Diduga Dianiaya Kepala Sekolah, Jenazah Siswa SMK di Nias Selatan Akan Diotopsi
Yaredi dipukul kepala sekolahnya di bagian kening. Yaredi sakit kepala hingga akhirnya meninggal tiga pekan kemudian.
Oleh
NIKSON SINAGA
·2 menit baca
NIAS SELATAN, KOMPAS — Dokter forensik Kepolisian Daerah Sumatera Utara akan melakukan otopsi terhadap jenazah siswa SMK Negeri 1 Siduaori, Yaredi Nduru (17), di Kabupaten Nias Selatan. Yaredi diduga meninggal karena dipukul kepala sekolah berinisial SZ (37) di bagian kening. Dia dipukul karena sebagai hukuman saat baris-berbaris.
”Otopsi akan segera dilakukan pada Kamis (18/4/2024). Kami telah mendapat persetujuan dari keluarga korban. Sampai sekarang belum ada penetapan tersangka dalam kasus ini,” kata Kepala Seksi Humas Kepolisian Resor Nias Selatan Brigadir Kepala Dian Octo Tobing, Rabu (17/4/2024).
Kasus tersebut bermula saat Yaredi bersama enam temannya dibariskan oleh kepala sekolah berinisial SZ, Sabtu (23/3/2024). Karena melakukan kesalahan, SZ menghukum mereka dengan memukul di bagian kening. Yaredi diduga dipukul sebanyak lima kali.
Dian menyebut, mereka telah menerima laporan dugaan penganiayaan itu sebelum Yaredi meninggal. Berdasarkan laporan itu, Yaredi disebut mengalami sakit kepala setelah dihukum oleh kepala sekolah.
Yaredi awalnya mengeluh sakit kepala kepada ibunya yang baru pulang dari ladang. Saat itu, Yaredi belum memberitahukan kalau dia dipukul di kening oleh kepala sekolah.
Ibunya lalu memberi obat pereda nyeri sakit kepala. Berselang sepekan, sakit kepalanya tidak kunjung sembuh dan semakin parah. Yaredi izin tidak bisa masuk sekolah karena sakit kepalanya semakin parah. Dia kemudian mengalami demam tinggi pada Jumat (29/3/2024).
Setelah demam tinggi, Yaredi mengaku kepada orangtuanya kalau dia dipukul oleh kepala sekolahnya. Ibunya lalu menanyai teman-teman Yaredi. Temannya itu juga menceritakan bahwa mereka dihukum kepala sekolahnya sepekan sebelumnya. Karena kondisinya semakin parah, Yaredi akhirnya dibawa ke Rumah Sakit Umum Daerah Dr Thomsen Gunung Sitoli, Selasa (9/4/2024).
Penyidik melakukan pemeriksaan mendalam untuk melihat keterkaitan penganiayaan yang dilakukan oleh SZ dengan meninggalnya Yaredi.
Meskipun mendapat perawatan di rumah sakit, kondisi Yaredi tidak kunjung membaik. Hasil foto rontgen dan pemeriksaan fisik oleh dokter menyebut kalau Yaredi dipukul di bagian kepala dan ada dugaan gangguan sistem saraf.
Setelah mendapat hasil pemeriksaan itu, keluarga Yaredi lalu melaporkan SZ atas kasus dugaan penganiayaan ke Polres Nias Selatan.
Setelah mendapat laporan itu, polisi datang ke RSUD Dr Thomsen. Namun, karena kondisi Yaredi yang semakin menurun, petugas tidak bisa meminta keterangan kepada Yaredi. Kondisi kesehatannya terus memburuk hingga akhirnya meninggal, Senin, setelah mendapat perawatan selama sepekan.
Polisi pun sudah meminta keterangan kepada SZ. Penyidik melakukan pemeriksaan mendalam untuk melihat keterkaitan penganiayaan yang dilakukan oleh SZ dengan meninggalnya Yaredi. Mereka mendatangkan dokter forensik dari Polda Sumut untuk melakukan otopsi. Jenazah Yaredi hingga Rabu malam masih di RSUD Dr Thomsen.
Ayah Yaredi, Ama Hasrat Nduru, mengatakan, mereka menduga kuat kematian Yaredi disebabkan oleh penganiayaan oleh SZ. Mereka membuat laporan polisi agar kasus tersebut diproses hukum. Hasrat berharap, penyidik melakukan penegakan hukum terhadap kematian anaknya.
”Keluarga juga sudah memberikan keterangan kepada polisi. Kami juga memberikan persetujuan otopsi yang akan dilakukan pada Kamis,” kata Hasrat.
Sejak dipukul oleh kepala sekolahnya, kata Hasrat, Yaredi mengalami sakit kepala yang tidak kunjung sembuh sampai akhirnya meninggal.