Puasa kok malah boros? Berikut ini beberapa tips mencegah boros selama Ramadhan dan Lebaran.
Oleh
DAHLIA IRAWATI
·4 menit baca
MALANG, KOMPAS — Banjir promo diskon di bulan Ramadhan sangat menggiurkan. Alih-alih berhemat, kita kerap jadi lupa diri dan malah boros. Jangan khawatir, ada tips untukmu mengamankan pundi-pundi hingga menjelang Lebaran.
Dosen Departemen Akuntansi Universitas Brawijaya, Dr Syaiful Iqbal, menyebut ada dua hal penting untuk diperhatikan, yakni pola pikir dan perilaku. Selama Ramadhan, lanjutnya, pola pikir sering kali membuat kita boros. Tidak makan sepanjang hari, kita lalu membuat kompensasi di malam hari. Dengan kata lain, meski berpuasa makan, kita tetap saja boros.
”Ini yang tidak benar karena puasa itu untuk ibadah. Kita memang harus menahan atau mengurangi konsumsi selama sebulan penuh. Bukan sekadar menggeser waktu makan,” kata Iqbal.
Ia melanjutkan, mengurangi konsumsi selama sebulan penuh sering kali berbuntut perilaku lain. Biasanya pada bulan Ramadhan akan ada beberapa perilaku berubah, misalnya karena alasan puasa sehingga kondisi tubuh lemah, seseorang jadi tidak memasak dan memilih untuk membeli saja saat sahur maupun berbuka puasa.
Perubahan perilaku itu mulai terlihat pada minggu kedua puasa. Misalnya pada minggu kedua, mulai banyak undangan untuk buka puasa bersama (bukber). Buka bersama jika ditraktir, mungkin dirasa mengurangi ongkos untuk makan. ”Namun, tanpa sadar, saat bukber, kita juga akhirnya berpikir untuk beli makan lagi saat pulang karena kita berpikir untuk nanti sahur,” katanya.
Apalagi jika bukber tersebut dengan bayar masing-masing. Biaya untuk bukber jelas lebih tinggi dibandingkan memasak di rumah.
Oleh karena itu, menurut Iqbal, ada beberapa tips guna mencegah pemborosan selama bulan Ramadhan dan Lebaran. Pertama, alokasikan anggaran dan bikin perencanaan selama sebulan. Dari sana, akan terpetakan seberapa besar nilai maksimal pengeluaran harian kita.
Jangan tergoda untuk melanggar aturan yang kita buat sendiri. Misalnya kita memaklumi jika kita hari ini akan menghabiskan uang harian yang lebih besar, lalu mengambilnya dari anggaran hari berikutnya. ”Meski sekilas tampak tidak masalah, ini akan membuat kita tidak disiplin dan tertib hingga akhir,” kata Iqbal.
Kedua, tulis belanja harian sebagai kontrol anggaran. Dengan ini, pengeluaran harian akan terpantau.
Ketiga, buat daftar menu masakan selama sebulan. Dengan demikian, menurut Iqbal, kita tidak akan bingung saat hendak berbelanja. ”Ini juga membuat kita bisa terarah dan tepat dalam berbelanja. Ini salah satu cara untuk mencegah pengeluaran di luar kebutuhan harian kita,” katanya.
Keempat, buat skala prioritas. Bedakan antara kebutuhan dan keinginan. Jika memang tidak dibutuhkan, tak perlu dibeli. Jika kita mengikuti saja godaan untuk membeli, anggaran harian yang telah direncanakan di awal akan semakin membengkak.
”Yang terpenting adalah setelah kita merencanakan anggaran dengan baik, maka penting untuk disiplin menaatinya. Sebab, jika tidak disiplin, sama saja kita tetap tidak akan bisa mengelola keuangan dengan baik,” katanya.
Kelima, pisahkan kebutuhan saat Ramadhan dan Lebaran. Jika selama Ramadhan kita berhasil berhemat, maka uangnya bisa digunakan untuk kebutuhan Lebaran.
Di awal
Tips serupa juga disampaikan oleh dosen Manajemen Keuangan Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), Novi Puji Lestari. Menurut Novi, teori penggunaan uang itu ada tiga, yaitu untuk hidup (living), menabung (saving), dan main (playing).
Hal pertama yang harus dipahami adalah mengenali terlebih dahulu apa kebutuhan atau keinginan. ”Memang kodrat kita selalu dibekali kebutuhan dan keinginan, jadi kita harus bisa membedakan. Kalau itu bukan kebutuhan, maka bisa ditunda dan tidak perlu dibeli,” katanya.
Tips berikutnya, penting untuk berbelanja di awal bulan dengan mempertimbangkan yang dibeli. ”Sebab, saat bulan puasa harga bahan pokok naik. Jauh-jauh hari bisa bersiap di awal saat harga belum naik tinggi,” kata Novi.
Hal penting lain, menurut Novi, adalah jangan terpengaruh diskon. Dalam dunia marketing, diskon dapat menarik konsumen untuk terdorong membeli. ”Jadi, memang harga aslinya sebenarnya sama saja. Kita bisa beli kok tanpa harus saat puasa atau lebaran. Memang bulan puasa dijadikan momen bagus oleh perusahaan ritel dan fashion untuk menggelar diskon,” kata Novi.
Berikutnya, penting untuk memisahkan pengeluaran selama Ramadhan dan Idul Fitri. ”Pengeluaran Ramadhan itu sebenarnya sama saja dengan pengeluaran tiap hari. Hanya saja makannya diganti saat buka sehingga kita harus bisa bedakan mana pengeluaran Ramadhan dan Lebaran. Kalau Lebaran, ada THR yang harus diberikan ke saudara dan lainnya,” katanya.
Dan paling penting, tambah Novi, kita perlu mengendalikan nafsu berbelanja selama Ramadhan dan Lebaran. Caranya dengan menekan impulse buying alias membeli barang tanpa perencanaan. Langkah yang perlu dilakukan adalah membuat daftar belanja.
”Kadang meski sudah direncanakan pun, di lokasi bisa berubah karena ada promo beli 1 gratis 1 dan lainnya. Akhirnya kita berubah pikiran yang tidak ada di daftar pun akhirnya kita beli. Makanya, list itu adalah ujung tombak kita dan kita harus taat. Kalau perlu bawa uangnya pas. Jadi, tidak perlu bawa uang pembayaran debet atau lainnya,” katanya.
Tak kalah penting adalah rutin memantau kondisi keuangan. Jadilah apa adanya. Semampunya saja. Jangan memaksakan diri agar dilihat hebat oleh orang lain.
Buatlah pengeluaran sesuai kemampuan. Jika ada undangan ngabuburit atau buka bersama, tidak perlu memaksakan diri untuk memenuhi semuanya. ”Dipilih yang menurut kita penting dan tidak akan mengeluarkan anggaran terlalu besar,” kata Novi.
Demikian beberapa tips mencegah boros selama Ramadhan dan Lebaran. Yuk, kita praktikkan.