Selama Mudik dan Arus Balik di Aceh 21 Orang Meninggal Kecelakaan
Kematian karena kecelakaan lalu lintas tak boleh dianggap sepele. Dalam setahun, ribuan orang tewas di jalan raya Aceh.
Oleh
ZULKARNAINI
·3 menit baca
BANDA ACEH, KOMPAS — Selama masa mudik dan arus balik Lebaran 2024 di Provinsi Aceh terjadi 55 kecelakaan lalu lintas. Sebanyak 21 penumpang meninggal dan puluhan luka-luka. Kecelakaan umumnya dipicu kelalaian manusia dan ketidaklaikan kendaraan.
Direktur Lalu Lintas Kepolisian Daerah Aceh Komisaris Besar Muhammad Iqbal Alqudusy, Rabu (17/4/2024), menyebutkan seluruh kecelakaan itu tercatat selama Operasi Ketupat Seulawah, 4-15 April 2024. Kecelakaan melibatkan mobil pribadi, sepeda motor, dan angkutan umum.
Kecelakaan yang merenggut korban jiwa terjadi di Kabupaten Nagan Raya. Sebuah mini bus jatuh ke jurang sedalam 50 meter, Senin (15/4/2024). Satu korban meninggal dan tujuh penumpang lain luka-luka. Hasil pemeriksaan oleh polisi kondisi rem mobil itu tidak dalam kondisi baik sehingga pada jalan menurun mengalami rem blong.
Kecelakaan lainnya terjadi Kabupaten Aceh Jaya pada Jumat (5/4/2024). Sebuah sepeda motor ditabrak oleh mobil bak terbuka. Pengendara sepeda motor meninggal di lokasi kejadian.
”Angka kecelakaan tahun ini lebih sedikit ketimbang tahun lalu, jumlah korban meninggal juga turun," kata Iqbal.
Pada 2023 terjadi sebanyak 67 kecelakaan dengan korban jiwa 35 orang. Menurut Iqbal, kepatuhan pengendara terhadap aturan telah menekan angka kecelakaan.
Data Dinas Perhubungan Aceh dan Polda Aceh, jumlah korban tewas karena kecelakaan lalu lintas di Aceh pada kurun 2013-2019 sebanyak 5.597 orang. Artinya, sejak 2013 hingga 2022, sebanyak 7.481 warga Aceh meninggal karena kecelakaan atau rata-rata sehari 2 orang meninggal di Aceh karena kecelakaan.
Faktor manusia memang memengaruhi, mulai dari kelelahan, tidak sabar, sampai ugal-ugalan.
Kepala Bidang Lalu Lintas Angkutan Jalan (LLAJ) Dinas Perhubungan Aceh, Deddy Lesmana menuturkan dua faktor utama penyebab kecelakaan adalah kelalaian manusia dan ketidaklaikan kendaraan. Dalam beberapa kasus kecelakaan pihaknya menemukan kendaraan tersebut tidak lulus uji kir. Bahkan, beberapa mobil tidak terdaftar sebagai angkutan umum atau dikategorikan angkutan ilegal.
”Faktor manusia memang memengaruhi, mulai dari kelelahan, tidak sabar, sampai ugal-ugalan,” kata Deddy.
Deddy menambahkan sebelum Lebaran, pihaknya bersama para pihak melakukan pemeriksaan terhadap angkutan umum yang beroperasi selama Lebaran. Bukan hanya armada, pemerintah juga memeriksa kesehatan dan uji bebas narkoba bagi para sopir.
Deddy mengatakan dalam dua tahun ini pemerintah mengawasi ketat angkutan umum agar taat aturan. ”Ke depan akan mulai menindak tegas dan mencabut izin trayek angkutan yang melanggar, demi keselamatan penumpang,” kata Deddy.
Deddy mendorong konsumen agar tidak menggunakan angkutan liar atau tidak berizin, selain melanggar aturan risiko kecelakaan juga besar.
Kesemrawutan lalu lintas akibat lampu pengatur lalu lintas padam terjadi di kawasan simpang Karet Bivak, Jakarta, saat jam pulang kerja, Jumat (12/5).
Sebelumnya, Rektor Universitas Malikussaleh Lhokseumawe Herman Fithra menyatakan, biasanya pada masa Lebaran kecelakaan meningkat karena ada penambahan arus kendaraan secara bersamaan di jalan raya. Kecelakaan bisa menimpa mobil pribadi dan angkutan umum.
Faktor utama penyebab kecelakaan, menurut dia, adalah manusia atau sopir sekitar 85 persen, kemudian faktor kendaraan 5 persen, infrastruktur 4 persen, dan sisanya karena lingkungan. ”Dari faktor faktor tersebut memperlihatkan bagaimana manusia sebagai pengendara berperan besar dalam keselamatan transportasi di jalan raya, yang didukung kondisi kendaraan yang layak disertai infrastruktur yang baik,” kata Herman.