Banjir dan Longsor, Sejumlah Wilayah di Pedalaman Pesisir Selatan Terisolasi
Putusnya jalan akibat banjir bandang dan longsor membuat warga Kampung Langgai terisolasi dan kekurangan bahan pangan.
Oleh
YOLA SASTRA
·4 menit baca
PESISIR SELATAN, KOMPAS — Pembukaan akses jalan yang terputus akibat longsor dan banjir bandang di Kampung Langgai, pedalaman Pesisir Selatan, Sumatera Barat, mendesak dilakukan. Ratusan keluarga di kampung terisolasi dan kekurangan bahan pangan, serta proses pencarian korban hilang tidak optimal.
”Masalah sekarang bukan hanya bagi korban bencana langsung, tetapi keseluruhan warga Langgai karena bahan pangan, terutama lauk dan sayuran yang biasa dipasok dari Pasar Langgai, kini tidak bisa lagi masuk karena jalan putus,” kata Karemanto (44), Kepala Kampung Langgai, Kamis (14/3/2024).
Jumlah penduduk kampung ini sekitar 465 keluarga. Separuhnya terdampak langsung oleh bencana banjir dan longsor, termasuk warga pemilik 16 rumah yang hancur atau hanyut. ”Yang tidak kena pun sama-sama menderita,” kata pria yang rumahnya hancur tak berbekas disapu banjir bandang itu.
Banjir bandang dan longsor melanda permukiman di sekitar Sungai/Batang Surantiah, Kecamatan Sutera, Kamis (7/3/2024) malam, menyebabkan sejumlah titik jalan provinsi terputus. Salah satu lokasi terparah dilanda bencana berada di Nagari Ganting Mudik Utara Surantih yang terdiri atas dua kampung, yaitu Batu Bala dan Langgai.
Kampung Langgai merupakan daerah terujung nagari yang berjarak sekitar 30 kilometer (km) dari Pasar Surantih, pusat Kecamatan Sutera. Sementara itu, dari Painan, Ibu Kota Kabupaten Pesisir Selatan, jaraknya 68 km.
Akses jalan yang terputus di Kampung Batu Bala saat ini sudah bisa dilewati mobil dobel gardan. Adapun jalan dari Kampung Batu Bala ke Kampung Langgai yang berada di bagian hulu masih terputus, hanya bisa diakses dengan sepeda motor trail.
Berdasarkan pantauan Kompas di sepanjang jalan dari Batu Bala hingga Langgai, Rabu-Kamis (13-14/3/2024) siang, setidaknya jalan terputus sekitar 12 titik. Sembilan titik putus tertimbun longsor dan tiga lainnya putus karena banjir bandang dari anak-anak Sungai Surantiah, yaitu dua jembatan dan lokasi utama bencana.
Meskipun bisa ditembus dengan sepeda motor trail, pengendara kesulitan menempuh jalan dari Batu Bala ke Langgai sepanjang sekitar 6 km itu. Di beberapa titik, sepeda motor tersangkut dan harus diangkat dengan bantuan orang lain. Kadang, bantuan- bantuan harus diestafet agar bisa tersalurkan. Jarak tempuh dari Pasar Surantih ke Langgai bertambah jadi 4 jam dibanding pada kondisi normal yang menurut warga hanya memerlukan waktu 1 jam.
Menurut Karemanto, meskipun sebagian bantuan sudah masuk, jumlahnya belum mencukupi dan tidak merata. Salah satu penyebab, katanya, sulitnya akses jalan menuju Langgai.
”Kami mendengar ada banyak bantuan di luar, tapi karena akses yang sulit, mungkin terputus di jalan. Namun, kami paham juga karena lokasi kami di paling ujung. Sementara upaya membuka akses transportasi saja dari pemerintah belum tampak. Belum ada eskavator, ya, belum tersentuhlah kami,” katanya.
Karemanto pun berharap pemerintah segera membuka akses jalan. Jika jalan sudah diperbaiki, katanya, bantuan bisa langsung dikirim ke korban. ”Jadi, bantuannya tepat sasaran, tidak putus di jalan,” ujar ayah empat anak ini.
Ali Mainus (53), warga Langgai, mengatakan, keluarganya juga kesulitan mendapatkan bahan pangan meskipun tidak terkena bencana langsung. Akibat jalan putus, pedagang ikan dan sayur yang biasanya berjualan hingga ke Langgai kini tak lagi bisa masuk. Sementara itu, ia juga tidak berani mengambil bantuan yang dikirimkan untuk korban.
”Kalau tidak terbuka juga jalan dalam seminggu ke depan, kami sekadar hidup saja lagi. Makan dengan garam. Kemarin, pisang muda direbus jadi lauk, hari ini papaya muda direbus pakai garam, tak habis nasi,” kata pria yang juga Ketua Badan Permusyawaratan Nagari Ganting Mudik Utara Surantih.
Kesulitan bahan pangan
Wali Nagari Ganting Mudik Utara Surantih Zulhadi mengatakan, bencana dan terputusnya jalan membuat warga di nagari ini kesulitan mendapatkan bahan pangan, terutama lauk-pauk dan sayuran. Penyaluran bantuan kepada korban bencana tersendat karena susahnya akses.
”Bantuan sudah banyak masuk, tetapi terkendala pengirimannya. Hampir semua wilayah Pesisir Selatan ini kena bencana. Jadi, karena akses jalan ke sini sulit, bantuan berkurang terus di perjalanan. Makin ke ujung, makin sedikit,” ujarnya.
Selain kesulitan memperoleh bahan pangan, terputusnya akses juga menyulitkan pencarian terhadap korban yang tertimbun banjir bandang di Bandar Ganting, anak Sungai Surantih. Di lokasi ini, ada satu masjid dan sebelas rumah yang tersapu banjir bandang. Bencana juga menyebabkan 7 warga meninggal dan 3 warga lainnya hilang.
”Kami butuh ekskavator agar penggaliannya bisa lebih dalam lagi. Selama ini, proses pencarian dilakukan secara manual,” katanya.
Zulhadi melanjutkan, kendala lainnya yang dialami masyarakat yaitu minimnya penerangan dan tidak adanya jaringan internet dari perangkat Wi-Fi internet radio karena listrik dari PLN mati. Selain itu, beberapa warga juga kesulitan mendapatkan air bersih karena selang yang menyalurkan air bersih dari anak-anak sungai terputus akibat longsor.
Kendala
Secara terpisah, Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik BPBD Sumbar Fajar Sukma mengatakan, upaya membuka akses jalan menuju Kampung Langgai terkendala minimnya alat berat dan sumber daya lainnya. Apalagi, menurut dia, jalan yang terputus akibat banjir dan longsor mencapai 4-5 km, ditambah jembatan yang terputus.
”Memang, butuh waktu sangat lama untuk menyelesaikan itu. Tapi, dengan adanya bantuan dari Kementerian PUPR, kami berharap targetnya (terbuka) sekitar 1 minggu ini atau dalam masa tanggap darurat ini,” ujarnya.
Selain itu, Jumat (15/3/2024), ia juga akan turun ke lapangan untuk mengirimkan bantuan, di antaranya, berupa tiga genset untuk penerangan di Kampung Langgai sekaligus mengecek kondisi riil lokasi.
Terkait bencana banjir dan longsor di 11 kabupaten/kota lainnya, Fajar mengatakan relatif terkendali karena tidak separah di Pesisir Selatan. Maka, saat ini provinsi memfokuskan tenaga ke Pesisir Selatan. ”Rencana operasi ke sana. Kami upayakan selesai selama masa tanggap darurat (8-21 Maret 2024),” katanya.