Lokasi Banjir Bandang di Pedalaman Pesisir Selatan Sulit Dijangkau
Lokasi banjir bandang di pedalaman Pesisir Selatan masih sulit dijangkau sehingga pengiriman bantuan terkendala.
PESISIR SELATAN, KOMPAS — Lokasi banjir bandang di pedalaman Kabupaten Pesisir Selatan, Sumatera Barat, masih sulit dijangkau hingga hari keenam setelah bencana. Akibatnya, pengiriman bantuan logistik bagi korban banjir bandang belum optimal dan belum merata.
Salah satu wilayah pedalaman yang sulit diakses adalah Nagari Ganting Mudiak Utara Surantih, Kecamatan Sutera, yang berlokasi sekitar 60 kilometer dari Painan, ibu kota Pesisir Selatan. Ada dua kampung yang terdampak banjir bandang atau galodo di nagari itu, yaitu Batu Bala dan Langgai.
”Sampai sekarang kami kewalahan menyalurkan bantuan karena akses jalan banyak terputus. Ada sekitar lima titik jalan yang putus dari Batu Bala hingga Langgai (wilayah hulu),” kata Sekretaris Nagari Ganting Mudiak Utara Surantih, Raim Putra, Selasa (12/3/2024).
Menurut Raim, bantuan ke Batu Bala dan Langgai hanya bisa disalurkan dengan sepeda motor beroda trail. Di titik jalan yang sukar dilewati, bantuan diestafetkan dengan jalan kaki untuk dilanjutkan pengendara sepeda motor lainnya. Di titik jalan putus terakhir di Langgai, bantuan bahkan mesti dikirimkan dengan jalan kaki ke lokasi.
”Kami berharap alat berat masuk ke sini untuk membuka akses jalan,” ujarnya. Dia menambahkan, di Batu Bala dan Langgai, setidaknya ada 100 keluarga terdampak banjir bandang.
Di Kampung Batu Bala, Selasa siang, jalur alternatif hanya tersedia untuk sepeda motor. Setidaknya, ada dua titik jalan alternatif yang sukar dilewati karena berlumpur. Sepeda motor matic biasa masih bisa lewat, tetapi sukar dan kerap tersangkut. Adapun jalan dari Batu Bala ke Langgai sangat riskan dilewati.
”Sekarang susah anak saya keluar-masuk ke Batu Bala. Jalan rusak. Kalau bisa diperbaiki, supaya lancar lalu lintas keluar-masuk,” kata Reno (52), warga Batu Bala, yang rumahnya hancur disapu banjir bandang.
Baca juga: 26 Jenazah Ditemukan, Tim SAR Lanjutkan Pencarian Korban Banjir dan Longsor Sumbar
Di Batu Bala terdapat puluhan rumah yang hanyut atau hancur karena diempas banjir bandang disertai lumpur dan pepohonan besar, Kamis (7/3/2024) malam. Dalam peristiwa itu, aliran air dari Sungai Surantih meluap dan menghantam rumah-rumah warga. Rumah Reno ikut hancur oleh banjir bandang meskipun berjarak puluhan meter dari aliran sungai.
Sekretaris Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Pesisir Selatan Yuskardi mengatakan, jalan ke Nagari Ganting Mudik Utara Surantih berstatus jalan provinsi. Pihak BPBD sudah beberapa kali menyampaikan kepada instansi terkait agar berkoordinasi dengan Pemerintah Provinsi Sumbar untuk membuka akses jalan yang terputus.
Yuskardi menambahkan, berdasarkan keterangan perwakilan Pemprov Sumbar, alat berat sudah ada di sekitar nagari tersebut. Walakin, alat berat itu rusak sehingga tidak bisa dipakai. Ia pun mendorong agar ada alat berat pengganti yang dikirim ke lokasi atau alat berat yang rusak segera diperbaiki.
”Selain mempermudah Badan SAR Nasional (Basarnas) dalam mencari korban hilang, pembukaan akses ke sana juga mempermudah proses distribusi bantuan,” kata Yuskardi.
Baca juga: Potret Dahsyatnya Banjir Bandang di Pesisir Selatan, Sumatera Barat
Sebelumnya, dalam rapat koordinasi di Kota Padang, Senin (11/3/2024), Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Letnan Jenderal TNI Suharyanto berpesan agar pemerintah daerah di Sumbar segera mengajukan segala hal yang dibutuhkan untuk penanganan darurat. Sebagai contoh, jika ada daerah yang butuh alat berat, hal itu harus segera dipenuhi.
”Kalau masih ada yang butuh alat berat, segera didata dan diajukan. BNPB akan bantu anggarannya,” kata Suharyanto.
Warga mengirimkan bantuan menggunakan sepeda motor di sekitar rumah yang hancur diterjang banjir bandang di Kampung Batu Bala, Nagari Ganting Mudiak Utara Surantih, Kecamatan Sutera, Kabupaten Pesisir Selatan, Sumatera Barat, Selasa (12/3/2024).
Bantuan belum merata
Sejumlah warga terdampak bencana di Pesisir Selatan mengaku sudah mendapat bantuan, baik dari warga lain maupun pemerintah. Walakin, sebagian warga menyebut, bantuan yang mereka terima belum mencukupi dan belum merata.
Raminis (43), warga Batu Bala, menuturkan, keluarganya sudah mendapatkan bantuan pakaian dan bahan makanan, seperti beras. ”Namun, yang akan dijadikan lauk tidak ada,” kata warga yang rumahnya hancur dihantam banjir bandang ini. Sekarang, ia tinggal menumpang di rumah tetangga dan sanak saudara.
Baca juga: Pemda Diminta Prioritaskan Kebutuhan Dasar Korban Banjir dan Longsor Sumbar
Selain mempermudah Badan SAR Nasional (Basarnas) dalam mencari korban hilang, pembukaan akses ke sana juga mempermudah proses distribusi bantuan.
Menurut Raminis, Senin (11/3/2024), ia dan beberapa warga sempat marah kepada petugas di posko penyaluran bantuan. Sebab, meskipun di posko ada telur dan minyak goreng, petugas belum membagikannya. Padahal, ia dan warga lainnya sangat membutuhkan bantuan itu untuk berbuka puasa dan sahur.
”Kata mereka tunggu-tunggu, masih ada yang akan datang. Mati kami dan anak-anak tidak makan kalau menunggu terus. Setelah saya marah-marah, sorenya baru dibagikan. Saya dapat telur dua butir, minyak dan gula 1 kilogram, beras 3 liter, dan mi satu kardus,” ujarnya.
Nurhayati (43), warga Batu Bala lainnya, mengatakan, bantuan makanan yang keluarganya dapatkan belum memadai. Setelah bencana, ia bersama suami dan seorang anaknya mengungsi di bangunan taman kanak-kanak setempat karena rumahnya hanyut oleh banjir bandang.
”Makanan masih kurang, penerangan tidak ada, kasur dan selimut juga tidak ada. Barang-barang kami tidak ada yang tersisa, hanya baju di badan yang selamat,” kata perempuan yang sehari-hari bekerja sebagai petani gambir bersama suaminya itu.
Adapun Dedi Candera (52), warga Kampung Ganting, Nagari Ganting Mudik Selatan, mengaku belum mendapat bantuan dari pemerintah. Sejauh ini, ia hanya mendapat bantuan makanan dan pakaian dari warga lain dan sanak saudaranya.
”Sejak banjir, makan kami tidak menentu. Kadang ada sekali sehari, kadang minum air putih saja. Kami tidak puasa. Kata ustaz, semakin tabah kita kalau banyak ujian. Tapi dengan kondisi ini mana mungkin, makan tidak menentu, tidak ada sahur. Tidak mungkin puasa terus seharian,” katanya.
Saat ini, Dedi tinggal bertujuh di tenda pengungsian bersama istri, anak-anak, menantu, dan cucunya. Rumah keluarga ini rata dengan tanah tersapu air bah. Petani gambir ini berharap pemerintah bisa menyalurkan bantuan secara merata.
Terkait penyaluran bantuan yang dinilai belum merata, Yuskardi mengatakan, pihaknya sudah mengikuti rapat gabungan dengan bupati, sekretaris daerah, kepala organisasi perangkat daerah, dan semua camat.
”Akan didata ulang masyarakat yang belum mendapat bantuan, diverifikasi kembali. Kami minta kepada camat melaporkan ke kabupaten. Kabupaten nanti akan berkoordinasi menyiapkan bantuannya,” katanya.
Sementara itu, Raim mengatakan, di tengah keterbatasan akses, pihaknya berupaya menyalurkan bantuan kepada warga Nagari Ganting Mudiak Utara Surantih dengan optimal. Jika ada masyarakat yang terlewat atau tidak mendapat bantuan, mereka diminta segera melapor ke posko.
Sementara itu, pencarian enam korban banjir dan longsor yang masih hilang di Pesisir Selatan terus dilanjutkan. Pada hari keenam operasi pencarian, tim SAR gabungan menemukan satu korban terseret arus banjir di Kecamatan Koto XI Tarusan dalam kondisi meninggal.
Dengan temuan satu korban itu, total korban jiwa yang sudah ditemukan akibat banjir dan longsor di Sumbar sebanyak 27 orang dan 5 lainnya masih hilang. Rinciannya, 24 korban di Pesisir Selatan dan 3 korban di Padang Pariaman.
Kepala Kantor Pencarian dan Pertolongan (SAR) Kelas A Padang Abdul Malik mengatakan, pencarian akan dilanjutkan pada Rabu (13/3/2024). Besok adalah hari terakhir operasi SAR berdasarkan prosedur operasi standar (SOP) karena memasuki hari ketujuh. ”Besok pukul 17.00 kami evaluasi, apakah pencarian akan dilanjutkan atau tidak,” katanya.