Tak Sabar Menanti Hidangan dan Pelesiran Saat Lebaran Ketupat di Lombok
Enam hari setelah Idul Fitri, warga Lombok kembali merayakan Lebaran lain, yakni Lebaran Ketupat.
Oleh
ISMAIL ZAKARIA
·4 menit baca
Ilustrasi-Puluhan dulang disiapkan untuk disantap warga seusai zikir bersama dalam rangka tradisi Lebaran Ketupat di Masjid Nurul Iman, Dusun Kuang Jukut, Desa Pringgarata, Kabupaten Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat, Kamis (20/5/2021). Lebaran Ketupat merupakan tradisi masyarakat Sasak di Pulau Lombok yang dilaksanakan tujuh hari setelah Lebaran Idul Fitri.
Warga di sejumlah daerah di Lombok, Nusa Tenggara Barat, akan merayakan tradisi Lebaran Ketupat, Rabu (17/4/2024). Tradisi ini diselenggarakan setiap tahun, yakni enam hari setelah Idul Fitri. Lebaran ini selalu ditunggu karena menjadi kesempatan untuk menikmati ketupat dan pelesiran.
Lewat panggilan video, Selasa (16/4/2024) siang, Pitoni (47) mengabarkan kepada suaminya, Muhammad Efendi (47), bahwa ia tengah merebus ketupat. ”Saya bikin 25 ketupat. Ini lauknya juga sedang dipersiapkan,” kata Pitoni, warga Lombok Tengah.
Video lantas mengarah ke wajan berisi santan yang telah dibumbui. Kepada suaminya yang sedang bekerja di Mataram, ia mengatakan akan memasak opor ayam, opor daging, opor telur. Selain itu, ada kikil dan olah-olah atau campuran beraneka sayuran rebus dengan kuah santan.
”Saya jadi tak sabar untuk menikmati ketupat dan lauk-pauk itu,” kata Efendi yang sehari-hari bekerja sebagai ojek daring.
Sepanjang hari ini, warga Sasak di Lombok, khusus warga perempuan, kembali sibuk di dapur. Sama dengan sehari sebelum Idul Fitri lalu. Bedanya, kali ini mereka tidak memasak nasi, tetapi ketupat.
Pada Idul Fitri lalu, jarang menemukan ketupat di Lombok. Hidangan yang disiapkan warga, termasuk yang dibawa ke masjid, berupa dulang berisi nasi dan lauk-pauk.
”Kalau besok, isi dulangnya harus ada ketupat dan lauk-pauk ini,” kata Pitoni.
Oleh karena itu, sejak pagi, mereka menyiapkan ketupat. Sebagian warga membuat sendiri wadah ketupatnya dari daun kelapa atau membeli sudah jadi di pasar.
Tradisi Lebaran Ketupat memang diwariskan secara turun-temurun. Tidak ada catatan khusus awal mula tradisi ini. Namun menurut Sanadi (70), warga Lombok Tengah, Lebaran Ketupat atau Lebaran Topat diwariskan secara turun-temurun.
Tradisi ini, kata Sanadi, sebagai wujud syukur setelah berpuasa enam hari di awal bulan Syawal atau bulan setelah Ramadhan. Tak heran jika tradisi Lebaran Ketupat ini juga dikenal dengan istilah ”Syawalan”.
Namun, tradisi ini tidak merata atau dilakukan oleh seluruh warga Lombok. Hanya sebagian besar di Lombok Barat dan Mataram, termasuk Lombok Tengah, yang menjalankan tradisi ini.
Pada perayaan Lebaran Ketupat, juga tidak ada shalat berjemaah seperti Idul Fitri. Walakin,pada pagi hari, warga Lombok akan ke masjid untuk zikir dan doa bersama. Kegiatan itu disebut dengan roah.
Roah dipimpin oleh tokoh agama atau kiai di kampung. Lalu seusai roah, warga akan bersama-sama menyantap hidangan ketupat dan lauknya. Selesai makan, mereka akan kembali ke rumah masing-masing dan pelesiran.
Pelesiran dan ziarah makam
Jika pada Idul Fitri identik dengan mengunjungi kerabat, pada Lebaran Ketupat, warga Lombok akan pelesiran ke tempat wisata. Biasanya mereka rangkai dengan ziarah ke makam ulama.
Momen pelesiran ini sekaligus mencoba baju Lebaran yang sebelumnya dibeli. Di Lombok, baju lebaran tidak selalu baju koko dengan sarung dan peci, tetapi juga baju safari atau santai untuk Lebaran Ketupat.
Untuk pelesiran, pantai kerap menjadi pilihan warga. Sebut saja pantai-pantai di kawasan Mandalika, Lombok Tengah; serta pantai-pantai di pesisir Lombok Barat, seperti Senggigi, Pantai Duduk, Tanjung Bias, dan Kuranji, hingga pesisir Mataram, seperti Pantai Ampenan, Pantai Mapak, Pantai Tanjung Karang, dan Pantai Loang Baloq. Ada juga yang ke pantai di Lombok Utara, termasuk Gili.
”Besok saya sekeluarga akan ke Kuta Mandalika. Ada yang ingin berenang di pantai,” kata Pitoni.
Adapun makam ulama yang selalu dikunjungi, antara lain, makam Loang Baloq dan makam Bintaro di Kota Mataram. Ada pula makam Batulayar di Lombok Barat. Seusai ziarah makam, warga akan bersantai di pantai.
Mereka juga membawa bekal berupa ketupat dan lauknya. Selesai berenang dan aktivitas lain di sana, mereka akan menyantap bekal sebelum pulang.
Sejumlah pantai juga dipastikan akan dipadati pengunjung. Terutama yang menjadi lokasi kegiatan khusus Lebaran Ketupat. Di Mataram, misalnya, akan ada Hikayat Lebaran Topat di Lobang Baloq, Kecamatan Sekarbela, dan Bintaro, Kecamatan Ampenan. Sementara di Lombok Barat, kegiatan serupa dipusatkan di Pantai Duduk, Kecamatan Batulayar.
Pada kegiatan itu, akan digelar zikir dan doa bersama, termasuk tradisi lain seperti ngurisan atau potong rambut untuk bayi. Selain itu, akan ada tumpeng ketupat raksasa atau Topat Agung. Di akhir acara, warga akan berebut ketupat tersebut.
Camat Ampenan Muzakir Walad memperkirakan, ada ribuan warga yang akan datang ke makam Bintaro pada Rabu ini. Selain yang mengikuti kegiatan Hikayat Lebaran Topat, juga yang khusus datang untuk ziarah makam.
Dalam Hikayat Lebaran Topat yang rencananya dihadiri Wali Kota Mataram H Mohan Roliskana itu, akan ada berbagai kegiatan. Akan ada suguhan barongsai dan musik tradisional gendang beleq, serta tari sembah untuk menyambut kedatangan Wali Kota dan rombongan.
Kami sudah siap untuk acara besok. Acaranya ditargetkan bisa selesai sekitar pukul 10.00 Wita sehingga tidak mengganggu warga dari daerah-daerah di Lombok yang akan ziarah makam.
Berbagai pertunjukan itu mewakili keberagaman di Ampenan. Tidak hanya warga Sasak, juga ada Arab, Bugis, hingga Tionghoa. Mereka juga nantinya akan diundang ke Hikayat Lebaran Topat.
Selain itu, akan ada upacara seperti tahun sebelumnya. Mulai dari ziarah makam, pembacaan barzanji atau puji-pujian untuk Nabi Muhammad SAW, ngurisan, hingga zikir. Ada pula pemotongan Topat Agung oleh wali kota ditutup makan bersama.
”Kami sudah siap untuk acara besok. Acaranya ditargetkan bisa selesai sekitar pukul 10.00 Wita sehingga tidak mengganggu warga dari daerah-daerah di Lombok yang akan ziarah makam,” kata Muzakir.
Terlepas dari apakah mereka puasa Syawal atau tidak, Lebaran Ketupat atau Lebaran Topat memang selalu dinanti oleh warga Lombok. Pada momen itu, mereka bisa menyantap ketupat dan pelesiran bersama keluarga. Sungguh nikmat!