di kursi dalam balai.
Dengan ramah dan gaya jenaka, Agus mengenalkan kampung ini serta melontarkan sejumlah pertanyaan seputar bahan baku pembuatan nopia mino. Anak-anak berebut menjawab karena Agus memberikan hadiah berupa mino alias mini nopia yang bisa langsung dilahap di tempat.
Di kampung ini terdapat 21 industri rumah tangga pembuatan nopia dan mino sejak tahun 1960-an. Berbahan tepung terigu, gula pasir, minyak, juga gula merah, pembuatan mino dengan gentong alias tungku menjadi aktivitas yang unik untuk dipraktikkan.
Di bawah dampingan Sunarno (52) dan Suyanto (54) sebagai chef nopia mino, anak-anak langsung praktik membuat adonan kulit, lalu memasukkan gula merah sebagai isiannya.
”Gula harus tertutup rapat supaya nanti tidak menyemprot ketika dipanaskan,” ujar Sunarno kepada anak-anak.
Baca juga: Menikmati Kota Lama Banyumas dari Atas Dokar
Secara bergantian, anak-anak itu lalu menempelkan bulatan mino ke dalam dinding gentong yang hangat oleh bara api. Sambil menunggu selama 10 menit pemanggangan, anak-anak dipersilakan bermain sekaligus menikmati blue tea alias teh bunga telang di halaman belakang.
Titi Rahayu (11), siswi kelas 5B, mengaku senang mengikuti rangkaian proses pembuatan mini nopia itu. ”Senang, ini baru pertama kali membuat mino. (Gentongnya) Tidak panas,” kata Titi.
Arum Verawati, wali kelas 5B SDN 1 Sumbang, mengatakan, outing class ini bertujuan untuk mengenalkan makanan khas yang ada di Banyumas.
”Selain ada mendoan dan soto, ada juga nopia sebagai makanan khas Banyumas. Anak-anak diajak mengenal langsung cara membuatnya,” ujar Arum.
Agus menyampaikan, kampung wisata ini sudah ada sejak lima tahun lalu dan dikelola secara swadaya. Pembuatan nopia mino selalu memakai gula merah karena sejak dulu di Banyumas banyak terdapat penderes kelapa yang air niranya dipakai untuk membuat gula merah.
Per bulan, kata Agus, jumlah kunjungannya lebih dari 1.000 orang. Harga tiket reguler per orang Rp 20.000. Selain jadi tempat belajar bagi para pelajar, pengelolaan dana di kampung ini juga berdampak bagi masyarakat.
”Manajemennya swadaya. Dari hasil pemasukan, salah satunya untuk pembagian sembako. Besok ini ada pembagian beras untuk warga, untuk meringankan karena harga beras sedang mahal,” tutur Agus.
Kampung Kreatif Karisma Pertamina
Selain di Banyumas, geliat wisata desa juga terasa di Cilacap. PT Pertamina Patra Niaga Fuel Terminal Maos mengaktifkan kembali program Kampung Kreatif Karisma Pertamina atau K3P di Desa Karangrena, Kecamatan Maos, Kabupaten Cilacap, Rabu (28/2/2024).
Kampung kreatif yang dibentuk 2020 ini sempat terdampak pandemi Covid-19 dan kini kembali ramai sebagai tempat wisata edukasi bagi anak-anak.
”Siapa yang tahu, sapi menghasilkan apa saja?” tanya Sari Suryowati, pembina PAUD Kartini dari Desa Maos Kidul, kepada para muridnya yang sedang asyik melihat sapi-sapi di peternakan sapi Karisma Farm, Rabu.
Anak-anak pun segera menjawab bersahutan, sapi menghasilkan susu. Ada juga yang berteriak bahwa sapi menghasilkan daging untuk dimakan.
”Selama ini kami kunjungan ke kandang yang dekat sekolah, paling ke peternakan kambing, ayam, dan kelinci. Ini alhamdulillah peternakan sapi di sini dibuka, jadi bisa belajar di sini mengenalkan satwa dan lingkungan,” kata Sari.
Tidak hanya melihat puluhan sapi jenis limosin dan pegon di kandang, anak-anak TK yang berasal dari seluruh Kecamatan Maos juga diajak serta menanam cabai di kebun.
Meski terik mentari cukup menyengat, topi caping warna-warni yang dikenakan anak-anak bisa sedikit menghalau panas. Sambil berjongkok dan melepas plastik pembungkus akar, kemudian mereka menanam bibit cabai di hamparan kebun yang telah dilapisi mulsa plastik.
Pertamina turut terlibat dalam setiap tahapan program.
Keseruan masih berlanjut ketika sebagian besar anak mencoba bermain ayunan di hammock yang terpasang di sela-sela pohon jati. Ada pula yang bermain aneka mainan tradisional, seperti egrang dari bambu serta panahan.
Kemeriahan ini juga menjadi kesempatan bagi para pedagang jajanan keliling untuk menggelar dagangannya, mulai dari sempol ayam, batagor, cilok, hingga es krim.
”Kami berharap melalui event ini, K3P bisa dikenal luas oleh guru-guru dan menjadi destinasi bagi sekolah untuk kegiatan outing class siswa dari PAUD hingga tingkat SMA,” kata Ketua Kampung Kreatif Karisma Pertamina Basith Wahib.
Fasilitas edukasi tersebut, menurut Basith, sudah lengkap dari seni budaya hingga pertanian dan peternakan. Bahkan, sudah disiapkan rumah warga sebagai lokasi homestay untuk siswa yang ingin belajar dan menginap di sana.
Di kampung kreatif ini juga terdapat Sanggar Sarakerta yang menjadi tempat belajar gamelan, tari tradisional, dan wayang. Selain itu, ada pula pemberdayaan Kelompok Wanita Tani Sekar Arum yang mengelola pembibitan tanaman sayuran.
Hamparan kebun yang ditanami cabai ke depan akan dijadikan wisata petik sayur dan tanaman hortikultura. Selain cabai, ada pula jagung yang ditanam di sana. Kampung ini juga sedang menyiapkan spot edukasi dan wisata susur Sungai Serayu di area dermaga desa.
Area Manager Communication, Relations & CSR Pertamina Patra Niaga Jawa Bagian Tengah Brasto Galih Nugroho menyampaikan, program K3P merupakan wujud kepedulian Pertamina dalam menjaga nilai budaya dan kearifan lokal serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
”Pertamina turut terlibat dalam setiap tahapan program, baik dari perencanaan, pelaksanaan, hingga evaluasi, dan bahkan melakukan pendampingan rutin untuk dapat menciptakan dampak berkelanjutan di masyarakat,” kata Brasto.
Gotong royong sejumlah pihak dibutuhkan untuk memoles potensi desa. Tatkala potensi desa kian terangkat, ekonomi pun diharapkan makin terungkit. Di sisi lain, para pelajar dan guru juga bisa belajar langsung mengenal potensi desa di sekitarnya. Belajar kian seru, desa-desa pun makin maju.