Banjir Belum Surut, Warga di Kalbar Berangkat Shalat Tarawih Naik Perahu
Banjir menghambat aktivitas warga di Kalbar. Sebagian warga harus naik perahu untuk berangkat shalat Tarawih di masjid.
Oleh
EMANUEL EDI SAPUTRA
·2 menit baca
PONTIANAK, KOMPAS — Banjir masih terjadi di sejumlah wilayah Kalimantan Barat dan berdampak pada ribuan warga. Selain menggenangi rumah dan bangunan lain, banjir juga merendam jalan sehingga mengganggu aktivitas warga. Sebagian warga harus menggunakan perahu untuk beraktivitas, termasuk berangkat ke masjid untuk menunaikan shalat Tarawih.
Salah satu wilayah di Kalbar yang masih dilanda banjir adalah Kecamatan Embaloh Hilir, Kabupaten Kapuas Hulu. Camat Embaloh Hilir, Nasharudin, Selasa (12/3/2024), menuturkan, ketinggian banjir di wilayah itu sekitar 50 sentimeter hingga 1 meter.
Dia memaparkan, total ada sembilan desa di Kecamatan Embaloh Hilir yang dilanda banjir akibat meluapnya Sungai Kapuas. Banjir di dataran rendah di wilayah tersebut sudah terjadi sejak lima hari lalu. ”Diperkirakan ada ribuan jiwa terdampak,” ujarnya.
Menurut Nasharudin, banjir juga merendam jalan di sekitar permukiman warga. Akibatnya, warga yang hendak shalat Tarawih harus menggunakan perahu untuk menuju masjid. Banyak warga setempat yang memiliki perahu untuk antisipasi saat terjadi banjir. ”Masjid dan surau di sini tidak kena banjir, jadi masih bisa dipakai untuk shalat,” ujarnya.
Nasharudin menambahkan, sampai saat ini, belum ada warga terdampak banjir yang mengungsi. Warga tetap berada di dalam rumah dengan membangun panggung untuk tempat mereka bertahan di tengah banjir.
Di Kabupaten Sintang, Kalbar, banjir juga masih terjadi di wilayah perkotaan. Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Sintang Abdul Syufriadi menuturkan, banjir yang sebelumnya terjadi di beberapa kecamatan, misalnya Kecamatan Serawai, Kecamatan Ambalau, dan Kecamatan Ketungau, sudah surut.
Fasilitas umum seperti masjid dan surau ada juga yang terendam. Namun, warga masih memiliki perahu sehingga shalat ke masjid-masjid yang tidak terendam bisa menggunakan perahu.
Namun, banjir masih terjadi di Kota Sintang, ibu kota Kabupaten Sintang. Kota Sintang terletak di pertemuan Sungai Melawi dan Sungai Kapuas. Selama beberapa hari terakhir, ketinggian air dua sungai itu semakin naik.
Bahkan, sebagian air sungai sudah meluap sehingga menggenangi lima kelurahan di Kota Sintang dengan ketinggian berkisar 50-70 cm. Akibatnya, permukiman warga yang berada di bantaran sungai turun terendam.
”Fasilitas umum seperti masjid dan surau ada juga yang terendam. Namun, warga masih memiliki perahu sehingga shalat ke masjid-masjid yang tidak terendam bisa menggunakan perahu. Setiap kelurahan rata-rata memiliki perahu,” kata Abdul.
BPBD Sintang juga telah mengantisipasi banjir kiriman dari hulu dengan memperpanjang masa tanggap darurat bencana banjir, puting beliung, dan tanah longsor, hingga 30 Maret. BPBD Sintang telah mendirikan posko yang dibuka 24 jam serta membentuk satuan tugas yang terdiri dari berbagai instansi terkait.
Ketua Satgas Informasi Bencana BPBD Kalbar Daniel menuturkan, banjir di provinsi tersebut disebabkan intensitas hujan yang cukup tinggi. BPBD Kalbar pun mengimbau masyarakat untuk tetap waspada.
Sebab, berdasarkan prakiraan dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), potensi hujan pada Maret masih sangat tinggi di Kalbar. Daniel juga meminta pemerintah desa dan kecamatan segera menyampaikan data warga terdampak banjir kepada pemerintah kabupaten. Data itu penting untuk agar pemerintah bisa membantu masyarakat yang terdampak.