Banjir Bandang Kendari Rendam Ribuan Rumah, Penyintas Masih Waswas
Sebanyak 3.248 keluarga terdampak banjir bandang Kendari. Mereka trauma akan bencana yang sewaktu-waktu bisa terjadi.
Oleh
SAIFUL RIJAL YUNUS
·4 menit baca
Warga membawa material sisa banjir bandang di Lorong Lasolo, Kendari, Sulawesi Tenggara, Selasa (12/3/2024). Banjir bandang menerjang wilayah ini pekan lalu yang membuat ribuan warga terdampak hingga satu orang meninggal.
KENDARI, KOMPAS — Banjir bandang yang melanda Kendari, Sulawesi Tenggara, pekan lalu, merendam ribuan rumah, dan menyebabkan ribuan keluarga terdampak. Meski telah lewat sepekan, warga masih trauma seiring hujan yang masih rutin terjadi dan ancaman bencana susulan. Di sisi lain, pendataan total dampak banjir oleh pemerintah juga belum tuntas.
Abdul Kadir (57), warga Lorong Lasolo, Kelurahan Sanua, Kendari Barat, menuturkan, saat hujan turun ia segera keluar rumah dan memperhatikan saluran air. Saat air meninggi, ia lalu merapikan barang agar mudah diselamatkan.
“Seperti hujan sekarang, kalau air naik saya segera kasih tahu orang rumah untuk siap-siap. Tapi ini sepertinya hujan tidak akan lama,” ujarnya, Selasa (12/3/2024) jelang sore.
Bersama beberapa tetangganya, ayah empat anak ini merapikan got yang terbongkar saat banjir bandang terjadi pada Rabu (6/3/2024), pekan lalu. Air tergenang di jalan sehingga menyulitkan warga keluar dari gang.
Menurut Abdul, kejadian banjir bandang pekan lalu tidak pernah diprediksi sebelumnya. Meski berkali-kali menjadi langganan banjir, ketinggian air tidak seperti kejadian tersebut. Air bercampur lumpur menerjang kampung dengan ketinggian lebih dari satu meter.
“Selama tinggal di sini, lebih dari tiga puluh tahun sudah, ini banjir paling parah. Makanya sekarang kami takut kalau hujan, apalagi kalau malam hari. Ini semua karena drainase, dan bukit di belakang yang sudah dibuka semua,” katanya.
Ardi (40), warga lainnya, menuturkan, hujan beberapa saat saja telah membuat air melimpas ke jalan. Sejumlah titik di wilayah Kendari Barat menjadi langganan banjir saat hujan terjadi.
Akan tetapi, banjir pekan lalu membuatnya semakin waswas. “Takutnya kita lagi tidur lalu hujan datang. Makanya kami harapkan pemerintah ada solusinya,” ucapnya.
Banjir bandang menerjang Kendari pada Rabu (6/3/2024) lalu. Hujan deras selama beberapa jam membuat air melimpas dengan deras dan membawa lumpur. Air menerjang rumah, menghanyutkan kendaraan, dan membuat warga mengungsi.
Di Rumah Sakit Santa Anna, Kendari, misalnya, ketinggian air bahkan hampir mencapai dua meter. Banjir ini disebut yang tertinggi selama ini, dan dengan dampak yang cukup besar.
Data Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kendari, hingga Sabtu (9/3/2024), 3.248 rumah terendam banjir. Sebanyak 3.233 keluarga terdampak banjir, dan 15 keluarga terdampak longsor.
Selain itu, banjir juga mengakibatkan lima rumah terendam, dan sejumlah warga luka-luka. Bahkan, seorang warga, yaitu Serda Pande Pratama, meninggal akibat tersengat listrik saat membersihkan kediamannya. Kepala Pelaksana BPBD Kendari Fadlil Suparma saat dihubungi tidak merespons panggilan dan pertanyaan.
Kepala Dinas Kominfo Kendari Nismawati mengungkapkan, pemerintah saat ini fokus pada penanganan pascabencana. Selain dapur umum, juga pada pembersihan dan pengangkutan sisa banjir di lingkungan warga. Sebab, beberapa titik banjir masih menyisakan lingkungan yang dipenuhi lumpur dan material.
Selain itu, pemerintah juga sedang memastikan data rumah dan bangunan terdampak banjir bandang. Pendataan itu untuk keperluan pemberian bantuan, baik melalui anggaran pemerintah pusat maupun anggaran daerah.
“Terkait warga yang masih waswas dan trauma, pemerintah juga masih berupaya mencari solusi jangka panjang. Sebab, situasi ini terjadi akibat berbagai hal yang telah terjadi selama bertahun-tahun, baik itu drainase maupun sedimen,” kata Nismawati.
Sebelumnya, Sekretaris Daerah Kendari Ridwansyah Taridala menyampaikan, pemerintah menetapkan status masa tanggap darurat banjir selama tiga hari, mulai Kamis (7/3/2024). Seiring dengan itu, upaya penanganan dan pendataan masih dilakukan.
Pemerintah masih fokus untuk menangani lokasi prioritas. Alat berat diturunkan untuk membantu pembersihan lumpur dan material yang terbawa banjir bandang di kampung dan perumahan. Dapur umum juga telah disiapkan di dua lokasi terparah.
Meski demikian, sejumlah kesulitan juga dihadapi akibat banyaknya warga yang terdampak. Beberapa daerah belum tersentuh akibat kekurangan peralatan dan personel. Semua perangkat hingga tingkat paling bawah ditugaskan untuk menangani dampak banjir bersama institusi lainnya.
Terkait penyebab banjir yang terjadi, Ridwansyah mengatakan, curah hujan yang terjadi memang ekstrem, hingga 170 milimeter per hari. Selain itu, drainase juga banyak yang dangkal dan menyempit. Sejumlah upaya pembersihan dilakukan secara berkala.