Kisah Penyelamatan Pilot Smart Air yang Jatuh di Kaltara
Pesawat Smart Air yang sempat hilang sudah ditemukan. Pilot selamat, tetapi teknisi pesawat meninggal.
Pesawat Smart Air yang sempat hilang kontak di Nunukan, Kalimantan Utara, sudah ditemukan. Pilot selamat, tetapi teknisi pesawat meninggal. Komite Nasional Keselamatan Transportasi meneliti penyebab kecelakaan itu.
Dua helikopter dan satu pesawat Boeing 737 200 milik TNI Angkatan Udara terbang dari Kota Tarakan, Kalimantan Utara, Minggu (10/3/2024). Ketiganya berpencar ke tiga titik pencarian untuk menemukan seorang pilot dan teknisi pesawat PT Smart Aviation atau Smart Air.
Pesawat jenis Pilatus itu hilang kontak beberapa saat setelah lepas landas dari Bandara Juwata Tarakan pukul 09.25 pada Jumat, 8 Maret 2024. Semestinya pesawat yang membawa mengangkut muatan kargo 583 kilogram itu mendarat di Binuang, Kabupaten Nunukan, satu jam kemudian. Namun, pesawat itu tak kunjung mendarat dan hilang kontak.
Tim pencarian dan penyelamatan gabungan dari TNI, Basarnas Tarakan, dan kepolisian belum menemukan titik jatuh pesawat itu pada 8 Maret dan 9 Maret. Sebab, pesawat itu diperkirakan jatuh di hutan yang rapat sebelum sampai di Binuang.
Saat pencarian pada Minggu itu, salah satu helikopter berhasil menemukan titik jatuhnya pesawat. Tim gabungan kemudian mendarat ke titik tersebut dari helikopter dengan menggunakan tali.
Baca juga: Bela Negara Tanpa Senjata di Ujung Kalimantan
Dari video tim gabungan yang diterima Kompas, pilot Smart Air tengah terduduk di antara puing-puing pesawat yang sudah hancur. Tim medis langsung mengobati luka di kepala M Yusuf (29), pilot Smart Air. Yusuf terdengar menangis. Sesaat kemudian, salah satu tim evakuasi menyuapkan makanan ke mulut Yusuf.
Yusuf terlihat masih bisa berkomunikasi dan bisa menggerakkan tangan. Namun, Deni S (27), teknisi pesawat, ditemukan meninggal. Kepala Kantor Basarnas Tarakan Syahril bercerita, titik lokasi jatuhnya pesawat bisa terdeteksi berkat sinyal api yang dibuat oleh Yusuf.
Asap dari api itu membubung ke udara sehingga membuat tim evakuasi bisa melihat tanda-tanda. Kedua korban, kata Syahril, diangkut dengan ditarik menggunakan tali ke helikopter.
Baca juga: Malaadministrasi Tanah Transmigran di Nunukan Temui Titik Terang
”Pada Minggu itu, sekitar pukul 17.30 Wita, pilot dan teknisi pesawat dievakuasi ke Rumah Sakit Umum Daerah dr H Jusuf SK Tarakan. Pilot langsung mendapat penanganan medis,” kata Syahril, dihubungi dari Balikpapan, Selasa (12/3/2024).
Kepala Bidang Pelayanan Medik RSUD dr H Jusuf SK, Ronald, mengatakan, kondisi Yusuf terus membaik. Sempat dirawat di ruang ICU, Yusuf sudah dipindahkan ke ruang perawatan.
Dari hasil rontgen, Yusuf tak mengalami patah tulang. Namun, dokter menemukan pendarahan kecil di bagian kepala Yusuf. Tim dokter juga menemukan luka terbuka di bagian kepala pasien sehingga perlu dilakukan operasi.
”Agar pasien tidak mengalami infeksi dari luka itu. Kondisi pasien stabil dan sudah dipindahkan ke ruang perawatan. Pasien juga tidak pakai alat bantu napas,” kata Ronald.
General Marketing Smart Cakrawala Aviation Sonia Erlyn memastikan seluruh biaya perawatan pilot ditanggung penuh perusahaan. Adapun jenazah Deni S dipulangkan ke kampung halamannya di Jawa Barat. Sonia Erlyn mengatakan, korban dipulangkan setelah seluruh proses administrasi di rumah sakit dan kepolisian diselesaikan.
”Selama perjalanan dari Tarakan, perwakilan kami mendampingi jenazah sampai ke rumah duka di Pangandaran. Kami turut berdukacita yang sebesar-besarnya saat berkomunikasi dengan keluarga almarhum,” ujar Sonia.
Kondisi Yusuf terus membaik. Sempat dirawat di ruang ICU, Yusuf kemudian sudah dipindahkan ke ruang perawatan.
Investigasi
Kotak hitam atau API Box sudah ditemukan oleh tim kantor Basarnas Tarakan. Selain itu, ELT atau pemancar sinyal darurat yang berada di pesawat juga bisa dibawa tim evakuasi. Kedua alat itu kemudian diserahkan kepada anggota KNKT.
Komandan Lapangan Udara Anang Busra Tarakan Kolonel (Pnb) Bambang Sudewo mengatakan, kedua alat itu akan diinvestigasi oleh KNKT. Dari sana bisa didapatkan data saat pesawat lepas landas sampai hilang kontak.
”Data ini penting bagi KNKT untuk diteliti. Tujuannya agar ke depan tidak terjadi lagi (kecelakaan serupa), terutama untuk pesawat jenis Pilatus ini,” kata Bambang.