Dalam Empat Bulan, 17.438 Warga Jabar Terjangkit DBD
Laju kasus DBD di Jawa Barat selama empat bulan terakhir meningkat drastis. Tercatat 17.438 warga terjangkit DBD.
Oleh
FABIO MARIA LOPES COSTA
·3 menit baca
BANDUNG, KOMPAS — Penularan demam berdarah dengue terus terjadi di wilayah Jawa Barat dari Januari hingga April tahun ini. Sebanyak 17.438 kasus telah ditemukan dan 159 orang di antaranya meninggal dunia.
Data Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat menyebutkan, sebanyak 17.438 kasus demam berdarah dengue (DBD) terjadi dari Januari hingga 9 April 2024. Kasus tersebar di 27 kabupaten dan kota wilayah Jawa Barat.
Tiga daerah dengan jumlah kasus DBD tertinggi yaitu Kota Bandung sebanyak 1.741 kasus, Kota Bogor 1.547 kasus, dan Kabupaten Bandung Barat 1.422 kasus. Daerah dengan jumlah kasus DBD terendah yaitu Kota Cirebon, sebanyak 111 kasus.
Jumlah kematian terbanyak ada di Kabupaten Bandung, yakni 25 orang, disusul Kabupaten Subang Barat 18 orang dan Kota Bekasi 15 orang. Hanya Kota Cirebon dan Kota Sukabumi yang belum ditemukan kasus kematian karena DBD.
”Tren kasus DBD di Jawa Barat tertinggi pada Maret, yakni 6.319 kasus. Sementara kasus kematian tertinggi pada bulan Februari yaitu 71 orang,” kata Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan Jawa Barat Rochady Hendra Setia Wibawa di Kota Bandung, Selasa (16/4/2024).
Ia memaparkan, berdasarkan klasifikasi umur, penderita berusia 15-44 tahun yang tertinggi terjangkit DBD, yakni sebanyak 7.478 kasus. Sementara jumlah kasus kematian didominasi anak-anak berusia 5-14 tahun, yakni sebanyak 83 orang.
Saat ini, ada dengue tanpa tanda bahaya, dengan tanda bahaya, dan dengue berat. Itu harus dideteksi dini sebagai upaya untuk menekan kematian.
DBD disebabkan oleh gigitan nyamuk Aedes aegypti. Gejala-gejala DBD, antara lain, demam, sakit kepala, ruam pada kulit, sakit pada persendian, muntah terus-menerus, dan mimisan.
”Tren kasus DBD tahun 2024 melonjak signifikan. Terlihat pada Maret tahun ini ada 6.319 kasus. Bila dibandingkan dengan periode waktu yang sama Maret tahun 2023, hanya 1.612 kasus,” katanya.
Kenaikan kasus ini diperkirakan tetap terjadi hingga masa pancaroba terlewati, yakni pertengahan tahun 2024. Rochady pun mengimbau masyarakat agar rutin menguras penampungan air seminggu sekali serta menutupnya. Selain itu, harus dipastikan tidak ada genangan air bersih di sekitar rumah.
”Cara yang efektif adalah menghambat reproduksi jentik nyamuk. Harus ada anggota keluarga di setiap rumah sebagai juru pemantau jentik untuk menguras tempat penampungan dan membersihkan wadah yang tergenang air karena menjadi tempat reproduksi nyamuk,” katanya, menambahkan.
Genangan air
Ketua Ikatan Dokter Indonesia Provinsi Jawa Barat Eka Mulyana berpendapat, rendahnya kesadaran masyarakat sehingga terkesan menganggap remeh adanya genangan air di rumah dan lingkungan kompleks permukimannya. Untuk menangani hal tersebut, upaya sosialisasi pencegahan reproduksi nyamuk Aedes aegypti harus tetap digalakkan.
”Gerakan 5 M tetap efektif mencegah terjangkit DBD. Gerakan ini meliputi mengubur barang bekas yang dapat menampung air, menutup tempat penampungan air, menguras bak mandi, menaburkan bubuk abate di tempat penampungan air, serta mengganti air di vas bunga,” ucap Eka.
Penjabat Gubernur Jabar Bey Machmudin menginstruksikan semua rumah sakit siaga menghadapi DBD. Pihak dinkes juga diimbau mengedukasi masyarakat agar potensi penyakit ini bisa dikurangi.
”Sebagai langkah preventif, saya meminta dinkes dan puskesmas mengedukasi masyarakat. Layanan kesehatannya juga agar bersiap siaga. Yang penting, kami terus ingatkan kepada masyarakat untuk menjaga kebersihan,” ujarnya.
Staf Divisi Infeksi dan Penyakit Tropis Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran Jatnika Setiabudhi menjelaskan, DBD harus diwaspadai karena sering kali tidak menimbulkan gejala yang tampak di luar. ”Saat ini ada dengue tanpa tanda bahaya, dengan tanda bahaya, dan dengue berat. Itu harus dideteksi dini sebagai upaya untuk menekan kematian,” ujarnya.