Pergerakan Tanah Meluas, Status Tanggap Darurat di Kampung Cigombong
Relokasi warga menjadi salah satu solusi yang dipertimbangkan untuk mengurangi ancaman korban jiwa.
Oleh
MACHRADIN WAHYUDI RITONGA
·3 menit baca
BANDUNG, KOMPAS — Pemerintah menetapkan status Tanggap Darurat dalam menghadapi bencana pergerakan tanah di Kampung Cigombong, Desa Cibedug, Kecamatan Rongga, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat, sejak 1 Maret 2024. Status ini berlaku selama 12 hari untuk mengantisipasi pergerakan tanah yang masih terjadi dan terus meluas.
Pelaksana Harian Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jabar Anne Hermadianne Adnan menyatakan, keamanan diperketat karena pergerakan tanah terjadi hingga hitungan menit.
Oleh karena itu, Pemerintah Kabupaten Bandung Barat menetapkan status Tanggap Darurat untuk desa yang berjarak sekitar 50 kilometer dari pusat pemerintahan kabupaten tersebut.
Anne memaparkan, Kampung Cigombong mengalami pergerakan tanah sejak Minggu (18/2/2024) dengan dampak yang terus meluas. Bencana ini membuat 192 jiwa di sana terpaksa mengungsi dan 155 orang lainnya terdampak. Sebanyak 3 unit rumah rusak berat, 8 rusak ringan, dan 36 rumah terancam.
Pergerakan tanah turut merusak bangunan SD Negeri Babakan Talang, satu unit fasilitas umum, dan akses jalan antara Cigombong-Cihurang. Pergerakan tanah juga perlu diantisipasi karena berpotensi menimbulkan timbunan tanah ke Sungai Cidadap.
Menurut Anne, petugas terus melaksanakan pendataan dan berkoordinasi dengan berbagai pihak untuk persiapan posko hingga penggunaan alat berat. BPBD Jabar telah mengirimkan 50 paket sembako dan 25 dus liter air untuk warga, sementara BPBD Bandung Barat mendirikan posko kebencanaan dan dapur umum.
”Penanganan kali ini difokuskan kepada perbaikan akses jalan penghubung untuk beberapa desa yang tertutup agar tidak ada masyarakat yang terisolasi. Kegiatan sekolah untuk sementara dihentikan dan investigasi juga dilakukan bersama aparat kewilayahan,” katanya dalam keterangan yang diterima di Bandung, Minggu (3/3/2024).
Saya mengapresiasi tidak ada korban jiwa dalam kejadian ini karena kesadaran masyarakat dalam melihat tanda-tanda pergerakan tanah.
Penjabat Gubernur Jabar Bey Machmudin menyatakan, pihaknya berkoordinasi dengan berbagai pihak untuk mencari solusi dalam menghadapi bencana tersebut. Pemerintah mempertimbangkan opsi relokasi sesuai dengan rekomendasi Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), serta Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG).
”Terkait relokasi, kami menunggu asesmen dari BNPB, BMKG, dan PVMBG. Yang utama adalah keselamatan warga. Saya juga berkoordinasi dengan Kepala BNPB untuk asesmen cepat dalam menentukan bantuan bagi yang terdampak,” ujarnya.
Bey meminta masyarakat untuk tetap waspada, terutama saat cuaca ekstrem. Pergerakan tanah yang terus terjadi dikhawatirkan menjadi semakin cepat saat hujan deras turun. Apalagi, BMKG memprediksi curah hujan tinggi pada Maret-April.
”Saya mengapresiasi tidak ada korban jiwa dalam kejadian ini karena kesadaran masyarakat dalam melihat tanda-tanda pergerakan tanah. Warga bersedia mengungsi dan mengantisipasi saat bencana terjadi,” ujarnya.
Koordinator Gerakan Tanah Badan Geologi Oktory Prambada menyatakan, daerah terdampak di Desa Cibedug ini masuk dalam zona potensi pergerakan tanah menengah hingga tinggi. Di zona ini, pergerakan tanah hingga longsor bisa terjadi jika dilanda hujan deras.
”Masyarakat diminta untuk tidak melakukan aktivitas yang dapat mengganggu kestabilan lereng. Jika muncul retakan sekitar lereng, segera ditutup dengan tanah dan dipadatkan untuk mengurangi peresapan air,” ujarnya.