Dugaan Gas Beracun dalam Kasus ”Septic Tank” Maut di Cirebon Ditelusuri
Polisi dan petugas menelusuri dugaan adanya kandungan gas beracun dalam kasus ”septic tank” maut di CSB Mall Cirebon.
Oleh
ABDULLAH FIKRI ASHRI
·3 menit baca
CIREBON, KOMPAS — Aparat Kepolisian Resor Cirebon Kota dan dinas lingkungan hidup setempat menelusuri dugaan adanya kandungan gas beracun dalam kasus tangki septik (septic tank) di Cirebon Super Blok atau CSB Mall, Jawa Barat. Sebanyak 14 saksi sudah diperiksa dalam kejadian yang menewaskan empat orang itu.
Sebelumnya, empat orang tewas dalam tangki septik CSB Mall pada Selasa (9/4/2024) siang atau sehari jelang Lebaran. Korban adalah Tri Yunanto (40), Tohidin Andryana (35), Mohammad Masduki (43), dan Fadli (32). Selama ini, mereka bekerja sebagai teknisi di CSB Mall.
Pada Kamis (18/4/2024) sore, misalnya, polisi, petugas DLH Kota Cirebon, dan UPTD Laboratorium Lingkungan DLH Kabupaten Bandung mengambil sampel di tangki septik CSB Mall. Sampel itu adalah gas, udara, serta air limbah. Pengambilan sampel itu juga dilakukan di kawasan sekitar tangki.
Petugas menggunakan sejumlah alat dan tabung untuk mengambil sampel. Selain mengenakan masker, mereka memakai sarung tangan.
Ketika penutup saluran pembuangan dibuka, bau busuk menguar. Air limbahnya kotor. Pengunjung mal yang melintas pun sempat menutup hidungnya.
Sekretaris DLH Kota Cirebon Fina Amalia mengatakan, pengambilan sampel untuk mengecek kualitas gas pada instalasi pengolahan air limbah atau IPAL. ”(Ada tidaknya gas beracun) masih dugaan semuanya. Kami mengambil sampel gas yang diduga beracun atau tidak,” ucapnya.
Pihaknya belum bisa memberikan jawaban pasti kandungan gas beracun di tangki septik itu. Sebab, petugas masih harus menunggu hasil uji laboratorium di Bandung terhadap sampel yang dikumpulkan. Pengujian kebutuhan oksigen biokimia (BOD) saja memerlukan waktu lima hari.
Pihaknya belum tahu pasti kapan data itu terkumpul. Namun, Fina telah meminta pihak CSB Mall untuk mengevaluasi IPAL di area itu. ”Kami sudah memberikan surat ke CSB agar bekerja sama dengan pihak ketiga untuk pengangkutan air limbah dan sebagainya,” ujarnya.
Peristiwa itu bermula saat Tri dan Fadli tengah memperbaiki saluran pembuangan itu. Namun, keduanya tewas di lubang sedalam sekitar 6 meter dengan diameter 1 meter. Setelah itu, Masduki dan Tohidin juga masuk demi menyelamatkan kedua rekannya. Namun, mereka ikut tewas.
Kepala Satuan Reserse Kriminal Polres Cirebon Kota Ajun Komisaris Anggi Eko Prasetyo mengatakan, penyebab keempat korban meninggal belum diketahui. Pihaknya masih menunggu hasil otopsi dari dokter forensik Rumah Sakit Daerah Gunung Jati di Cirebon dan hasil uji laboratorium.
”Hari ini kami melaksanakan pengujian untuk membuat terang terkait peristiwa tersebut. (Pengujian ini) untuk penanganan berikutnya,” ucap Anggi. Kandungan gas di tempat kejadian perkara penting untuk mengetahui penyebab tewasnya korban. Apalagi, lokasi tangki septik itu tertutup.
”Apakah ada gas yang beracun? Kita belum tahu,” ucap Anggi.
Sejauh ini, polisi telah memeriksa 14 saksi. Mereka adalah manajemen CSB, rekan korban, dan petugas yang mengevakuasi korban.
Pihaknya tidak menutup kemungkinan adanya penambahan saksi yang akan dimintai keterangan. Terkait dugaan kelalaian kerja dan kemungkinan adanya tersangka, Anggi belum bisa menyimpulkan.
”Agar kesimpulannya utuh, tentunya kita masih menunggu pemeriksaan,” ujarnya.
Suprapto (41), keluarga Masduki, meminta polisi mengusut tuntas kasus itu. Apalagi, kejadiannya sudah lebih dari sepekan. ”Kami juga belum tahu keterangan penyebabnya. Harapannya sih (kasus tangki septik) ini terungkap dulu. Penyebabnya, penanggung jawabnya siapa? kan gitu,” ucapnya.
Terlebih lagi, ia menduga ada keganjilan dalam kasus itu. Masduki, kata Suprapto, sebenarnya sedang libur saat peristiwa tersebut. Bahkan, korban tengah memperbaiki alat penyejuk ruangan dan setrika di rumahnya. Namun, ujarnya, korban diminta segera datang ke CSB ada kejadian.
”Kejadian apa? Saya tanya. Katanya, teman saya masuk septic tank, kesetrum meninggal di situ. Saya tanya, sudah laporan ke kepolisian belum? Harusnya, dilaporkan,” kata Suprapto menirukan percakapannya dengan korban. Ia menyesalkan kejadian tersebut.
Suprapto juga berharap pihak manajemen CSB Mall membantu keluarga korban, terutama terkait dengan ekonomi. Hingga kini, ujarnya, ahli waris korban telah menerima uang santunan.
”Tapi, almarhum ini, kan, punya tanggungan banyak. Orangtua, mertua, istri, dan anak-anaknya,” ujarnya.
Menurut dia, korban memiliki tiga anak yang masih duduk di bangku sekolah dasar. Adapun istri Masduki bekerja sebagai guru taman kanak-kanak di Cirebon. Pihaknya berharap manajemen CSB Mall bisa membantu masa depan anak korban, terutama terkait dengan pendidikan.
Sebelumnya, Mall Manager CSB Mall Adwin Nugroho menyatakan sedang menginvestigasi secara internal terkait kasus tersebut dengan bantuan sejumlah pihak yang berwenang. Pihaknya juga memberikan bantuan, dukungan, dan pendampingan terhadap keluarga korban.