Atraksi dan Aksesibilitas Kunci Ungkit Pariwisata Sumsel
Kegiatan wisata dan akses penerbangan menjadi faktor utama yang bisa meningkatkan kunjungan wisatawan ke Sumsel.
Atraksi dan aksesibilitas menjadi kunci utama untuk meningkatkan jumlah kunjungan wisata ke Sumatera Selatan. Oleh karena itu, Pemerintah Provinsi Sumsel lebih gencar mengadakan atraksi atau kegiatan wisata dan melobi sejumlah pihak untuk membuka lebih banyak rute penerbangan langsung dari dan menuju Sumsel di tahun ini.
Untuk menarik lebih banyak wisatawan, Sumsel antara lain meluncurkan Kalender Wisata Sumsel 2024 di pelataran Monumen Perjuangan Rakyat (Monpera), Palembang, Kamis (21/3/2024).
Dalam kalender wisata tahunan itu, ada 102 kegiatan wisata yang diselenggarakan oleh provinsi dan 17 kabupaten/kota se-Sumsel sejak Januari hingga Desember nanti.
Baca juga: Pengamanan Kawasan Wisata di Palembang Jangan Hanya Insidental
Kegiatan wisata itu meliputi 12 kegiatan yang diselenggarakan oleh provinsi, 13 kegiatan di Palembang, 12 kegiatan di Musi Banyuasin, dan 9 kegiatan di Pagaralam.
Selain itu, masing-masing 8 kegiatan di Penukal Abab Lematang Ilir dan Musi Rawas Utara; masing-masing 7 kegiatan di Ogan Ilir dan Lubuk Linggau; 6 kegiatan di Empat Lawang; 4 kegiatan di Banyuasin; serta masing-masing 3 kegiatan di Ogan Komering Ilir (OKI), Ogan Komering Ulu (OKU), dan OKU Timur.
Masing-masing 2 kegiatan di Prabumulih dan OKU Selatan; serta masing-masing 1 kegiatan di Muara Enim, Lahat, dan Musi Rawas Utara.
”Semua kegiatan sudah dikurasi dengan pertimbangan utama mampu menyedot wisatawan ataupun mengembangkan pariwisata di daerah masing-masing. Sisanya, ada kegiatan perintis yang diharapkan bisa berkelanjutan dan terus berkembang,” ujar Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Sumsel Aufa Syahrizal seusai peluncuran kalender wisata tersebut.
Aufa mengatakan, kegiatan wisata yang merata di semua kabupaten/kota sangat efektif untuk menyedot minat wisatawan berkunjung ke Sumsel. Selama ini kegiatan wisata ampuh mengoptimalkan kunjungan wisata ke Palembang yang mengandalkan wisata kuliner dan belanja.
Sebaliknya, daerah ulu Sumsel lebih banyak mengandalkan wisata alam, terutama di Pagaralam, Lahat, dan OKU Selatan. Dengan ada kegiatan wisata lebih beragam, kunjungan wisata ke daerah ulu Sumsel diharapkan lebih baik.
Lewat beragam kegiatan yang akan diselenggarakan, kami berharap jumlah wisatawan ke Sumsel bisa meningkat 15-20 persen di tahun ini.
”Kunjungan wisatawan ke Sumsel mulai membaik dalam dua tahun terakhir, dari kurang lebih 1 juta wisatawan di tahun 2022 menjadi sekitar 3,3 juta wisatawan tahun lalu. Lewat beragam kegiatan yang akan diselenggarakan, kami berharap jumlah wisatawan ke Sumsel bisa meningkat 15-20 persen di tahun ini,” kata Aufa.
Kendala
Sejauh ini kendala pariwisata Sumsel adalah aksesibilitas yang belum sepenuhnya normal pascapandemi Covid-19. Setidaknya akses penerbangan langsung dari dan menuju Sumsel tidak sebanyak sebelum pandemi Covid-19.
Namun, setahun terakhir, sejumlah rute penerbangan langsung dari dan menuju Sumsel berangsur bertambah. Baru-baru ini, di Jakarta pada 5 Maret, Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi telah menyetujui usulan Penjabat Gubernur Sumsel Agus Fatoni untuk membuka penerbangan langsung Palembang-Bali dan menambah jadwal penerbangan Palembang-Batam.
Selain itu, Budi Karya memastikan akan mereaktivasi Bandara Gatot Subroto di Way Tuba, Kabupaten Way Kanan, Lampung. Itu akan berpengaruh positif untuk Sumsel, setidaknya membuka akses yang lebih banyak bagi wisatawan yang ingin berkunjung ke kawasan OKU Selatan dengan destinasi andalannya, Danau Ranau.
Baca juga: Pos Keamanan Terpadu untuk Meretas Kriminalitas di Tepian Musi
Bandara Gatot Subroto berjarak kurang lebih 115 kilometer atau sekitar 3 jam perjalanan darat dari Danau Ranau. Itu jauh lebih dekat dibandingkan dengan jarak Palembang-Danau Ranau yang mencapai 320 km atau sekitar 7 jam perjalanan darat.
Sebelumnya, Bandara Atung Bungsu Pagaralam sudah beroperasi kembali sejak 12 Maret 2024 dengan melayani penerbangan langsung Pagaralam-Palembang dan Pagaralam-Bengkulu.
Adapun Bandara Silampari Lubuk Linggau sudah beroperasi kembali sejak April 2022 dengan melayani penerbangan Lubuk Linggau-Jakarta.
”Ditambah akses jalan tol yang semakin luas dalam menyambut sejumlah kawasan di Sumsel, saya yakin itu akan berdampak besar untuk meningkatkan kunjungan wisatawan ke Sumsel tahun ini,” ucap Aufa.
Ke depan, Aufa berharap penerbangan internasional dari dan menuju Palembang bisa kembali dibuka, antara lain Palembang-Singapura, Palembang-Malaysia, dan Palembang-Thailand. Tujuannya untuk meningkatkan kunjungan wisatawan mancanegara yang cenderung mati suri sejak pandemi Covid-19.
Berkaca dari daerah lain di Indonesia, pariwisata mereka bisa selangkah lebih maju karena masyarakatnya ikut menjadi tuan rumah yang baik bagi wisatawan.
”Kita sudah meminta kepada pemerintah pusat agar dibuka lagi penerbangan internasional rute tersebut. Sejumlah maskapai juga sudah bersedia membuka penerbangan dengan rute tersebut. Hanya saja, harapan itu masih terganjal regulasi di pusat,” ungkapnya.
Baca juga: Palembang Kian Tidak Ramah bagi Wisatawan
Terkait isu keamanan, lanjut Aufa, itu diklaim hanya menjadi momok di Palembang. Kendati demikian, lewat koordinasi lintas sektor, isu itu telah teratasi dengan keberadaan pos keamanan terpadu di sejumlah titik rawan, seperti di kawasan Benteng Kuto Besak dan di bawah Jembatan Ampera.
”Semua pihak baik pemerintah maupun aparat keamanan berkomitmen untuk mengatasi isu keamanan tersebut,” katanya.
Libatkan masyarakat
Asisten I Bidang Pemerintahan dan Kesejahteraan Rakyat Pemprov Sumsel Edward Chandra menyampaikan, pihaknya mendorong agar keterlibatan masyarakat bisa ditingkatkan untuk menciptakan iklim kondusif bagi pengembangan pariwisata di Sumsel.
Berkaca dari daerah lain di Indonesia, pariwisata mereka bisa selangkah lebih maju karena masyarakatnya ikut menjadi tuan rumah yang baik bagi wisatawan.
”Masyarakat harus bisa memberikan kesan yang baik bagi wisatawan. Hal itu akan menguntungkan masyarakat sendiri. Dengan berkembangnya pariwisata, itu akan berdampak positif terhadap perekonomian karena aktivitas ekonomi dari wisatawan,” ujarnya.
Sekretaris Jenderal Masyarakat Sadar Wisata Sumsel Syarhan mengatakan, sejatinya faktor utama yang menghambat pengembangan pariwisata Sumsel adalah ketimpangan infrastruktur antara di Palembang dan di kabupaten/kota yang lain. Selama ini infrastruktur transportasi dan akomodasi masih terpusat di Palembang.
Baca juga: Atraksi Wisata Religius Andalan Palembang Menjelang Ramadhan
Akan tetapi, Palembang justru berulang kali dilanda isu keamanan yang sangat sensitif untuk wisatawan.
”Untuk mengatasi hal ini, pemerintah harus memastikan masyarakat bisa merasakan dampak langsung dari aktivitas wisata. Kalau ada keuntungan langsung, terutama secara ekonomi, kesadaran masyarakat untuk menjaga kondusivitas akan tumbuh secara alami,” katanya.
Sebaliknya, infrastruktur transportasi dan akomodasi masih minim di daerah, khususnya di ulu Sumsel yang terkenal memiliki potensi alam yang menjanjikan. Padahal, dua hal itu menjadi salah satu pertimbangan utama wisatawan berkunjung ke suatu tempat.
”Ini butuh keterlibatan pihak lain untuk sama-sama membangun infrastruktur transportasi dan akomodasi yang lebih baik di daerah-daerah,” kata Syarhan.